Mohon tunggu...
Greg Satria
Greg Satria Mohon Tunggu... Wiraswasta - FOOTBALL ENTHUSIAST. Tulisan lain bisa dibaca di https://www.kliksaja.id/author/33343/Greg-Satria

Learn Anything, Expect Nothing

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Cole Palmer, Bintang Penjuru di Tengah Sengkarut Chelsea

6 April 2024   10:59 Diperbarui: 7 April 2024   07:07 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cole Palmer berselebrasi seusai cetak gol dalam laga antara Chelsea vs Man United 5 April 2024, WIB.(GLYN KIRK/AFP via kompas.com)

Tertinggal 2-3 dari Manchester United hingga menit ke 90+7', peneterasi Noni Madueke harus dijatuhkan Diogo Dalot di dalam kotak penalti. Kali ini tidak ada Raheem Sterling yang "sok-sok'an" mengambil penalti tersebut, karena momen menentukan ini hanya diperuntukkan bagi Cole Palmer.

Pemain berusia 21 tahun ini dengan dingin mengarahkan bola ke kiri bawah gawang Andre Onana, sama persis dengan penalti yang ia lakukan di babak pertama. Skor menjadi imbang 3-3, dan wasit Jarred Gillet melihat pada jamnya, mengkalkulasi tambahan injury time delapan menit yang sudah ia putuskan tadi.

Cole Palmer bersama Nico Jackson segera mengambil bola, untuk mempercepat waktu kick-in bagi United. Masih ada waktu, dan benar saja, Chelsea akhirnya mendapatkan sepak pojok di menit 90+10'.

Enzo Fernandez dengan cepat memberikan umpan pendek mendatar pada Cole Palmer disaat pemain Setan Merah tengah "nge-blank". Punya sudut tembak bagus di ujung kotak penalti, Palmer langsung menghajar bola dan masuk ke gawang Onana usai terdefleksi tubuh Scott Mc Tominay!

Seisi Stamford Bridge langsung bergetar! Chelsea yang di comeback United hingga menit 90+7', berhasil meng-comeback lagi pada tiga menit terakhir dengan skor akhir 4-3. Fans MU boleh meradang dengan keputusan Gillet menambah waktu, tetapi fans Chelsea terbenam dalam euforianya.

Itulah gambaran lima menit "gila" di Stamford Bridge, pada Jumat (5/4/2024) dini hari lalu. Fans The Blues baru saja menonton pertandingan hebat, selain partai draw 4-4 melawan Manchester City 12 November 2023 silam.

Cole Palmer menjadi man of the match pada laga tersebut dengan torehan hattrick-nya. Kini pemain kidal bernomor punggung 20 sudah mengemas 16 gol di Premier League, hanya tertinggal dua gol dari Erling Haaland di daftar pemuncak topskor.

Mengingat ia didatangkan pada penutupan jendela transfer musim panas lalu, bahkan sempat bermain di Community Shield, UEFA Super Cup dan Matchday perdana Premier League bagi Manchester City, tentu ia bukan pilihan terbaik di angan Mauricio Pochettino.

Lalu bagaimana ia bisa membalikkan semua prediksi, dengan bersinar sendirian sebagai bintang penjuru Chelsea? Di saat Enzo dan Caicedo yang harusnya bersinar malah ikut dalam sengkarut inkonsistensi The Blues? Mari kita bahas.

Cole Palmer Sudah Diprediksi Akan Jadi Bintang Besar

Bagi penggemar Manchester City, nama Palmer sudah menggema sejak ia berada di level akademi. Berada di angkatan setelah Jadon Sancho dan Phil Foden, ia diharapkan menjadi bintang besar bagi City di masa depan. Torehan golnya sangat outstanding di kategori umur. Apalagi ia anak asli Manchester, meskipun lebih condong ngefans ke Setan Merah. 

Seperti kita tahu, Jadon Sancho memutuskan hengkang ke Borussia Dortmund karena "tidak mau" bersaing dengan Bernardo Silva, Riyad Mahrez, Raheem Sterling, dan Gabriel Jesus di saat itu. Sedangkan Foden yang lebih sabar, akhirnya baru musim ini naik kelas menjadi pemain inti The Citizen. 

Cole Palmer? 

Ternyata ia lebih mengikuti jalan Sancho. Setelah tawaran mendadak Chelsea datang di penutupan bursa transfer, Cole Palmer berbincang dengan Pep Guardiola. Ia mendapat kejelasan, bahwa jika bertahan di City saat itu, Palmer akan menjadi pemain pilihan ke-enam setelah Bernardo Silva, Phil Foden, Julian Alvarez, Jack Grealish, dan Jeremy Doku. 

Pilihannya hanya bertahan atau dijual. Manchester City tidak menghendaki ia dipinjamkan ke tim lainnya.

Ia pun memutuskan menerima tawaran Pochettino menjadi "pemain utama" Chelsea dengan mahar 45 juta pounds. Harga yang saat itu dinilai cukup mahal bagi pemain yang belum rutin bermain di level utama komptetisi.

Ternyata Pochettino punya insting yang bagus terhadapnya! Mungkin hanya Palmer seorang, pemain baru Chelsea yang merupakan keinginan pribadi pelatih asal Argentina tersebut. Nico Jackson, Christopher Nkunku, dan Moises Caicedo adalah buruan yang merupakan obsesi dari Todd Boehly. 

Hasilnya terpampang nyata! Cole Palmer selalu hadir di setiap Chelsea membutuhkannya. Ia total sudah mencetak 19 gol dan 12 assist bagi Chelsea dalam 36 penampilannya musim ini. Palmer berulang kali menjadi juruselamat di banyak momen krusial Chelsea.

Hattricknya ke gawang Andre Onana (5/4/2024), penaltinya di ujung laga kala samakan kedudukan 4-4 melawan City (12/11/23), lalu dua golnya pada kemenangan 3-2 melawan Luton Town (30/12/2023). 

Ada pula gol tunggal yang menangkan Chelsea atas Fulham (13/1/2023) dan satu gol ke gawang Leeds pada perempatfinal Piala FA menjelaskan bahwa Cole Palmer menggendong Chelsea musim ini!

Cole Palmer berselebrasi seusai cetak gol dalam laga antara Chelsea vs Man United 5 April 2024, WIB.(GLYN KIRK/AFP via kompas.com)
Cole Palmer berselebrasi seusai cetak gol dalam laga antara Chelsea vs Man United 5 April 2024, WIB.(GLYN KIRK/AFP via kompas.com)

Mentalitas dan Sikap Dingin Cole Palmer

Pujian selangit tentu diberikan Mauricio Pochettino seusai laga dramatis melawan Manchester United kemarin. Pochettino menggarisbawahi, bahwa kekuatan utama Cole Palmer adalah sisi mentalitasnya yang luar biasa.

"Skill terbaik Palmer saya kira salah satunya adalah mentalitas dia. Kapasitasnya adalah menghadapi tekanan. Dia muda, ini adalah musim pertama di mana dia bermain sangat konsisten. Sungguh luar biasa cara dia menghadapi tekanan," puji sang manajer seusai laga melawan United dikutip dari goal.com.

Catatan yang sempurna juga masih dipegang Cole Palmer ketika mengeksekusi tendangan penalti musim ini. Delapan kesempatan penalti bisa dikonversikan seluruhnya menjadi gol. Ia butuh tiga gol penalti lagi untuk samai rekor 11/11 milik Yaya Toure.

Melihat posisi Cole Palmer di lapangan, ada tiga pos yang sering diberikan padanya oleh Pochettino. Memulai laga sebagai gelandang serang di belakang striker, ia bisa berada di posisi winger kanan di tengah babak, hingga menjadi striker tunggal di menit akhir permainan.

Semua adaptasi posisi itu dilakukannya dengan sangat dingin, tanpa banyak keluhan. Mungkin di sepuluh menit usai pergantian posisi ia tidak terlihat dalam permainan, tetapi usai lakukan satu-dua sentuhan dengan pemain terdekat ia bisa tiba-tiba sangat membahayakan. 

Cole Palmer secara sadar tahu bahwa ia merupakan pemain penting, tetapi tetap dingin mencerna situasi pertandingan. Ia jarang terlibat kesalahan individualis yang merugikan klub.

Inilah yang membedakannya dengan Nico Jackson, Moises Caicedo, dan Mykhailo Mudryk. Mereka terbebani sebagai pemain mahal yang dituntut untuk berbuat banyak bagi The Blues. Keputusan yang diambil pun kerap berujung egosentris, seperti kesalahan Caicedo saat gol pertama United kemarin.

Di momen saat timnya sengkarut dan kebobolan gol "tidak perlu", Cole Palmer kerap terlihat hanya menggeleng kepala saja tanpa komplain berlebihan pada barisan pertahanan. 

Ia memimpin Chelsea untuk mencoba bangkit lagi, meski tidak selalu berujung menang. Dan bila pada kesempatan tersebut ia sukses cetak gol, seleberasinya kini sudah menjadi trademark, "stay cold".

Selebrasi ini muncul pertama kali dalam kemenangan Chelsea 3-2 atas Luton Town (30/12/2023). Palmer menjelaskan, bahwa rekan se-akademinya Morgan Rogers yang saat itu masih memperkuat Middlesbrough sudah melakukannya dahulu, dan ia bersepakat akan menirunya jika mencetak gol.

Akhirnya momen tersebut tiba, dan Cole Palmer-lah yang menjadi pemilik trademark seleberasi menggosok-gosok lengan secara menyilang itu. Akhirnya menjadi pantas juga untuk julukannya kini, "Cold Palmer".

Palmer Menjadi Sentral Permainan dan Butuh Tandem Striker Dunia

Dengan musim yang tinggal menyisakan tiga bulan lagi, target Chelsea hanya perlu memperbaiki posisi di Premier League dan berusaha menjuarai Piala FA. Sebelumnya, mereka gagal di Final Carabao Cup usai ditekuk Liverpool di perpanjangan waktu.

Bagi Cole Palmer secara individu, target menyalip Erling Haaland di posisi topskor cukuplah realistis. Ia kini berada di atas angin, karena selain tunjukkan performa konstan, Haaland malah tengah tampil redup bersama Citizen.

Kado terbesar baginya, tentu adalah pemainggilan ke skuad The Three Lions, Inggris, pada EURO 2024 Jerman nanti. Hingga International Matchday bulan lalu, terlihat bahwa Gareth Southgate masih mengutamakan Bukayo Saka dan Phil Foden sebagai winger andalannya. Palmer akan bersaing dengan Jack Grealish, Jarrod Bowen dan Marcus Rashford untuk dibawa sebagai back-up player.

Untuk musim depan bersama Chelsea, dengan siapapun manajernya, hendaknya Cole Palmer bisa menjadi pusat permainan sama ketika The Blues mempunyai Eden Hazard beberapa tahun silam.

Posisi trio gelandang yang diisi Caicedo, Enzo dan Gallagher sudah cukup baik, hanya perlu ditambah kolektivitas transisi negatif saja. Kemudian untuk winger, jika tidak ada perubahan, Mudryk, Sterling, Nkunku dan Madueke seyogyanya sudah cukup kompeten.

Posisi yang wajib ditambal Chelsea adalah striker utamanya. Nico Jackson meski di beberapa kesempatan terlihat sangat dekat secara personal dengannya, bukanlah tandem terbaik yang bisa membantu Palmer naik kelas. Penyerang Senegal yang aslinya adalah winger kiri ini terlalu banyak menyia-nyiakan peluang dan sering membuat keputusan salah.

Sebagai fans Chelsea, saya hanya bisa melihat satu nama, Victor Osimhen. Striker Napoli ini mempunyai semua kualifikasi yang dibutuhkan untuk bertandem dengan Cole Palmer di lini depan. Saya harapkan di bursa transfer nanti, Chelsea hanya fokus merekrut satu nama ini saja.

Semoga Cole Palmer tetap menunjukkan sinarnya di London Barat, dan terus menjadi bintang penjuru di tengah inkonsistensi bintang-bintang lain yang seharusnya diharapkan klub untuk stand-out. 

Sosoknya bisa menginspirasi Reece James, Mudryk, dan Enzo untuk melepas "beban berat" dan segera bersinergi dengan skuad.

Keep The Blue Flag Flying Higher..

Salam Olahraga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun