Mohon tunggu...
Greg Satria
Greg Satria Mohon Tunggu... Wiraswasta - FOOTBALL ENTHUSIAST. Tulisan lain bisa dibaca di https://gregsatria31.blogspot.com/

Learn Anything, Expect Nothing

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Erling Haaland, Calon GOAT yang Kerap "Ghosting" di Laga Besar

2 April 2024   11:10 Diperbarui: 4 April 2024   13:51 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekspresi Erling Haaland seusai mencetak gol di laga Man City vs Crystal Palace, Sabtu (27/8/2022). (Sumber: AFP/ NIGEL RODDIS) via kompas.com)

Pecinta sepak bola mana yang tidak mengenal Erling Braut Haaland? Striker Manchester City berkewarganegaraan Norwegia kini telah menjelma menjadi predator paling menakutkan di kotak penalti. Rekor demi rekor sudah ia pecahkan di usia yang sekarang baru menginjak 23 tahun.

Kendati bisa mencetak banyak gol di setiap musimnya, plus gelar individu dan kolektif bersama City, ada satu yang masih menjadi ganjalannya di mata fans. Erling Haaland kerap tidak terlihat (ghosting) di laga-laga besar! 

Partai final FA Cup 22/23 kontra Manchester United, Ilkay Gundogan adalah pahlawan Manchester City dengan dua golnya. Semifinal UCL musim 22/23 melawan Real Madrid, home and away Haaland gagal membobol jala Courtois untuk agregat skor 5-1 bagi City. Lalu di Final melawan Inter Milan, butuh sepakan dari Rodri untuk mengukuhkan treble Citizen musim lalu.

Teraktual, pada "boring Bigmatch" antara Manchester City melawan Arsenal yang berkesudahan tanpa gol, Minggu (31/3/2024) lalu, Erling Haaland berhasil dikantongi oleh Gabriel Magalhaes sepanjang laga. Ia hanya mendapat 23 sentuhan bola dan tanpa tembakan ke arah gawang David Raya!

Apa yang terjadi pada Haaland di laga itu? Apa benar ia tidak cukup bagus di laga-laga besar? 

Erling Haaland Merupakan "Team-Play" Striker

Jika mencoba mengingat mana gol terbaik yang dicetak Haaland, pasti sulit untuk menentukan. Mungkin ada satu atau dua momen ia mencetak lewat tembakan keras dari jarak jauh, ataupun berlari kencang melewati bek lawan sebelum taklukkan kiper. Tapi semua kalah banyak dengan memori gol ketika ia berada di depan gawang.

Ya, mayoritas golnya dicetak dengan mendorong bola saja ke dalam gawang, alias tap-in! Bagi banyak orang mungkin terlihat mudah, hanya mengambil posisi tidak offside lalu tinggal menendang atau menyundul bola memanfaatkan badannya yang tinggi besar.

Percaya saya, itu tidak semudah yang terlihat lho. Butuh kemampuan membaca permainan, pengaturan timing yang tepat untuk mengecoh lawan tanpa bola dan terutama chemistry yang baik dengan rekan setim yang memberikan umpan. Tiga poin itulah yang menjadi kelebihan Haaland selama ini.

Pep Guardiola ketika berhasil memboyong Haaland dari Borussia Dormund-pun mengakui, bahwa ia telah membeli kepingan puzzle terakhir yang dibutuhkan Manchester City. 

Bermain dengan tiki-taka vertikal, lawan kerap melakukan low-block untuk sekedar menghindari kekalahan dari De Bruyne dkk. Dengan adanya Haaland, Manchester City tidak perlu berputar-putar lagi dengan bola. Ada seorang striker yang bisa mencetak gol dengan posisi apapun di depan gawang!

Setali tiga uang, berarti Haaland juga butuh pasokan bola yang baik kepadanya di dalam kotak penalti. Ia bukan striker yang bisa melewati satu-dua pemain dengan aksi individunya seperti Luis Suarez, Cristiano Ronaldo atau bahkan Lionel Messi. Erling Haaland adalah team-play striker yang saling membutuhkan di dalam tim.

Contoh Penyerang Dunia yang Punya Mental Pemenang

Sedikit flashback ke dua dekade terakhir, sebenarnya jarang ditemui penyerang tengah berbadan besar yang menjadi sentral permainan tim. Mengesampingkan Cristiano Ronaldo yang memang aslinya bermain sebagai winger kiri, mungkin hanya tiga nama besar bisa jadi rujukan target-man dengan mental juara.

Karim Benzema, Filippo Inzaghi, dan Didier Drogba. Mereka adalah striker bertipe finisher (target-man) yang dijamin tidak akan hilang di laga-laga besar. 

Seusai perginya Cristiano Ronaldo ke Juventus, serta meredupnya Gareth Bale, hanya Benzema-lah satu elemen BBC (julukan trio Benzema, Bale, dan Cristiano) yang masih bertahan di Real Madrid hingga musim 2022/2023, sebelum memutuskan hijrah ke Liga Arab. Selain menjadi andalan dalam mencetak gol, Big Benz punya tanggung jawab lebih sebagai kapten, pemimpin tim.

Inilah yang membuatnya selalu decisive di setiap momen yang dibutuhkan, terutama pada laga besar. Di UCL musim 21/22, meski Vinicius yang mencetak gol di laga Final melawan Liverpool, Benzema adalah orang di balik keberhasilan mereka meraih gelar ke-14 sepanjang sejarah klub.

Aksinya saat melakukan comeback melawan Chelsea dan ketika mengeksekusi penalti penting ke gawang Ederson di semifinal menunjukkan bahwa dengan memberi Benzema "peran penting", mental pemenangnya akan semakin terasah.

Contoh ganda berikutnya adalah Inzaghi dan Drogba. Teknik bermain dan pemahaman taktik mereka sebenarnya tidak sebaik Benzema, tapi mereka punya satu hal yang selalu meledak di partai-partai penting, DETERMINASI.

Inzaghi dan Drogba tidak akan berhenti meneror lawan sepanjang berada di lapangan. Mereka bisa saja bolak-balik offside, menerjang tubuh lawan, ataupun melakukan sebuah intrik untuk menciptakan satu momen penentu permainan. Semakin kuat lawan, mereka berdua akan semakin berbahaya!

Momen yang diingat dari Inzaghi adalah ketika ia mencetak dua gol ke gawang Liverpool pada final UCL 2007. Ia dengan "aneh" bisa membelokkan tendangan bebas Andrea Pirlo dengan badannya. Kemudian aksi lepas dari jebakan offside Jamie Carragher diakhiri dengan menggelindingkan bola ke gawang Jerzy Dudek.

Didier Drogba sudah terkenal menjadi Raja Wembley di sejumlah final piala kontinental Inggris. Tetapi, aksi heroiknya di Final UCL 2012 tentu tidak akan dilupakan semua fans Chelsea. Sundulan kerasnya menyambut sepak pojok Juan Mata berhasil memaksa "tuan rumah" Bayern Munchen harus menjalani adu penalti.

Sebagai penendang akhir Chelsea, Drogba juga sukses taklukkan Manuel Neuer untuk mengantar gelar UCL perdana bagi The Blues Chelsea.

Berkaca dari tiga nama tersebut, mereka mendapatkan "aura-final" itu di umur yang sudah matang. Jadi masih ada waktu bagi Erling Haaland untuk mengembangkan dirinya, dan melengkapi talentanya dengan peran besar dan determinasi di laga-laga penting.

Step-up Haaland Menjadi Salah Satu Pemimpin Tim

Melihat Haaland yang susah" memutar badan" saat dijaga Gabriel Magalhaes, kemudian malah terlihat berangkulan dengannya di akhir laga, menunjukkan ada sesuatu yang kurang dari sisi level kompetitifnya.

Secara strategi, kini pelatih-pelatih lawan akan condong melakukan treatment yang Arsenal lakukan pada Haaland. Menjaganya secara man-marking menggunakan bek bertubuh besar. Jika Haaland menerima bola, sikat! Non-sense defending! 

Untuk keluar dari pressure tersebut, kuncinya ada pada Haaland sendiri, dari segi non-teknis.

Runner-up Ballon d'Or 2023 ini harus mampu menempatkan diri setara dengan Bernardo Silva, Kevin De Bruyne ataupun Ilkay Gundogan di musim lalu dalam hal kepemimpinan di tim Manchester City. Haaland kudu menunjukkan "kemarahan" saat timnya tengah meraih hasil buruk.

Ia tidak boleh hanya bersandar di balik kejeniusan Pep Guardiola ataupun gaya permainan atraktif Citizen. Ia dituntut step-up menjadi salah satu pemimpin di dalam tim. Ketika sudah memiliki ikatan emosional yang tinggi, rekan-rekannya tentu akan membantu untuk keluar dari situasi penjagaan ketat.

Mungkin kegagalan Norwegia untuk lolos ke EURO 2024 bisa menjadi titik introspeksinya. Mempunyai tim muda dengan rekan sekaliber Martin Odegaard dan Kristoffer Ajer (Brentford), seharusnya negara ini bisa menjadi salah satu dari 24 negara peserta. Tetapi kenyataannya mereka harus tersingkir di fase kualifikasi oleh Spanyol dan Skotlandia.

Pundit Britania dan mantan kapten Manchester United, Roy Keane, juga turut mengomentarinya setelah laga melawan Arsenal . Keane menyebut bahwa waktu yang akan membuktikan apakah Haaland bisa melengkapi atribut diluar kemampuan teknis, untuk benar-benar mengukuhkannya sebagai salah satu pesepakbola terbaik.

"Permainannya secara umum harus ditingkatkan tetapi itu akan terjadi dalam beberapa tahun ke depan. Ia adalah seorang penyerang yang brilian, namun ia harus meningkatkan kemampuannya secara keseluruhan." ucap Roy Keane dikutip dari bola.net.

Pada akhirnya, fans Citizen tentu akan berharap perbaikan performa Haaland di akhir musim ini. Mereka masih berpeluang mengulang catatan treble musim lalu. 

Tantangan terbesar mereka di depan mata, tentulah perempatfinal UCL melawan Real Madrid, 10 dan 18 April nanti.

Bisakah, Haaland, Haaland, Ha...Ha..Ha...Halaand?

Salam Olahraga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun