Dalam sebuah sesi empat mata yang viral di media sosial, Mourinho berkata kepada Alli bahwa ia telah menyia-nyiakan bakatnya. "Waktu berlalu. Suatu saat Anda pasti menyesal, jika Anda tidak mendapat apa yang seharusnya Anda bisa dapatkan." ucap Mou dalam tayangan yang diluncurkan di Amazon Prime tersebut. Â
Waktu pun berlalu, dan omongan Jose Mourinho menjadi kenyataan. Dele Alli kesulitan menemukan tempatnya di Spurs, dan pindah ke Everton hingga dipinjamkan ke Liga Turki. Ia kini berusia 27 tahun, dan belum memainkan satu laga pun bersama Everton musim ini.
Pada podcast The Overlap bersama Gary Neville, legenda Manchester United, Dele Alli akhirnya membuka tabir permasalahan mentalnya. Meskipun ia tahu, speak up ini akan menimbulkan hujatan di kemudian hari karena seakan hanya menjadi excuse atau alasan saja baginya untuk gagal berprestasi.
"Saya kecanduan obat tidur, ini adalah masalah yang tidak hanya saya alami. Ketika saya kembali dari Turki, saya harus menjalani operasi. Secara mental, saya di tempat terburuk. Saya memutuskan pergi ke fasilitas rehabilitasi modern yang menangani kecanduan dan kesehatan mental serta trauma. Saya merasa ini adalah waktu yang tepat untuk saya," ujar Dele Alli dikutip dari Goal via kompas.com (Juli 2023).
Namun bagian terburuk baginya, adalah bayang-bayang akan memutuskan pensiun di usia 24 tahun. Lihat lagi obrolan dengan Jose Mourinho di atas, ternyata ia mengejawantahkannya sebagai pengalaman paling negatif dalam hidupnya.
"Mungkin momen paling menyedihkan bagi saya adalah ketika Mourinho menjadi manajer. Saya pikir saat itu saya berusia 24 tahun. Saya ingat ada satu sesi di mana saya bangun pagi dan berlatih, ini saat dia berhenti memainkan saya. Saat itu, saya hanya menatap cermin dan bertanya apakah saya bisa pensiun sekarang pada usia 24 tahun, melakukan hal yang saya sukai. Bagi saya, hal itu sangat memilukan karena saya berpikir pensiun pada usia itu,"Â katanya menambahkan.
Ada pro dan kontra akhirnya merebak mendengar pengakuan Dele Alli ini. Satu pihak ada yang mendukungnya, di lain pihak menganggap bahwa ia tidak menangkap pesan motivasional dari Mourinho.
Di sinilah sebenarnya peran dari psikolog bisa menengahi. Dele Alli mungkin saja terlambat mendapat penanganan atas masalah mentalnya, tidak seperti Richarlison.
Sekali lagi, butuh keterbukaan dari sisi pemain juga untuk melihat bahwa kebutuhan psikoterapi (terapi psikologi) bukan hal yang tabu. Tidak ada yang dapat menolongnya, kecuali dirinya sendiri mengakui bahwa butuh pendampingan secara mental.
Lalu Apa Saja yang Dilakukan Dalam Psikoterapi Pemain Bola?
Dalam jurnal yang ditampilkan Psychology Beverly Hills disampaikan bahwa ada dua metode yang lazim digunakan kepada atlet, yakni CBT (Cognitive-Based Therapy) dan MBT (Mental-Based Theraphy).