Mohon tunggu...
Greg Satria
Greg Satria Mohon Tunggu... Wiraswasta - FOOTBALL ENTHUSIAST. Tulisan lain bisa dibaca di https://www.kliksaja.id/author/33343/Greg-Satria

Learn Anything, Expect Nothing

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Debat Coach Justin dan Mas Sapto Haryo: Darwin Nunez Itu Flop Gak Sih?

7 Maret 2024   19:46 Diperbarui: 8 Maret 2024   09:36 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan Layar DPI episode 6 Maret 2024. sumber: www.youtube.com

Jelaslah bahwa kedua pundit ini tidak salah dalam mengintepretasikan argumennya. Semua bergantung pada poin mana yang dipilih sebagai indikatornya. Layaknya forecasting dalam saham, kita bisa memakai indikator Fibonacci ataupun Moving Average dengan menarik durasi waktu yang ingin kita tampilkan. 

Sebuah gol sundulan Darwin Nunez di menit 90+9' mengantarkan kemenangan tipis 1-0 Liverpool atas tuan rumah Nottingham Forest (2/3/2024). Dengan raihan tiga poin tersebut, Nunez berjasa mempertahankan posisi The Reds sebagai pimpinan klasemen sementara Premier League dari kejaran Manchester City dan Arsenal. Lantas kenapa masih harus ada perdebatan seputar kapasitas seorang Darwin Nunez?

Perdebatan tersaji di dalam acara Dewan Pundit Indonesia (DPI) yang tersiar di kanal Youtube awal Rabu (6/3/2024) lalu. Tayangan yang diproduksi oleh JEBREEETmediaTV ini merupakan talkshow khusus sepakbola yang membahas seputar perkembangan sepakbola dunia. Dua pundit yang memperdebatkan hal ini adalah Mas Sapto Haryo dan Coach Justin.

Pembahasan mengenai Darwin Nunez tersebut dapat dilihat melalui link berikut ini.

Tangkapan Layar DPI episode 6 Maret 2024. sumber: www.youtube.com
Tangkapan Layar DPI episode 6 Maret 2024. sumber: www.youtube.com

Sekilas info tentang Mas Sapto Haryo Rajasa, beliau adalah pundit sepakbola yang berlatarbelakangkan profesi sebagai seorang jurnalis. Pria yang juga suami dari penyiar Novita Angie ini adalah seorang Liverpuldian, jadi akan mahfum apabila mempunyai pendekatan subyektif dalam penilaiannya terhadap Darwin Nunez.

Selanjutnya, Coach Justinus Lhaksana atau akrab dipanggil Coach Justin, adalah pundit kontroversial yang punya latar belakang berkicimpung langsung di atas lapangan bola. Ia merupakan mantan pelatih dan direktur teknik Timnas Futsal Indonesia. Kini pria yang besar di Belanda ini sudah malang-melintang menjadi pionir terdepan Pundit Sepakbola Indonesia. Tim Premier League favoritnya? Arsenal.

Poin dari perdebatan di antara keduanya adalah ketika Mas Sapto Haryo berpendapat bahwa dengan sumbangsih 14 gol dan 11 assist seorang Darwin Nunez, telah membuktikan dirinya menjadi salah satu pemain penting Liverpool di musim ini. Sementara Coach Justin mempunyai parameter yang berbeda, dengan beropini Nunez tetap flop karena performanya masih jauh dari harga belinya, yakni 85 juta Pounds.  

Selayang Pandang Darwin Gabriel Nunez Ribeiro

Lahir di Artigas, Uruguay, 24 tahun lalu, Darwin Nunez adalah sosok penyerang modern yang bisa ditempatkan sebagai target man ataupun winger kiri. Posisi idealnya adalah penyerang tengah, dan modifikasinya menjadi pemain winger kiri terjadi kala memperkuat Benfica di bawah asuhan Nelson Verissimo.

Kala itu Benfica mempunyai dua penyerang berbakat dalam sosok Darwin Nunez dan Goncalo Ramos (kini memperkuat PSG). Verissimo mengakomodir kehadiran mereka berdua di atas lapangan dengan menggeser posisi main Nunez menjadi winger kiri. Alasannya jelas, kecepatan lari Nunez sangat kencang dan akselerasinya juga sangat bagus.

Proses asimilasi inilah yang membuat angka mencetak golnya tidak terlalu bagus untuk seorang striker. Di Timnas Uruguay ia juga hanya membukukan 8 gol dari 22 penampilan.

Namun semuanya menjadi jelas bagi Jurgen Klopp, kala ia melawan langsung sosok Darwin Nunez ketika menghadapi Benfica di 16 besar Champions League musim 2021/2021. Dalam dua leg yang dimenangkan The Reds 6-4 secara agregat, Nunez bisa mencetak dua gol bagi Tim Elang Portugal. Pergerakannya sukses membuat pontang-panting Joe Gomez dan Ibrahima Konate.

Dana sebesar 85 juta Pounds pun segera diberikan manajemen Liverpool kepada Benfica untuk mengikat Nunez pada musim panas 2022. Angkanya melejit bukan tanpa sebab, karena Manchester United turut setia mengikuti bidding hingga akhirnya mundur secara teratur. Liverpool yang sukses datangkan Darwin Nunez, telah memecahkan rekor transfer klub Merseyside tersebut.

Sebelumnya rekor pembelian Liverpool di era kepemilikan John W. Henry adalah ketika memboyong Virgil van Dijk dari Southampton senilai 75 juta pounds pada Januari 2018. Jadi, komparasi di internal tim Liverpool sendiri sudah terasa sulit bagi Nunez, jika harus apple to apple dengan segala capaian kapten Virgil van Dijk.

Musim lalu (2022/2023) pun berakhir buruk bagi Darwin Nunez. Tidak hanya tragis baginya secara pribadi, tetapi oleh seluruh entitas di klub Liverpool. Mohammed Salah dkk memperoleh nol gelar, serta hanya sanggup menutup musim Premier League di peringkat ke-5. Darwin Nunez sendiri telah mengoleksi 15 gol dan 4 assist dari 42 laga.

Angka yang sebenarnya tidak terlalu buruk untuk seorang debutan Premier League. Capaian yang masih lebih bagus dibandingkan dengan raihan Alexander Isak (Newcastle) dan Gianluca Scamacca (West Ham), ataupun setengah musim Joao Felix bersama Chelsea.
(Ketiga pemain ini merupakan penyerang dengan rerata umur 23 tahun, dan merupakan debutan Premier League 22/23)

Namun malang tak dapat disanggah kala ia langsung di compare dengan Erling Haaland yang dibeli Manchester City seharga 51 juta pounds dari Borussia Dortmund.

Perbandingan dengan Erling Haaland inilah yang menjadi salah satu argumen Coach Justin, yang menganggap Darwin Nunez masih flop bersama Liverpool.

Darwin Nunez versus Erling Haaland

Ada sebuah pertandingan menarik, dimana mempertemukan keduanya di babak penyisihan grup Piala Dunia U-20 tahun 2019 di Polandia. Darwin Nunez menjadi penyerang utama Timnas Uruguay U-20, sementara Erling Haaland menjadi tukang gedor andalan Norwegia U-20.

Hasil dari laga tersebut adalah kemenangan untuk sisi Uruguay dengan skor 3-1, yang dilengkapi raihan sebuah gol dari Darwin Nunez. Secara materi pemain, Uruguay jelas masih di atas Norwegia, sehingga Ronald Araujo cs bisa memudahkan Darwin Nunez untuk berkreasi di lini serang.

Antitesis dari laga itulah yang terjadi di musim lalu bagi keduanya. Disaat Erling Haaland tinggal hadir sebagai kepingan puzzle untuk mencetak gol bagi The Citizen, Darwin Nunez bersama Liverpool malah sedang struggle karena baru saja ditinggal Sadio Mane ke Bayern Munchen. Roberto Firmino juga tengah dalam penurunan performa, jadi praktis Nunez merasakan adaptasi yang lebih sulit dibandingkan Haaland.

Hasil akhir musim menjadi penegasnya, dimana saat Liverpool gagal mendapatkan gelar apapun, Manchester City bersama Haaland meraih treble bersejarah bagi klub asal kota Manchester.

Dari dua sudut pandang di atas, jelas faktor komposisi dan chemistry tim membuat kinerja seorang striker akan menjadi lebih mudah. 

Pembanding berikutnya adalah dari sisi harga kedua pemain. Seperti diulas di atas, sengitnya perburuan Darwin Nunez oleh Liverpool dan Manchester United, membuat Benfica mendapatkan keuntungan dengan mendapatkan harga jual yang jauh melebihi market value Darwin Nunez itu sendiri.

Di sini berlaku hukum pasar, disaat sebuah tim memang sangat membutuhkuan pemain yang diincarnya, harganya juga pasti akan melonjak tinggi. Plus sebuah kenyataan bahwa pemain top di posisi penyerang tengah merupakan aset langka di zaman ini. Jadilah deal seharga 85 juta pounds tersebut menobatkan Darwin Nunez sebagai pemain termahal sepanjang sejarah Liverpool.

Beda kasus dengan Erling Haaland, ia ditebus seharga 51 juta pounds oleh City dari Dortmund karena nominal itu merupakan klausa "buy-out". Secara singkat, klausa "buy-out" merupakan klausa perjanjian kontrak yang ditandatangani pemain dengan klub pemilik, yang menyebutkan nominal tertentu sebagai harga minimal bagi tim lain untuk merekrutnya.

Disini yang diuntungkan jelas adalah Manchester City. Mereka bisa membeli Haaland di bawah market value, karena Haaland sudah memagari Borussia Dortmund untuk bisa melepasnya di harga 51 juta pounds. Inilah mengapa, Erling Haaland dan ayahnya Alf-Inge Haaland melakukan safari ke Barcelona, Real Madrid dan Manchester City sebelum memutuskan berlabuh ke Etihad Stadium.

Usut punya usut, Haaland kini juga mempunyai klausa "buy-out" bersama Manchester City. Pembahasan mengenai klausa "buy-out" Haaland ini dapat dibaca secara jelas di artikel Kompasianer Dian S. Hendroyono yang berjudul "Release Clause" Erling Haaland, Mimpi Buruk Manchester City"

Jadi bisa disimpulkan sementara bahwa komparasi harga 85 juta pounds Darwin Nunez kurang relevan dengan nominal 51 juta ponds yang dikeluarkan Manchester City untuk menggaet Erling Haaland.

Pundit Data dan Pundit Nonton Langsung Pertandingan

Sebuah statement dikeluarkan oleh Coach Justin dengan mengatakan bahwa "Itulah sebabnya kita jangan terlalu percaya data. Kita harus nonton langsung pertandingannya."

Itulah kontra indikator beliau atas paparan 14 gol dan 11 assist dari Darwin Nunez oleh Mas Sapto Haryo. Bagi Coach Justin, penampilan Darwin Nunez yang sudah diberi banyak kesempatan oleh Jurgen Klopp kurang memuaskannya. Angkanya pun masih dibawah Erling Haaland yang musim ini sudah cetak 29 gol dan 6 assist dari 32 laga.

Tentu secara eksplisit banyak orang akan menyetujui jika level Haaland masih berada di atas Darwin Nunez. Tetapi jika dicek sejak awal tahun 2024, yang mana merupakan rujukan kalimat "akhir-akhir ini Nunez di atas Haaland", pernyataan Mas Sapto Haryo tersebut tidak ada salahnya juga.

Darwin Nunez sukses lesakkan 5 gol dan 2 assist untuk Liverpool di ajang Premier League sejak Januari 2024, sementara Erling Haaland "hanya" bisa menorehkan 4 gol dan 1 assist di periode yang sama. 

Hasil terupdate, Jumat (8/3/2024) dini hari tadi Darwin Nunez sukses mengoleksi dua gol dalam kemenangan 5-1 Liverpool di kandang Sparta Praha. Kemenangan telak ini meletakkan satu kaki Liverpool di babak perempatfinal Europa League. The Reds hanya tinggal memastikan kemenangan di leg kedua 16 besar, Jumat (15/8/2024) depan di Anfield.

Jelaslah bahwa kedua pundit ini tidak salah dalam mengintepretasikan argumennya. Semua bergantung pada poin mana yang dipilih sebagai indikatornya. Layaknya forecasting dalam saham, kita bisa memakai indikator Fibonacci ataupun Moving Average dengan menarik durasi waktu yang ingin kita tampilkan. 

Jadi, Darwin Nunez bisa dianggap flop atau tidak? Terlalu dini bila menjawabnya sekarang. Jika acuannya hanya musim lalu, bisa dikatakan bahwa proses adaptasinya memang kurang berjalan dengan lancar. Tetapi jika Liverpool menutup musim ini dengan quadruple dan Nunez jadi salah satu protagonisnya, tentu tidak layak ia dikatakan pembelian yang flop.

Semua akan terjawab di akhir musim nanti, yang juga merupakan momen perpisahan bagi Jurgen Klopp. Kita nantikan apakah Darwin Nunez cs bisa memberikan kado perpisahan terbaik bagi Sang Manajer.

Salam Olahraga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun