Jose Mourinho pernah ditanya Obi Mikel dalam podcastnya, tentang siapa yang berpeluang memenangi Premier League musim ini. Jawab Mou, "51% Manchester City, 49% Liverpool.". Arsenal? "No.". Bukan tanpa alasan The Special One menjawab pertanyaan itu, karena nyatanya City dan Liverpool tetap bisa eksis di papan atas meski banyak tekanan menerpa.Â
Sudahi dulu membahas tentang Liverpool dan "bocil-bocilnya" menangi Carabao Cup dan lolos 8 besar FA Cup. Sang peraih treble musim lalu diam-diam juga masih punya asa untuk mengulangi catatan gemilang itu di musim ini.
Manchester City kini punya 59 poin, berarti hanya terpaut 1 angka dari The Reds di puncak klasemen. Mereka juga punya keunggulan sementara 3-1 melawan FC Kopenhagen di 16 besar Champions League, jadi hanya tinggal menyegel tempat 8 besar di Etihad, Kamis (7/3/2024) depan. Sementara di FA Cup, Newcastle United akan jadi lawan mereka di perempatfinal nanti (17/3/2024). Tempatnya? Etihad Stadium!
Sepertiga musim akhir memang identik dengan Pep Team's Time. Mereka hampir selalu melakukan slow-start di awal musim, dan baru ngegas di sepertiga akhir perjalanan. Mau buktinya? Tanyakan pada Liverpool musim 2021/2022 dan Arsenal di musim lalu (2022/2023) yang berasil dilangkahi The Citizen di "tikungan" periode ini.
Belum lagi jika membahas tentang mental juara, Kevin De Bruyne dkk adalah peraih gelar Premier League di tiga musim terakhir. Berbagai pengalaman telah Pep dan timnya lalui, disaat anak-anak muda Liverpool dan pemain Arsenal kini mulai berusaha menyaingi di papan atas. Mungkin masalah utama mereka hanya satu, Apakah Manchester City masih haus akan gelar juara?
Itulah yang akan dijawab The Citizen di bulan Maret ini. Jadwal pertandingan yang berat akan menjadi tantangan bagi City, berbarengan dengan dua minggu periode International Break pada 18-26 Maret 2024. Dengan skua bertaburkan bintang Timnas masing-masing negara, maka Manchester City lebih beresiko hadapi bulan "horor" ini dibandingkan Liverpool dan Arsenal.
Jadwal "horor" The Citizen akan dimulai saat menjamu Manchester United di Etihad akhir pekan ini (Minggu, 3/3/2024). Berikutnya, leg kedua babak 16 besar UCL akan menjadi jalan "mudah" bagi Erling Haaland dkk untuk menyingkirkan FC Kopenhagen (7/3/2024). Setelah itu, akan ada duel penentu gelar EPL saat City bertamu ke Anfield menghadapi Liverpool pada Minggu depan (10/3/2024).
Ada satu minggu jeda untuk Pep Guardiola menyiapkan timnya menjamu Newcastle di perempatfinal FA Cup (17/3/2024), lalu akan ditinggal mayoritas pemain-pemainnya ke negara masing-masing. International Break ini mayoritas digunakan Timnas Eropa untuk memantapkan skuad jelang EURO 2024, dan Timnas Conmebol untuk mempersiapkan Copa America 2024 yang keduanya digelar akhir musim nanti.
Selepas itu, tanggal 31 Maret 2024, Pep sudah ditunggu Bigmatch lainnya melawan tim mantan asistennya Mikel Arteta, Arsenal. Bisa dibayangkan bagaimana puyengnya Pep mempersiapkan timnya di bulan Maret "horor" ini ke depan. Jika ia bisa menghanddle masalah teknis dan non-teknis saat para pemain berada di Manchester, maka International Break adalah momen di luar kuasanya. Semoga saja tidak ada pemain yang cedera, seperti Jack Grealish.
Jack Grealish mendapatkan cedera pangkal paha saat tampil hanya 38' menit melawan Luton Town di FA Cup (28/2/2024). Meski timnya berhasil menang 6-2, terlihat Grealish murung meratapi nasibnya. Ia bahkan tertangkap kamera menangis di balik jaket tim saat berada di bangu cadangan. Cedera Grealish ini adalah masalah yang berulang, karena ia mengeluhkan hal yang sama setelah laga leg pertama melawan Kopenhagen.
Lalu bagaimana kira-kira Pep Guardiola akan menyikapi bulan Maret ini? Berikut ada tiga hal yang bisa menjadi andalan pelatih Spanyol yang sudah berikan 16 gelar bagi tim milik Sheikh Mansour ini.
Poros Kevin De Bruyne-Erling HaalandÂ
Laga melawan Luton Town di FA Cup kemarin menjadi etalase terhebat kerjasama kedua pemain itu di musim ini. Empat gol Haaland tercipta berkat empat assist De Bruyne! Link-up dari keduanya memang sudah pernah dibahas Pep sebagai simbiosis mutualisme. KDB tidak akan menciptakan assist sebanyak itu di musim lalu dan musim ini, jika bukan Haaland penyelesainya. Begitu pula, Haaland tidak akan menciptakan banyak gol kalau tidak ada KDB yang menyuplai bolanya.
Pep Guardiola harus pintar-pintar merotasi keduanya di saat yang diperlukan, karena kedua pemain ini adalah pemain penting jelang berakhirnya musim ini. Pep untungnya punya pemain sekaliber Julian Alvarez dan Bernardo Silva yang bisa menjadi bumper untuk kdua pemain ini. Wonderkid Oscar Bobb juga sudah mulai dipercaya tampil dengan menit bermain yang signifikan.
Phil Foden's Prodigy
Sudah menjadi pembahasan media Inggris, bahwa Phil Foden yang kian matang, telah menjadi pemain penting berpengaruh bagi keberhasilan Manchester City dalam musim ini. Kepergian Riyad Mahrez ke Saudi Arabia telah membuka jalan baginya menguasai sisi kanan serangan The Citizen.Â
Pemain 23 tahun ini telah memainkan 39 laga sepanjang musim ini, dengan raihan 16 gol dan 10 assist! Selain kontribusi kuantitas di lapangan, prodigy (keajaiban) yang ditunjukkannya di momen-momen penting kerap hasilkan gol penentu bagi Manchester City. Berbeda dari musim lalu yang cukup mulus bagi City raih poin di EPL, di musim ini kerap Foden dkk dibuat "susah" oleh tim-tim EPL hingga menit akhir laga.
Rodri, The Best Midfielder
"Semua sorotan harus diberikan kepada para pemain di lini depan yang mencetak gol, memberikan asisst dan sebagainya. Namun Rodri selalu memiliki kemampuan di momen-momen penting untuk mencetak gol, jadi dia adalah pemain yang luar biasa. Dia adalah pemain lini tengah terbaik di dunia saat ini karena dia mampu melakukan segalanya,".Â
Ujaran Pep Guardiola yang dikutip dari bola.net (19/2/2024) ini telah menunjukkan siapa the most important player dalam skuadnya dua musim belakangan. Rodri adalah pencetak gol saat Final UCL melawan Inter Milan musim lalu. Rodri juga yang menjadi pencetak gol untuk amankan 2 poin penting di laga home and away melawan Chelsea musim ini.
Diluar itu, Rodri merupakan jantung permainan bagi Manchester City. Kemampuannya menjembatani lini belakang dan lini tengah dengan coverage ball tinggi serta umpan simpel, membuat para kreator City mempunyai ketenangan dalam melakukan penyerangan. Dalam skema double pivot, ia juga bisa klop dengan siapa saja yang dimainkan di sisinya. Jika musim lalu John Stones menjadi tandem terbaiknya, musim ini ada Bernardo Silva, Akanji, Nunes dan Kovacic yang bergantian menemani.
Pada akhir musim, kita akan bisa membuktikan apakah ramalan Jose Mourinho tentang Manchester City itu tepat. Alasan terkuat Mou adalah karena City mempunyai dua tim (utama dan cadangan) yang sama hebatnya. Itulah yang tidak dipunyai Liverpool, apalagi Arsenal.Â
Jika Manchester City bisa melewati bulan Maret "horor" ini dengan kemenangan demi kemenangan, maka fans City boleh berharap lagi di akhir musim, timnya akan meraih treble. Meskipun Pep Guardiola pernah menyebut peluangnya hanya 0,01%.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H