Memasuki sepertiga akhir musim 2023/2024, tentu para fans klub-klub Eropa akan berhitung dimana target realistis klub favoritnya berlaga di Eropa musim depan. Perlu diketahui (lagi) oleh para fans bola, bahwa musim depan UEFA Champions League (UCL) akan diisi oleh 36 tim dan menggunakan sistem baru. Seperti apa itu? Dan bagaimana sistem ini berpengaruh pada klub-klub Eropa? Mari kita bahas.
Inter Milan, Real Madrid, serta Bayer Leverkusen tentu sudah anteng-anteng saja karena selisih poinnya cukup jauh dikejar pesaing slot UCL lainnya. Premier League juga memungkinkan tiga tim teratas Manchester City, Liverpool dan Arsenal sebagai kandidat kuat masuk ke UCL musim depan.
Sementara klub-klub lainnya akan berhitung peluang masuk UCL, sembari berharap tim-tim yang masih mentas di tiga turnamen Eropa (UCL, Europa League dan Conference League)Â memberikan tambahan koefisien poin bagi Liga mereka masing-masing.Â
Mengapa begitu? Sebab akan ada penambahan jatah tim peserta UCL dari yang sebelumnya 32 tim, akan menjadi 36 tim pada musim depan.
Empat slot tambahan akan diberikan dengan perhitungan sebagai berikut :
- Satu klub tambahan dari Liga dengan koefisien peringkat UEFA kelima, dimana kemungkinan besar menjadi milik perwakilan Ligue 1 yang menduduki peringkat ketiga di akhir musim.
- Satu klub tambahan dari kualifikasi sebelum fase grup UCL, dimana berlangsung Champions Path yang mengadu para juara Liga yang koefisien peringkat UEFA-nya di atas 10 besar.
-Dua klub tambahan yang berasal dari dua Liga yang mempunyai koefisien peringkat UEFA pertama dan kedua. Jadi bisa dibayangkan misalnya, Premier League menjadi salah satunya, maka peringkat kelima klasemen akhir EPL berhak ke UCL musim depan.
Berdasarkan kesempatan di atas, maka perjuangan para wakil Liga di UCL, Europa League dan Conference League akan menentukan bagaimana nasib akhir koefisien peringkat Liga mereka. Perhitungan akan ditutup di akhir musim ini, dan hingga artikel ini ditulis, Serie A dan Bundesliga masih merupakan dua peringkat teratas koefisien Liga Eropa.
Sebagai contoh, jika Arsenal dan Manchester City mampu melaju jauh di UCL, maka otomatis koefisien Premier League akan terangkat. Begitu pula jika Liverpool mampu menjuarai Europa League, ataupun Aston Villa mampu menjadi juara Conference League, itu akan mengerek koefisien Liga Inggris pula.
Jadi wajar jika klub-klub seperti Manchester United, Tottenham Hotspur, Newcastle dan Chelsea menaruh harapan kepada tim se-Liga mereka untuk berprestasi jauh di kompetisi Eropa musim ini.
Ini juga sama persis diharapkan oleh kontestan Serie A. Mereka yang juga mempunyai empat wakil di UCL musim ini akan mendapat tambahan satu wakil lagi yang nanti menduduki peringkat kelima di akhir musim. Bologna, Atalanta, AS Roma, Lazio dan Fiorentina akan senang menantikannya.
Lalu bagaimana kemungkinan terbesar 2 Liga yang memperoleh dua jatah ini? Menilik peringkat yang terlampir di atas, Serie A yang duduki koefisien teratas sepertinya mampu amankan slot tersebut. Napoli, Lazio dan Inter Milan masih berjuang lolos ke 8 besar UCL. Di 16 besar Europa League juga ada AC Milan, AS Roma dan Atalanta yang siap berprestasi. Sedangkan di Conference League ada Fiorentina yang jadi finalis musim lalu.
Bundesliga yang duduki peringkat koefisien kedua, sepertinya harus rela jika dilewati oleh Premier League. Ini merujuk pada partai Leipzig versus Real Madrid yang kemungkinan besar akan meloloskan Los Blancos ke 8 besar dengan agregat leg pertama 0-1. Sementara Bayern yang kalah 0-1 dari Lazio di leg pertama harus melakukan comeback di leg kedua nanti. Mungkin Dortmund yang akan nyaman hadapi PSV di laga kandang bulan depan.
Perwakilan Bundesliga di Europa League adalah Freiburg dan Leverkusen. Bisa dikatakan skuad Xabi Alonso adalah satu-satunya harapan karena Freiburg akan hadapi West Ham di 16 besar. Hasil Freiburg versus West Ham akan sangat mempengaruhi perubahan koefisien Liga kedua tim.
Jika sudah tercapai kuota 36 tim, lalu bagaimana perubahan sistem pertandingannya?Â
Hingga musim ini yang berisikan 32 tim, UEFA membagi kontestan UCL menjadi delapan grup. Dari masing-masing Grup yang menjalani full kompetisi Home and Away, akan diperoleh dua peringkat teratas. Selanjutnya 16 besar ini akan ditemukan dengan sistem gugur yang berdasarkan undian Juara Grup melawan Runner-up Grup. Babak 8 besar juga dilakukan undian lagi yang paten hingga partai final.
Tentu akan ada yang baru dengan komposisi 36 tim musim depan, dan UEFA memutuskan menggunakan metode "Swiss-League" untuk babak penyisihannya. Dalam metode ini, seluruh kontestan dikumpulkan dalam sebuah liga yang hanya akan memainkan 8 partai untuk masing-masing tim, melawan tim yang berbeda. Empat partai home, dan empat partai away.
Partai-partai ini akan dirancang oleh UEFA berdasarkan koefisien klub. Dan dari 8 pertandingan yang dijalankan oleh masing-masing 36 kontestan akan dihitung poin akhirnya.
Tim dengan peringkat 1 sampai 8 akan otomatis lolos ke babak 16 besar. Sedangkan tim peringkat 9 hingga 24 akan menjalani play-off home and away untuk mendapatkan 8 slot tersisa. Tidak ada sistem degradasi di UCL nanti, jadi semua kontestan musim depannya akan direfresh lagi sesuai kategori peserta di awal tadi.
Lalu tim yang lolos babak 16 besar, akan sama dengan musim-musim sebelumnya menjalankan sistem gugur dengan Home and Away untuk menentukan siapa Juara Champions League 2024/2025 yang Finalnya akan dihelat di Allianz Arena, Munich.
Intermezzo Peluang 7 tim Premier League dan Serie A lolos UCL 24/25Â
Sebuah pembahasan paling liar, bahwa secara teori memungkinkan bagi Premier League dan Serie A mengirimkan 7 wakil sekaligus di UCL musim depan.Â
Dua slot pertama bisa didapatkan otomatis oleh Juara UCL dan Europa League musim ini. Lima slot berikutnya bisa didapatkan dengan 4 jatah lama dan 1 jatah baru UEFA untuk masing-masing liga, dengan syarat mereka bukanlah Juara UCL dan Europa League musim ini.
Sebagai contoh di Premier League, apabila Manchester City bisa juara UCL dan Liverpool juara Europa League musim ini, mereka akan otomatis dapat jatah UCL musim depan. Untuk slot dari kompetisi liga, seandainya City dan Liverpool terlempar dari lima besar (which is mustahil), maka kelima tim teratas Premier League bisa lolos dampingi City dan Liverpool.
Kemungkinan yang sangat kecil ini bisa terjadi juga di Serie A. Namun akan sangat sulit membayangkan Manchester City, Liverpool atau bahkan Inter Milan kalah terus dan terlempar dari lima besar Liganya.
Sebagai catatan, jatah juara bertahan UCL dan juara Europa League akan otomatis gugur apabila klub tersebut lolos menggunakan slot peringkat teratas di liga masing-masing.
Demikianlah penjelasan mengenai Format Baru Champions League musim 2024/2025. Semoga bisa membantu para pecinta bola memperkirakan dimana tim kesayangan akan berlaga di Eropa musim depan.Â
Salam olahraga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H