Seminggu belakangan ini cukup berisik kabar di dunia maya, perihal friksi di internal Timnas Korea Selatan. Timing kejadiannya adalah sebelum laga semifinal Piala Asia 2003 antara Korea Selatan melawan Jordania (6/2/24). Media Korea Selatan sendirilah yang membocorkan kejadian ini.
Berawal dari makan bersama Timnas Korsel di sore hari jelang laga semifinal, Lee Kang-in dan beberapa pemain ingin menyudahi dinner tersebut dengan cepat supaya mereka bisa bermain ping-pong. Akhirnya terlaksanalah hajat mereka ini. Semula tidak ada yang komplain, sampai mereka yang bermain ping-pong dirasa terlalu berisik.
Son Heung-min yang bertindak sebagai kapten, menegur rekan-rekan yang juga juniornya tersebut. Namun apa lacur, komunikasi menjadi intens dan menegang hingga terjadi keributan yang membuat jari pemain Tottenham Hotspur terluka.
Ini tampak pada laga semifinal kontra Yordania, dimana ada perban putih melingkar di jari tengah dan telunjuk kanan-nya.
Pelatih Jurgen Klinsmann, legenda Jerman, didesak sejumlah pemain senior Korsel untuk mencadangkan Lee Kang-in di laga tersebut, namun ia menolak dengan alasan teknis, Lee Kang-in merupakan pemain penting di timnya.
Hasil semifinal-pun tidak berpihak pada Taeguk Warriors. Mereka takluk 0-2 melawan tim yang mereka imbangi 2-2 di fase grup. Dengan menjabat sebagai salah satu unggulan, timbullah kekecewaan di kalangan fans lokal Korea Selatan.
Seusai laga semifinal, sebetulnya Son Heung-min sebagai kapten sudah muncul ke "permukaan", untuk meminta maaf kepada fans karena gagal memenuhi target menjadi juara Piala Asia 2023. Dengan lolos semifinal, sebenarnya bukan hal memalukan bagi Korsel.
Namun gejolak di domestik Korsel tidak bisa tahan membahas perangai pemain-pemain mereka. Media lokal, Yonhap, 14 Februari 2024 merilis perdana fakta bahwa ada adu jotos antara Lee Kang-in dan Son Heung-min, yang membuat sang kapten cedera.
Padahal ketika laga semifinal, terlihat antara Lee Kang-in dan Son Heung-min sudah nampak berdamai. Mereka mutlak kalah secara permainan dari Musa Al-Taamari dkk. Namanya negara K-Pop, tidak seru jika hal ini tidak di viralkan.
Bukan bermaksud mendiskreditkan fans K-Pop, tetapi kejadian ini sangatlah lumrah di dunia sepakbola. Mungkin mereka yang bertindak lebih karena hasil akhirnya adalah kekalahan bagi Timnas-nya. Kalau menang, pasti beda cerita.
Fakta individualnya adalah, baik Son Heung-min maupun Lee Kang-in adalah pemain Korsel yang besar di Eropa. Son menimba ilmu dari kecil di Jerman bersama Hamburg SV, sementara Lee Kang-in di Spanyol bersama Valencia.Â
Meskipun berdarah Timur, perilaku mereka sudah terasimilasi oleh profesionalitas Barat, yang mana ini bisa dimaklumi oleh Klinsmann yang tidak menuruti saran mencadangkan Kang-in. Toh keduanya sudah berdamai.
Lee Kang-in yang berumur 23 tahun, merupakan generasi emas terbaru setelah era Son Heung-min. Kemampuannya sudah diakui dunia, terbukti dengan PSG yang menebusnya 382 milyar rupiah dari Mallorca dan kini menjadi pemain iti di skuad Les Parisiens.
KFA, tak lain adalah PSSI-nya Korea Selatan, menunjuk kambing hitam dalam drama "buatan" ini dengan melengserkan Jurgen Klinsmann pada 16 Februari. Alibinya adalah, Klinsmann gagal menunjukkan kemampuan kepelatihan dan kepemimpinan dan tidak sesuai dengan sentimen dan ekspektasi publik.Â
Faktanya, bersama Klinsmann Timnas Korsel meraih sembilan kemenangan, lima kali hasil seri dan tiga kali kalah dalam 17 laga hingga semifinal Piala Asia 2023.Â
Jika mau dikomparasikan, skuad Samurai Biru Jepang harusnya lebih buruk penampilannya di Piala Asia lalu. Jepang sebagai unggulan utama, hanya bertahan sampai babak perempat final, dan seluruh Jepang tidak mengkambinghitamkan pelatih Hajime Moriyasu ataupun kiper muda Zion Suzuki untuk kegagalannya.
Fans K-Pop asli warga Korea Selatan memang dikenal sangat "demanding" terhadap para Idol-nya, terutama di dunia musik. Mereka saking fanatiknya, bahkan bisa memasuki ranah privasi sang bintang tersebut. Inilah yang kini terjadi pada Lee Kang-in.
Ribuan warga Korea sudah menandatangani petisi, agar Lee Kang-in tidak dimasukkan skuad Timnas Korsel lagi, selamanya! Ada perbincangan podcast di Youtube Lee Chun-soo, mantan pemain timnas Korsel, menjelaskan bahwa tradisi senior-junior merupakan hal yang cukup sakral di Taeguk Warriors. Jadi menurutnya wajar publik Korsel berbuat sedemikian masif.
Media TV lokal Korsel pun sudah berbuat demikian. Dalam siaran langsung Ligue 1 antara PSG melawan Nantes (18/2/2024), nama Lee Kang-in yang sedianya ada sebagai draft pemain sebelas pertama, dihapus dengan hanya menyisakan nomor punggung saja. Duh!
Lalu apa tanggapan Lee Kang-in?
Sesampainya di markas PSG usai Piala Asia 2023, ia sebenarnya langsung menyampaikan permintaan maaf secara terbuka di laman Instagram-nya. Ia mengakui tindakannya yang "dibocorkan" media lokal Korsel tersebut dan juga menjelaskan sudah meminta maaf pada Heung-min dan rekan setim. Ternyata itupun masih belum cukup!
Desakan "out" dari fans Korsel membuatnya harus terbang ke London semalam (20/2/24), dan pagi ini akun instagram Son Heung-min mempublish bahwa ia sudah berdamai dengan Lee Kang-in dengan dokumentasi foto saling berangkulan. Ijinkan saya memakai Bahasa Jawa, "Sakmono e loh, Lur!"Â , sebegitunya loh, saudara!
Fans Timnas Korea Selatan yang bermental fans K-Pop, menurut subyektif saya sudah terlampau jauh dalam bersikap dalam masalah ini. Diharapkan saja foto wefie Kang-in dan Heung-min menjadi penutup drama "buatan" warlok Korsel ini. Jika masih lanjut, kebacut!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H