Napoleon membuat saya bingung harus memberi score berapa, sesaat setelah saya menontonnya. Dengan rating R (Parental Guide) di IMDb, saya lebih menyarankan penonton film ini adalah 18+. Selain karena ada banyak adegan kekerasan dan seksual, ide cerita dari film ini bukanlah kolosal peperangannya, tetapi berdasarkan surat intim antara Napoleon Bonaparte dan istri pertamanya, Josephine.
Jujur, saya sangat kagum dengan akting Joaquin Phoenix dan terutama pesona dari Vanessa Kirby yang luar biasa. Saya juga sangat suka cinematografi dan riasan serta kostum yang ada di film Napoleon. Semuanya sangat on point menggambarkan Perancis dan Eropa di awal abad ke-18. Tapi.... Selalu ada tetapi, tapi ini merupakan "tetapi" yang saya yakin akan dirasakan banyak penonton awam, yaitu tentang source material-nya, atau paling gampang disebut sumber ceritanya. Ridley Scott yang men-direct film ini, mengambil naskah tulisan David Scarpa secara brutal yang membuat saya pribadi tak yakin tentang kebenaran filmnya dan bertanya "APA IYA NAPOLEON BONAPARTE SEPERTI ITU?"
Penulis mohon izin untuk mempromosikan hasil karya berbentuk novel yang bisa dinikmati di GoodNovel. Sangat penulis harapkan bantuan dari teman-teman Kompasianer untuk bisa membaca novel fiksi berjudul DIMENSI, yang bergenre scifi-thriller ini. Hingga kini masih tersedia 4 bab, dan akan secara rutin diupdate setiap harinya. Novel bisa dibuka di link berikut ini : Dimensi - Chapter One.
Saya hanya mengetahui Napoleon Bonaparte sebagai salah satu Kaisar Perancis yang memenangkan banyak perang di Eropa. Lukisannya menaiki kuda putih akan selalu menjadi rujukan betapa hebatnya ia di awal abad ke-18. Dan ini akan terpikir pula oleh mayoritas penonton lainnya. Perlu dicatat, Napoleon bukan film dokumenter. Ada banyak fiksi atau opini yang ditambahkan pada karya yang diangkat berdasarkan kisah nyata ini. Jadi mari membahas dua orang yang bertanggung jawab atas film, yang pasti akan menuai pro dan kontra ini.
Ridley Scott, adalah sang sutradara yang merangkap pula menjadi produser film berdurasi 2 jam 38 menit ini. Ia sebelumnya dikenal sebagai sutradara hebat yang hasilkan film epik The Martian dan film futuristik Blade Runner. Ia juga menjadi orang yang mendirect film legend, Gladiator, yang rencananya akan dilajutkan sekuelnya di Gladiator 2 tahun 2024 ini. Nama besar Ridley Scott sepertinya membuat saya tidak akan mempermasalahkan determinasi dan arahan akting darinya. Ia sudah menelurkan 2 karya apik tentang masa depan, serta sebuah mahakarya abadi tentang sejarah Italia bersama Russell Crowe dkk, dan tentu ada beberapa karya lainnya, yang salah satunya adalah bersama nama di bawah ini.
David Scarpa, sang penulis naskah. Karya yang paling dikenal pecinta film adalah All The Money In The World yang disutradarai pula oleh Ridley Scott. Dari sinilah saya akhirnya berasumsi, David Scarpa lah orang yang dibalik layar membuat karakter Napoleon Bonaparte secara "terlalu personal". Mengapa? Karena di film All The Money In The World, saya mengingat sekilas bahwa masing-masing karakter di keluarga Getty yang kaya tersebut, mempunyai personalisasi yang sangat mendalam. Kira-kira semacam variasi karakter di Knives Out, tapi lebih dalam lagi galian karakternya.
Pada akhirnya, langkah terakhir saya adalah membandingkan naskah film ini dengan tulisan lain tentang Napoleon Bonaparte berdasarkan dua pertanyaan terbesar saya.
Pertanyaan pertama saya, akhirnya terjawab lewat wikipedia, bahwa memang benar Napoleon yang berasal dari darah bangsawan bukanlah pejuang militan di garda terdepan dengan keahlian pedang atau pistol. Asumsi yang saya punya dari foto nya yang gagah berkuda adalah ia jago dalam pertarungan satu lawan satu, ternyata terbantahkan. Menjawab alasan mengapa di sepanjang film tidak ada adegan Napoleon melatih ketangkasannya berkuda, menggunakan pedang, atau berkelahi tangan kosong? Ternyata Napoleon Bonaparte merupakan lulusan spesial ahli artileri yang mempunyai keahlian matematika dan strategi di atas rata-rata. Kemampuan mengakomodir artileri inilah yang membuatnya memenangi banyak peperangan.Â
Pertanyaan kedua dan yang terbesar adalah tentang personalisasi karakter Napoleon Bonaparte. Saya akhirnya harus membaca wawancara ekslusif David Scarpa dengan IndieWire, dan dijelaskan bahwa persona Si Jenius Canggung dengan Ketidakkompetenan Seksual menjadi titik poin karakternya. Bisa dibaca dalam wawancara tersebut di link ini, bahwa Scarpa memahami kesulitan mengangkat sebuah biopik tokoh besar dunia secara holistik. Akhirnya dipersempitlah pendalaman karakter Napoleon pada catatan sejarah yang terdokumentasikan, berupa surat intim yang dikirim oleh Napoleon kepada Josephine, istrinya.
David Scarpa yang berbangsa Amerika Serikat, serta Ridley Scott yang berdarah Britania, mengejawantahkan surat-surat berbahasa Perancis itu dengan asumsi "sangat mesum". Inilah yang membuat saya akhirnya paham titik distorsi film ini. Sepengetahuan saya, orang Perancis adalah orang yang terkenal puitis dan vulgar dalam menyampaikan sesuatu secara intim, apalagi kepada isterinya sendiri. Surat itu saya gambarkan sebagai sebuah chat Whatsapp suami-istri di zaman sekarang, yang menurut saya secara pribadi, kurang bisa dientepretasikan dengan tepat di film ini.
Garis besar seluruh peperangan yang dilalui Napoleon Bonaparte di film Napoleon ini, seharusnya mengarah pada motivasinya mempersatukan daratan Eropa. Tapi karena terlalu intens dengan keintiman Napoleon-Josephine, baik secara langsung ataupun lewat surat, di akhir film menjadi sebuah titik bias besar, bahwa kekalahan Napoleon diakibatkan oleh kegagalannya mengatur masalah pribadinya. Jadi secara tersirat, motivasi Napoleon untuk memenangkan peperangan "seperti" hanya ajang pamer kepada Josephine seorang. Inilah yang menurut pandangan saya bisa menurunkan nilai rating di film Napoleon.