Mohon tunggu...
Greg Satria
Greg Satria Mohon Tunggu... Wiraswasta - FOOTBALL ENTHUSIAST. Tulisan lain bisa dibaca di https://gregsatria31.blogspot.com/

Learn Anything, Expect Nothing

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review "Forgotten Love" (2023), Salah Satu Film Terbaik Tentang Cinta

9 Januari 2024   10:12 Diperbarui: 9 Januari 2024   10:25 1056
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster film Forgotten Love. www.rottentomatoes.com

Saya tidak sengaja menemukan film mengagumkan ini. Berawal dari browsing mengenai Golde Globe Awards 2024, yang menempatkan Oppenheimer-nya Christopher Nolan menjadi yang terbaik, saya berselencar di Variety Magazine guna melihat tanggapan orang-orang luar negeri tentang film biopik tersebut. Ada yang memuji, tentu ada pula yang protes bahwa film kesukaannya bahkan tak masuk nominasi. Di antara komen-komen tersebut, saya membaca sempilan komentar seorang yang menyarankan film asal Polandia, Forgotten Love.

Sekelebat saya pernah melihatnya di Netflix akhir tahun lalu dengan poster bapak tua sedang berjalan memegang kayu. Waktu itu saya berpikir "ah mungkin ini film adaptasi Kitab Suci... tentang Nabi..". Tapi setelah semalam saya melihatnya, luar biasa. Banyak sekali cinta di dalamnya! Film ini adalah adaptasi novel "Znachor", karya Tadeusz Doga-Mostowicz.

Cinta suami dan istri, cinta ayah dan anak, cinta sepasang muda-mudi, dan yang jarang ditemui di banyak film.. cinta seseorang terhadap pekerjaannya.

Saya akan langsung merekomendasikan semua tenaga medis untuk menonton film ini, terutama dokter, karena film ini mengangkat secara realistis makna dari Sumpah Hippokrates. Sumpah yang akan selalu diucapkan dokter dalam menjalankan profesinya,"..Saya akan menggunakan pengobatan untuk menolong orang sakit sesuai kemampuan dan penilaian saya, tetapi tidak akan pernah untuk mencelakai atau berbuat salah dengan sengaja. Tidak akan saya memberikan racun kepada siapa pun bila diminta dan juga tak akan saya sarankan hal seperti itu. "

Film drama ini bisa menjadi reverensi lain bagi para dokter dan tenaga medis untuk menambah motivasi dalam bekerja, seperti film "Patch Adams"

Sebelum melanjutkan reviewnya, ijinkan saya menjelaskan bahwa di film ini mengangkat kehidupan masyarakat Polandia di tahun 1900 awal, dimana ada tiga suku bangsa yang berbaur apik dalam masyarakat, yakni Polish, Yahudi dan Prancis. Perbedaan kasta dari mereka dijelaskan dengan baik, dan itulah yang membuat indah arti sebuah Cinta, yakni perbedaan.

Back Stage

Film yang diproduksi langsung oleh Netflix ini disutradarai oleh Micha Gazda, dengan adaptasi yang dilakukannya terhadap novel Znachor, novel karya Tadeusz Doga-Mostowicz yang terbit tahun 1937. Znachor jika diartikan dalam dialek Rusia, diterjemahkan sebagai "Dukun". 

Novel tersebut diadaptasi dan ditulis sebagai naskah film oleh Marcin Baczyski dan Mariusz Kuczewski, serta Magdalena Szwedkowicz punya peran global sebagai produsernya.

Pemeran-pemeran di film ini meliputi Leszek Lichota sebagai prof. Rafa Wilczur atau Antoni Kosiba, Maria Kowalska sebagai Marysia (anak perempuan prof. Wilczur), Ignacy Liss sebagai Leszek, Anna Szymaczyk sebagai Zoka, Mirosaw Haniszewski sebagai dr. Jerzy Dobraniecki, dan banyak lagi artis Polandia lainnya.

Tentu tidak banyak yang saya tahu tentang nama-nama tersebut, tetapi jujur, mereka mampu membuat sebuah karya yang hebat bersama Netflix. Semua aktor dan aktrisnya mampu jalani peran dengan natural dan maksimal, dan pembuat naskah juga tidak banyak memberikan dialog-dialog metafora. Kesannya sangat realistis hanya dengan sebuah pandangan dan ekspresi. Salut pula untuk sinematografer, Tomasz Augustynek.

Sinopsis

Diawali dengan kehidupan prof.Rafal Wilczur, dokter bedah terpandang yang punya seorang istri dan anak peremuan. Sekalipun ia adalah dokter pintar dan terpandang, ia tidak mau diekspos oleh banyak orang sebagai seorang yang terkenal. Pengabdiannya hanyalah pada sebuah klinik swasta yang ia bangun bersama rekannya dr. Dobraniecki.

Suatu pagi, mereka berdua mendapati seorang anak kecil penjaja koran yang tertabrak oleh kereta kuda. Prof. Wilczur langsung membawanya dan melakukan tindakan operasi di klinik atas biaya yang ditanggungnya. Aksi sosialnya ini mendapatkan apresiasi dari Dewan Kota, yang memberinya mandat sebagai Kepala Rumah Sakit Umum Bedah, yang ditujukan untuk masyarakat kurang mampu.

Ternyata dalam sekelebat, hidupnya berbalik menjadi gelap. Istrinya yang tidak menaruh cinta padanya sejak awal pernikahan, pergi membawa anak kesayangannya menuju mantan kekasihnya.

Prof. Wilczur sangat frustasi mencari keberadaan istri dan anaknya, meminta bantuan dr. Dobraniecki, yang sayang-nya mempunyai rasa iri terhadap prestasi Sang Profesor. Hingga di malam yang sama, Prof. Wilczur mengalami perampokan dan ia dianiaya oleh sekelompok orang, didepan rekannya tersebut.

Berita melaporkan "kematian" Prof. Wilczur sebagai pelaku bunuh diri setelah ditemukan mantel dan bootnya hanyut di sungai sekitar. Motif yang dikarang adalah prfesor bedah tersebut frustasi terhadap masalah keluarganya.

Lima Belas tahun berselang, Prof. Wilczur yang hilang ingatan mengambil sebuah identitas dengan nama Antoni Kosiba. Hidup sebagai nomad, ia terus mencari tahu "apa yang sebenarnya ia cari dalam hidup", baik di masa lalu maupun di masa depan. Tangan terlatihnya sebagai seorang dokter, menjalin sebiah "jahitan cinta" yang mempertemukannya lagi dengan kisah lalunya.

After Taste

Intens, inilah satu kata yang bisa saya gambarkan untuk film drama berdurasi 140 menit ini. Dari awal hingga pertengahan film kita disajikan berbagai macam persoalan yang terjadi secara beruntun seakan-akan itu adalah kesialan. Tetapi selalu ada cinta yang diberikan tokoh protagonisnya. Hingga bagi penonton yang mampu menahan air mata, akan tumpah di akhir film lewat kalimat Marysia, "Namaku Marysia Jolanta Wilczur, dan dia adalah ayahku."

Secara garis besar sudah saya sampaikan di depan tentang apa saja cinta yang terjadi di dalam film. Jadi, saya hanya berharap sineas Indonesia menggarap remake film ini seperti di Miracle in Cell no. 7 dan Perfect Stranger.

Saya jujur ingin melihat Slamet Rahardjo, Chelsea Islan dan Bryan Domani memerankan karaket-karakter utamanya, tentu dengan sentuhan lokal Indonesia menggantikan potret Polandia di tahun 1900-an.

Pada akhirnya, jika IMDb memberikan rating 7.5/10 untuk Forgotten Love, saya akan menambahkan menjadi 8/10 secara subyektif karena relate dengan beberapa poin kehidupan saya. Forgotten Love bisa disaksikan di Netflix lewat link berikut ini. 

Semoga film ini menemukan banyak penontonnya, terutama para tenaga medis, agar dapat menyebarkan motivasi dan cinta yang positif kepada sesama. Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun