Posisi kiper merupakan peran yang bisa dikatakan cocok-cocokan dengan formasi tim. Sempat dianggap sebagai salah satu kiper terbaik dunia dalam perannya sebagai ball-playing-goalkeeper, Andre Onana memutuskan pindah setelah mendapat panggilan dari eks manajernya, Eric Ten Hag. Transfernya senilai 52.5 juta Euro. Sempat ada simpang siur mengenai calon penggantinya, seperti Guglielmo Vicario, Anatoliy Trubin, Hugo Lloris hingga Kepa Arrizabalaga. Namun, Simone Inzaghi dengan tepat memilih nama kiper senior Swiss, Yann Sommer.
Berusia 35 tahun, Sommer diangkut Inter Milan dari Bayern Munchen senilai 6.75 juta Euro. Tapi dampaknya ternyata luar biasa, seperti di atas tadi bahwa kiper dan klub adalah hubungan cocok-cocokan, ternyata Yann Sommer sangat klop sebagai pemeran classic-goalkeeper di belakang Acerbi, Bastoni dan Darmian.
Keberadaan Yann Sommer mampu memberikan ketenangan dalam permainan timnya, tanpa khawatir ia akan melakukan kesalahan elementer. Persis seperti Van Der Sar ataupun Petr Cech dahulu, keberadaan Sommer di baah mistar gawang Inter bisa menenangkan fans yang dalam hati berkata "Tembak saja, pasti tendangan itu tidak masuk, kan kipernya Sommer."
Hingga dalam setengah musimnya berseragam Nerazzuri ini, ia sudah berhasil menciptakan rekor sebagai kiper dengan jumlah clean-sheet terbanyak dalam 15 laga pertama di 5 besar Liga Eropa. Gawangnya berhasil tetap perawan dalam 10 laga dari 15 partai itu! Tentu ini adalah keberhasilan kolektif, tetapi save yang dilakukannya pun tidak main-main, 2.4 saves per game di Serie A, dan 3.6 saves per game di Liga Champions.Â
Semoga saja Yann Sommer mampu tunjukkan fisik yang prima di usianya yang sudah tak muda lagi. Simone Inzaghi pun paham, dan merotasinya dengan Emil Audero di berbagai match yang kurang penting untuk menjaga level fitnessnya.
4. Declan Rice
Gelandang asal Inggris ini adalah pemain dengan biaya transfer termahal periode musim panas lalu, dengan banderol 116.6 Juta Euro. Dibeli dari sesama tim London, West Ham, tenti Declan Rice tidak membutuhkan adaptasi untuk "aklimatisasi suhu". Ia hanya perlu langsung tune-in ke skuad Mikel Arteta, dan itu langsung dibuktikannya.
Banyak pundit sudah melabelinya sebagai transfer tersukses di Premier League musim ini, dengan menyindir Moises Caicedo di akhir kalimatnya. Memang layak dibandingkan, karena selain harga mereka relatif sama (transfer Caicedo ke Chelsea senilai 116 juta Euro), posisi bermain merekapun sama di lapangan.
Sebagai gelandang bertahan, Declan Rice memberikan tenaga lebih sebagai gelandang box-to-box di berbagai kesempatan. Posisi yang ditinggalkannya akan diisi oleh Zinchenko yang akan bermain sebagai inverted full-back, jadi Declan Rice akan punya kesempatan lebih untuk dekati kotak penalti. Skema Arsenal pun memudahkannya, karena kemampuan fisiknya praktis hanya terpakai ketika merebut bola. Sangat berbeda ketika ia dituntut beradu fisik di setiap perebutan bola ketika membela West Ham.
Leadershipnya pun bisa membantu Martin Odegaard bila kapten asal Denmark itu sedang off di sebuah laga. Contoh terbaik adalah ketika Declan Rice cetak gol penentu melawan Luton Town, menunjukkan bagaimana ia mampu memompa semangat timnya saat momen mereka tertinggal.
Hingga saat ini (8/1), Declan Rice sudah cetak 3 gol dan 2 assist dari 29 laga yang sudah dijalninya bersama Arsenal. Patut ditunggu apakah ia bisa memimpin Arsenal di momen "kebiasaan drop" Arsenal paska pergantian tahun seperti sekarang. Semalam saja mereka bisa disingkirkan Liverpool di ajang FA Cup, jadi, hanya tersisa gelar Premier League dan Liga Champions saja sebagai peluang angkat trofi bagi eks kapten West Ham United.