Suatu saat Ezequiel mendapatkan panggilan melatih tim muda Catania tahun 2019, dan ia putuskan memboyong pula kedua anaknya ke Italia ikut ke Catania junior.Â
Liverpool kabarnya sudah ajukan penawaran besar terhadap bakat Valentin Carboni, pun juga Juventus menyatakan ketertarikan, tetapi Carboni bersaudara memilih Inter Milan sebagai tambatan karier berikutnya usai setahun di Catania.Â
Alasannya lebih karena di Inter Milan, Carboni bersaudara akan lebih kerasan dengan Argentina connection-nya. Direktur Javier Zanetti, Lautaro Martinez, hingga keberadaan Joaquin Correa saat itu membantu adaptasi mereka berdua. Total transfer kakak beradik ini dari Catania senilai 300.000 Euro.
Di Inter Milan Youth, Valentin Carboni yang punya kewarganegaraan Argentina dan Italia, mendapatkan panggilan untuk memperkuat Italia U-17. Ia mempunyai 11 caps dengan 4 gol dicetaknya.Â
Setelah tahu bakat besarnya, Argentina tidak tinggal diam pula dalam mengikat bakat Carboni. Tanpa tanggung-tanggung, Lionel Scaloni langsung memanggilnya ikut pemusatan latihan bersama Timnas senior Argentina. Ia hadir di sana bersama Alejandro Garnacho dan Bouananotte, berlatih dengan Lionel Messi cs pada pemusatan latihan Maret 2022.Â
Namun hingga saat ini, ia belum mendapat caps Timnas senior Argentina, karena masih dipercaya untuk membela Argentina U-20. Di tim itu Carboni sudah cetak 2 gol dalam 6 laga. Ia adalah pemain nomor 10 dalam skuad Javier Mascherano di Piala Dunia U-20 Argentina tahun lalu. Seandainya tidak dibatalkan di Indonesia, kita dipastikan akan melihat aksinya berlaga bersama Tango Muda.
Musim lalu (22/23) ia berkesempatan debut bersama Inter Milan. Debut di Serie A ia jalani di menit akhir pertandingan saat Inter Milan dikalahkan AS Roma 1-2 pada 1 Oktober 2022. Di Liga Champions, Carboni dapatkan 14' menit waktu bermain saat laga akhir fase grup melawan Bayern Munchen. Jadi, dia pun mempunyai medali perak atas capaian runner-up Liga Champions Nerazzuri musim lalu.
Kemampuan
Valentin Carboni mempunyai posisi asli sebagai playmaker nomor 10. Namun di tengah minimnya formasi yang bisa akomodir posisinya kini, ia bisa beradaptasi di posisi gelandang serang nomor 8, ataupun second striker. Kemampuan terbaiknya adalah memanfaatkan ruang kosong di antara lini tengah dan lini pertahanan lawan. Pemain yang sangat mirip dengannya adalah Kai Havertz.
Pemain seperti Havertz dan Carboni yang stylish ini, sangat dibutuhkan tim yang punya mindset menyerang. Mereka bisa ditempatkan di posisi manapun di depan bola. Tentu kekurangannya pun gampang ditebak, yakni minimnya peran dalam progresi bertahan, sama dengan pemain nomor 10 pada umumnya.
Dengan tinggi 185 cm dan badan lumayan kekar, Carboni mampu melakukan duel udara dan cover bola dengan sangat baik. Melihatnya kini bermain di Monza, ia akan menjadi calon Joshua Zirkzee berikutnya jika mampu tampil konsisten. Pelatih Palladino sudah tahu posisi terbaiknya, tinggal ia memanfaatkan peluang yang ada di depan matanya.