Mohon tunggu...
Greg Satria
Greg Satria Mohon Tunggu... Wiraswasta - FOOTBALL ENTHUSIAST. Tulisan lain bisa dibaca di https://www.kliksaja.id/author/33343/Greg-Satria

Learn Anything, Expect Nothing

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Memulai Menulis tentang Film karena Double K-Rewards 2024, Ini 4 Hal Penting dalam Review Film

4 Januari 2024   00:41 Diperbarui: 4 Januari 2024   00:50 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adegan dalam film The Fabelmans. (dok IMDb) via kompas.com

Kesalahan dalam mereview film, akan lebih berdosa daripada kesalahan mereview makanan. Hal ini dikarenakan review film bisa mempengaruhi satu-satunya pengalaman menonton seumur hidup, sedangkan efek review makanan masih bisa mendapatkan kesempatan keduanya mencicipi hidangan tersebut.

Setelah hampir 3 bulan menulis tentang artikel Bola, terkhusus sepakbola, penulis mendapatkan tantangan baru dalam mengembangkan wawasan literasi melalui iming-iming Double K-Rewards 2024. Kompasiana yang menjadi jujugan penulis untuk menambah kemampuan ber-literasi, pada Januari 2024 ini membuka rewards tersebut untuk kategori LYFE.

Bukan secara ujug-ujug penulis memasuki kategori LYFE ini, karena di biodata akun, penulis menerangkan "Mempunyai passion yang berlebih pada dunia Sepakbola dan Perfilman". Sudah merupakan rencana awal penulis sejak memulai menulis di Kompasiana pada Oktober 2023 lalu, bahwa dua hal ini adalah main-focus dari artikel yang ditulis. Sekaranglah waktu yang tepat untuk menulis artikel tentang Perfilman.

Jika sepakbola "mendarah daging" karena merupakan obsesi penulis sejak kecil, dunia perfilman mulai menarik hati ketika penulis mulai menggeluti seni peran di masa perkuliahan. Secara garis besar, pengalaman yang penulis rasakan saat itu adalah sebagai pemain drama, penulis naskah, dan juga sebagai sutradara untuk drama-drama kecil yang penulis tampilkan di bidang sosial bersama rekan-rekan. Hingga akhirnya penulis menjadi film-holic dengan mengunjungi bioskop terdekat paling tidak sekali dalam seminggu.

Jadi dari basic tersebut, menurut penulis, Film ataupun pertunjukkan visual adalah sebuah pengejawantahan dari sebuah tulisan. Ada banyak proses dibalik hasil yang bisa kita nikmati di bioskop, televisi, gadget, ataupun teater, yang tidak bisa kita langsung beri nilai secara buru-buru sebelum mendalami proses di baliknya.

Pengalaman menonton Film mengandung banyak aspek subyektif. Suasana hati, relate atau tidaknya dengan kehidupan kita, giringan opini penonton lain, bahkan dengan siapa kita menonton bisa menentukan judgement kita ketika melihat sebuah Film. Faktor-faktor ini bisa saja memperkuat perasaan kita dengan film tersebut, ataupun malah menjauhkan koneksi kita dengan inti cerita film tersebut.

Untuk itu dalam mereview sebuah Film atau karya visual, ada 4 hal penting yang penulis tekankan dalam setiap artikel tentang Film berikutnya.

1. Ide Cerita

Karena penulis selalu menganggap semua karya visual selalu berawal dari tulisan, maka ide cerita adalah landasan kita dalam melihat sebuah film. Ada banyak hal yang bisa menjadi ide cerita dari sebuah film, antara lain : Adaptasi cerita, pengalaman pribadi dan fiksi murni.

Dalam adaptasi cerita tentunya film-film superhero, semisal Marvel dan DC, adalah pionir besarnya. Karya-karya fiksi mereka yang didahului oleh sebuah buku komik diadaptasi dalam satu atau rentetan film menjadi Cinematic Universe yang baru. Jika sebelumnya komik dan novel menjadi andalannya, kini hasil tulisan online dalam bentuk Wattpad, Noveltoon, dll bisa diadaptasi menjadi sumber fresh sebuah adaptasi film. 

Pengalaman pribadi biasanya tertulis dalam sebuah buku atau memoar, dapat dijadikan sumber ide cerita yang menarik. Bagi pembuat film atau sutradara, kemudahan menggunakan ide ini adalah lebih jelasnya sudut pandang dalam sebuah film. Satu film terbaik yang penulis ingat dari ide cerita ini adalah The Fabelmans karya Steven Speilberg.

Film yang idenya berdasarkan fiksi murni, merupakan sebuah karya yang penulis berikan penilaian lebih dalam sebuah review. Prosesnya disini sangatlah panjang. Jika tidak percaya, coba tanyakan pada James Cameron mengapa sekuel Avatar sangat lama sekali digarap. Butuh hasil karya tulisan lebih dahulu dari tim pemberi ide, penulis, pereview naskah, barulah bisa mengundang para kru-film untuk melakukan pengambilan gambar. Karya untuk Film ini akan diakui sebagai karya orisinil dari masing-masing anggota tim.

2. Pemilihan Peran

Kasus yang baru-baru ini menimpa Jonathan Majors langsung mengubah nasib beberapa film Marvel kedepannya. Apakah itu akan merubah ide cerita film? Iya. Tetapi apakah itu akan merubah review obyektif terhadap film tersebut? Diharapkan jawabannya adalah Tidak. Karena sebuah karya bukanlah urusan pribadi dari para artis yang bersangkutan. Nilai yang terkandung di dalamnya jauh di atas kepentingan artis semata. 

Kita akan mengingat lagi bagaimana Leonardo Di Caprio dan Claire Danes ternyata berseteru selama pengambilan gambar Romeo and Juliet, maupun almarhun Kasino dan Dono yang juga kurang berkomunikasi dengan baik selama syuting film Warkop DKI. Tetaplah penilaian terhadap sebuah film adalah bagaimana para artis tersebut mampu jalankan perannya.

Penulis teringat kembali sebuah casting paling brilian untuk film penerima Oscar, La La Land. Emma Stone dan Ryan Gosling mampu tampilkan chemistry yang memukau untuk pasangan yang alami bad ending story. Sedikit kegagapan dalam bernyanyi dari keduanya sangat terasa natural, karena mereka memang bukanlah artis dengan basic menyanyi. Dan itu relate dengan karakter Mia dan Sebastian yang dibutuhkan oleh sang sutradara.

3. Just Spill, but not Spoil

Penulis sangatlah menghargai sebuah karya, terutama betapa susahnya proses di baliknya. Maka dari itu menurut penulis, review yang baik seharusnya tidak menarasikan seluruh alur cerita, sekalipun itu adalah film-film lama. Tim dan rumah produksi masihlah berhak mendapatkan hak cipta atas karya mereka sepanjang masa. Jadi akan lebih bijaksana jika ingin mengajak menonton seluruh alur cerita, diarahkan ke channel-channel resmi yang hasilkan pundi bagi yang berhak menerimanya.

4. Adegan atau Dialog yang Berkesan

Penulis mempunyai dosen yang pernah berkata tentang esensi sebuah film "Sejelek-jeleknya film, pasti ada satu nilai yang terkandung di dalamnya". Maka dari itu adegan atau dialog yang berkesan dalam sebuah film bisa disampaikan kepada khalayak selama tidak membuka tirai keseluruhan cerita.

Pengakuan akan kata-kata yang ada dalam film juga merupakan validasi jika kelak ada pihak yang mengklaim dialog tersebut sebagai karyanya. Selain itu dialog yang dikenang akan menjadi "penyambung nada" bagi film tersebut kepada orang yang pernah menontonnya. Sebagai contoh, dialog ini "Jangan rindu, berat, kau tak akan kuat, biar aku saja." tentu akan relate dengan film Dilan.

Pada akhirnya memang ada aspek-aspek lain yang mungkin dianggap orang lain cukup menentukan, seperti cinema experience, pemilihan musik, serta kemampuan dalam menggunakan efek, yang kini selalu diasosiasikan dengan CGI. Namun menurut penulis, itu sangatlah relatif. Relatif karena harus sesuai dengan budget yang diberikan untuk sebuah film. Kita bisa menilai hal tersebut, tetapi tidak bisa membandingkannya dengan film lain yang mempunyai modal lebih minim.

Kesalahan dalam mereview film, akan lebih berdosa daripada kesalahan mereview makanan. Hal ini dikarenakan review film bisa mempengaruhi satu-satunya pengalaman menonton seumur hidup, sedangkan review makanan masih bisa mendapatkan kesempatan keduanya mencicipi hidangan tersebut.

Terimakasih kepada Kompasiana atas kesempatan ini, dan penulis akan semakin terkuras lagi dompetnya.. karena harus ke Bioskop dan berlangganan Netflix lagi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun