Musim ini (23/24), hingga Jornada ke-16, ia sudah total bukukan 16 penampilan dan 4 gol dari tiga kompetisi yang diikuti Real Betis. Di La Liga, asuhan Pellegrini masih tertahan di peringkat ke-7, sementara di Copa del Rey mereka berhasil lolos ke babak ketiga. Sayangnya panggung Eropa sudah berakhir bagi Diao, karena kekalahan 2-3 atas Glasgow Rangers tempatkan Real Betis di urutan ketiga Grup C.
Federasi Sepak Bola Spanyol (RFEF) menangkap peluang untuk memasukkan Assane Diao menjadi aset pemain Timnas Spanyol. Diao menerima panggilan untuk Timnas Spanyol kategori umur U18, U19, dan U21 dengan total 10 penampilan plus sumbangsih 2 gol. Terbaru, ia menjadi andalan Timnas Spanyol U-21 untuk arungi kualifikasi Euro U21. Di skuad asuhan Santi Denia, Diao menjadi personil termuda dan mendapatkan waktu bermain cukup banyak, meski belum hasilkan gol dalam 4 penampilannya.
Terkait kewarganegaraan, pemain bertinggi 1.85 meter itu masih mempunyai 2 pilihan antara Timnas Spanyol dan Timnas Senegal, negara asli keluarganya. Federasi Spanyol sendiri tampaknya tidak terburu-buru untuk memasukkannya ke skuad senior seperti mereka lakukan pada Lamine Yamal, karena kedua pihak sama-sama sadar bahwa persaingan untuk posisi penyerangan Timnas Spanyol sangat ketat. Perlu dipertimbangkan juga langkah yang diambil Inaki Williams dari Bilbao, yang memilih Ghana sebagai negara yang ia bela, alih-alih memilih Spanyol tempat tinggalnya.
Jika membela Senegal, ia akan mendapatkan previlege karena posisinya praktis akan langsung menggantikan legenda negeri, Sadio Mane. Banyak caps yang bisa ia dapatkan di skuad asuhan Aliou Cisse itu. Gaya bermainnya juga lebih cocok di permainan Senegal, karena untuk Timnas Spanyol banyak pemain bertipe fisikal yang gagal menyatu dengan blueprint formasi mereka. Adama Traore, Diego Costa, Mikel Oyarzbal, dan Rafa Mir selalu kesulitan dengan "pemaksaan" bermain lewat bola-bola pendek ala Spanyol. Patut ditunggu juga, apakah De La Fuente selaku pelatih Timnas Spanyol mempunyai pandangan berbeda terhadap Assane Diao.
Kemampuan
Assane Diao awalnya bermain sebagai gelandang tengah di tingkat akademi, namun berubah posisi ketika sudah membela Real Betis Youth. Meski ia bisa ditempatkan di tiga posisi paling depan, posisi favoritnya adalah sayap kiri dengan tipikal direct attack. Kaki terkuatnya adalah kaki kanan, tapi di banyak kesempatan ia terlihat fasih juga dengan kaki kirinya dalam menggiring maupun menembak bola. Pemain yang dapat dijadikan kiblat permainannya adalah Wilfried Zaha, Ivan Toney, Sadio Mane dan Inaki Williams.
Tidak perlu waktu lama baginya untuk memutuskan masuk ke kotak penalti alih-alih memikirkan visi mengalirkan bola pendek. Jadi, ia akan bisa jadi andalan di tim bertipe direct seperti Chelsea, Manchester United ataupun Liverpool, daripada tim yang suka menguasai bola seperti Manchester City atau Arsenal. Bola yang berada di kakinya beresiko besar untuk hilang, tapi sekalinya ia berhasil membawa ke depan, maka akan ada bencana untuk pertahanan lawan.
Fisiknya juga sangat prima dengan tinggi 1.85 meter plus badan berotot. Ia tak segan melakukan body charge dalam perebutan bola atas ataupun bola kedua. Tanggung jawabnya untuk bertahan juga lebih besar, mengingat usianya yang masih muda. Toney, Zaha dan Mane kerap terlihat "malas" untuk bertahan, tapi Assane Diao lebih dari mampu jika harus memerankan posisi nomor 7 ataupun nomor 11 dalam skema 4-4-2. Alasannya lebih karena, ia aslinya merupakan seorang gelandang tengah.
Hal yang masih bisa diimprove dalam kemampuannya ada dua. Pertama terkait visi bermain, dimana ia sama persis dengan kebanyakan talenta-talenta Afrika yang agak sedikit "grasak-grusuk". Perkembangan pasti ia akan dapatkan di bawah asuhan Pellegrini, salah satu pionir pembentuk permainan Manchester City. Dengan tim muda Spanyol, ia juga akan mendapatkan berbagai pengetahuan tentang game-of-play gaya Eropa yang kini cenderung lebih sedikit dalam menyentuh bola. Masih banyak waktu untuknya di usia 18 tahun bisa belajar dengan rekan-rekan seperti Isco, Guardado, dan Guido Rodriguez di Real Betis.
Hal kedua yang bisa ditingkatkan adalah insting mencetak gol-nya. Pemain bertipe direct-attacker sepertinya akan selalu dinilai dari kontribusi gol. Seiring bertambahnya laga yang dijalani, ia akan menjadi semakin klinikal di depan gawang. Ivan Toney bisa jadi tolak ukur baginya, dimana sebuah sentuhan, baik dari kaki ataupun kepala dapat memulai sebuah hal yang besar dalam serangan.
Prospek