Mohon tunggu...
Greg Satria
Greg Satria Mohon Tunggu... Wiraswasta - FOOTBALL ENTHUSIAST. Tulisan lain bisa dibaca di https://www.kliksaja.id/author/33343/Greg-Satria

Learn Anything, Expect Nothing

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Dear Insan Sepakbola Indonesia, Mau Belajar dari La Liga dan Liga Turki?

13 Desember 2023   17:34 Diperbarui: 13 Desember 2023   17:39 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua kejadian memilukan ini bisa menjadi referensi untuk dunia sepakbola Indonesia, khususnya PT Liga Indonesia Baru (LIB) untuk menghadapi kejadian serupa kedepannya. 

Penulis belum pernah mendengar berita tentang adanya kasus henti jantung yang ada di tengah laga Liga Indonesia ataupun laga kandang Timnas Indonesia, tapi sepatutnya panpel pertandingan memberikan atensi medis untuk keperluan CPR bagi suporter mulai sekarang. Kabar duka dari Spanyol bisa jadi masukan bagus untuk penyelenggaraan kompetisi yang lebih profesional dan lebih baik kedepannya. Jikalau bisa, paramedis bukan hanya mengandalkan tenaga dari kedua klub yang berlaga, tapi diberikan juga semacam posko medis khsus untuk suporter yang datang ke stadion.

Untuk kejadian pemukulan wasit, sudah banyak kasus yang pernah terjadi di Indonesia. Penulis tidak akan membuka lembaran kelamnya, tapi mencoba belajar dari Liga Turki, bahwa federasi dan pemerintah, bahkan Presiden sekalipun memberikan atensi serta turun langsung untuk proses penghentian jalannya liga. Mengutip lagi pernyataan Presiden Erdogan, "Olahraga berarti perdamaian dan persaudaraan. Olahraga tidak sejalan dengan kekerasan."

Artikel ini penulis tutup lewat sebuah pengalaman perbincangan dengan seorang teman tentang dunia pendidikan.

Penulis : "Mengapa dunia pendidikan kita tidak meniru saja apa yang Finlandia lakukan, hingga mereka jadi negara nomor 1 dalam hal pendidikan?"

Teman : "Ya buat apa? Kita punya budaya sendiri. Kita juga punya pengalaman yang berbeda dengan mereka dalam pendidikan. Kita harus berkembang sesuai kasus-kasus yang ada di negeri dengan 280 juta penduduk ini. Yang pastinya lebih banyak dari mereka. Kita sebenarnya tidak kalah dengan mereka."

Jadi, mampukah kita belajar? Maukah kita?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun