Wonderkid Series adalah kumpulan artikel berisikan pemain sepakbola muda di bawah usia 19 tahun, yang telah mendapatkan waktu bermain reguler di klubnya. Seri artikel ini akan mencoba memberikan referensi calon pemain-pemain bintang dunia di masa depan dari semua posisi bermain di lapangan.
Dikenal sebagai negara dengan sistem akademi yang terpandang di Eropa, Belgia tiada hentinya hasilkan calon pemain terbaik dunia. Negara berperingkat ke-4 FIFA ini jadi jujugan anak-anak belasan tahun di seluruh dunia untuk menimba ilmu, dengan harapan jangka pendek, bisa menembus skuad utama klub domestik. Setelah itu mereka akan berjuang untuk jadi lirikan klub-klub besar Eropa. Marselino Ferdinan, gelandang andalan Timnas Indonesia, juga sedang menjalani proses itu bersama klub KMSK Deinze di divisi 2 Liga Belgia.
Stigma Farmers League atau Liga Petani memang tidak bisa dihapus dari kompetisi tingkat atas Belgia, Jupiler League. Klub-klub seperti Anderlecht, Genk, Club Brugge, dan Standard Liege merupakan contoh klub kasta Liga Champions yang setiap pertandingannya akan didatangi talent scout klub-klub besar Eropa. Di tiga tahun belakangan, ada dua nama klub Belgia yang mencuat ke permukaan. Mereka adalah Union Saint-Gilloise dan Royal Antwerp.
Jika Union Saint-Golloise di musim lalu menelurkan nama Victor Boniface sebagai pemain paling berprospek di Liga Belgia, maka di dua musim ini, Royal Antwerp sang juara bertahan, berhasil mempromosikan bocah lokal dari akademinya, Arthur Vermeeren.Â
Profil
Arthur Vermeeren lahir 7 Februari 2005, berarti kini ia telah menginjak usia 18 tahun. Merupakan hasil dari akademi Royal Antwerp yang mendapatkan kontrak profesionalnya pada 1 Juli 2022. Di tahun pertama kariernya, yakni musim lalu (2022/2023), ia sudah memainkan total 40 laga dengan 20 laga di Jupiler League. Peran pelatih Mark Van Bommel sangat besar dalam awal kariernya ini, mengingat sang pelatih juga memiliki posisi yang sama dengannya sewaktu aktif bermain. Royal Antwerp berhasil dibawanya menjadi juara Liga Belgia di musim debutnya, plus juara Piala Croky Cup atau Piala Belgia.Â
Hasil itu membawa klub asal Antwerpen masuk ke kualifikasi final fase grup Liga Champions. Mereka berhasil kalahkan wakil Yunani AEK Athens 1-0 di kandang, dan 2-1 saat tandang, sehingga Royal Antwerp berhasil berkompetisi di Liga Champions untuk pertama kali sepanjang sejarahnya. Di awal musim juga, Vermeeren berhasil antar klubnya raih Piala Super Belgia setelah kalahkan klub pemain Timnas Indonesia Sandy Walsh, yakni KV Mechelen, lewat adu penalti. Sayangnya di Liga Champions musim ini, Antwerp tak kuasa lolos dari grup H, dengan tanpa 1 poin pun mereka hasilkan hingga Matchday ke-5.
Namun begitu, penampilan menonjol Arthur Vermeeren di timnya, dilirik oleh banyak klub top Eropa. Salah satu diantaranya adalah sang pemuncak Grup H, Barcelona. Pertandingan pertama di Catalan diselesaikan dengan kekalahan 0-5, tapi penampilan keseluruhan Vermeeren di Grup H cukup untuk menarik hati Xavi Hernandez dan manajemen melakukan pemantauan lebih lanjut terhadap pemuda kelahiran Lier, Belgia ini. Di Liga Champions 23/24, Vermeeren mainkan 5 pertandingan penuh hingga sekarang (Matchday 5), dan sudah sumbangkan 2 assist bagi timnya.
Pemain bernomor punggung 48 inipun sudah mendapat panggilan dari Domenico Tedesco untuk memperkuat Timnas Belgia Senior dan melakukan debut singkatnya pada pertandingan kualifikasi Euro 2024, saat Belgia menang atas tuan rumah Austria (13/10/23). Ia sudah memainkan 90' menit full time nya pada laga persahabatan kontra Serbia ,dengan hasil kemenangan 1-0 bagi Belgia (15/11/23).
Kemampuan
Memiliki posisi asli Gelandang Tengah, Vermeeren dapat dengan fasih juga memainkan posisi nomor 6 atau gelandang bertahan. Dengan tinggi 180 cm, ia bisa memenangkan pertarungan bola atas dan adu fisik dengan pemain tengah lawan secara lugas. Di musim berjalan ini, ia sudah hasilkan 1 gol dan 5 assist untuk Royal Antwerp.Â
Vermeeren terlihat gemar sekali melakukan tackling kepada pemain lawan di area tengah lapangan, dengan tingkat keberhasilan cukup tinggi. Data whoscored mencatat ia lakukan 3.6 kali tackle dengan 0.8 pelanggaran per pertandingan, di sepanjang 5 Matchday Liga Champions. Ratingnya di Jupiler League cukup tinggi, yakni di angka 7.02 dalam 16 laga musim ini.
Sedikit catatan adalah kecepatannya dalam transisi terkadang kurang maksimal. Perlu pemahaman taktik yang diperoleh dalam banyaknya laga yang dijalani, hingga ia dapat menjadi salah satu calon gelandang tengah terbaik di dunia.
Permainannya mirip dengan Declan Rice, Marco Van Ginkel, Leon Goretzka dan sang pelatih Marc Van Bommel. Vermeeren akan mendapatkan masa ototnya lebih besar lagi, sehingga akan mengurangi kelincahannya. Tetapi ia dapat menjadi pemain paling dibutuhkan untuk tim yang bermain dengan gaya Italia, Belanda dan Inggris.
Prospek
Sebenarnya langkah Barcelona mulai melakukan scouting kepadanya adalah karena Blaugrana kehilangan Gavi hingga akhir musim. Di klub Catalan itu sudah berdesakan banyak pemain bertipe ball-playing, seperti Romeu, Frenkie De Jong, Gavi, Pedri, hingga Fermin Lopez. Nasib pemain dengan kemampuan seperti Vermeeren kerap tidak lama di Barcelona. Sebut saja Frank Kessie, Ilaix Moriba dan Arturo Vidal tidak cocok dengan patron tiki-taka mereka. Ia bisa memilih bertahan hingga dua tahun di Antwerp untuk putuskan klub labuhan berikutnya.
Akan sangat bijaksana jika ia memilih Liga Italia sebagai pijakan selanjutnya. AC Milan misalnya, berani datangkan Sealemaekers dan De Katelaere meskipun belum jadi pilihan utama tim, bisa jadi tujuan berikutnya gantikan Rade Krunic yang mulai menua. Tim seperti Juventus, Napoli dan Lazio juga masih kekurangan pemain tengah, masih memungkinkan untuk angkut pemain dengan market value sebesar 435 milyar rupiah.
Dengan Ajax Amsterdam yang sedang flop, juga menjadi tantangan tersendiri gantikan posisi Edson Alvarez yang pindah ke West Ham. PSV dan Feyenoord juga bisa masuk hitungan, tapi sepertinya tidak akan dilakukan manajemen klub jika harganya naik dua hingga tiga kali lipat.
Kepindahan langsung ke Liga Premier juga memungkinkan, tapi harus banyak belajar juga dari pengalaman Leander Dendoncker dalam memilih tim. Masukan Marc Van Bommel akan sangat besar dalam kelanjutan karier sepakbolanya.
Mari kita perhatikan terus setiap duel dan tackle Arthur Vermeeren hingga ia bisa teruskan generasi emas Belgia berikutnya, bersama Jeremy Doku, Johan Bakayoko dan Lois Openda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H