Timnas Indonesia U-17 telah memberikan penampilan yang memuaskan bagi pecinta sepakbola Tanah Air. Meski gagal menembus 16 besar Piala Dunia U-17, apresiasi tanpa henti diberikan kepada skuad besutan coach Bima Sakti, yang telah memberikan perlawanan berarti selama berlaga di Grup A. Hasil imbang melawan Ekuador dan Panama, sayangnya ditutup dengan kekalahan 1-3 dari Maroko di laga terakhir. Harapan untuk menjadi salah satu tiga besar terbaik pun sirna, karena Uzbekistan, Iran, Jepang dan Venezuela mempunyai poin yang lebih banyak dibandingkan Indonesia.
Berikut adalah tiga pemain Timnas Indonesia U-17 yang cukup menonjol selama gelaran Piala Dunia U-17 ini :
1. Ikram Al Giffari (Sofascore rating #1; poin : 7.53)
Kiper andalan timnas bertinggi 183 cm merupakan pilar penting bagi Indonesia untuk tidak kebobolan banyak. Penampilan epiknya tersaji di laga perdana melawan Ekuador. Ikram tampil berani dengan fisik yang memadai untuk beradu badan dalam perebutan bola atas, maupun maju menutup ruang tembakan penyerang lawan. Meski secara total ia kebobolan 5 gol di turnamen ini, kiper yang tak tergantikan di bawah gawang Indonesia ini mencatatkan 3.7 saves per pertandingan.
Kelebihan dari pemain yang kini bernaung di Semen Padang FC ini adalah postur yang tinggi menjulang disertai kemampuan menangkap bola atas dengan baik. Ia juga memiliki keberanian dan timing yang tepat untuk menyergap lawan dalam 50-50 ball ataupun 1 on 1. Kemampuan shot stopping juga cukup mumpuni dengan tidak adanya gol dari luar kotak penalti yang bersarang di gawang Ikram.Â
Pada laga melawan Ekuador, gol yang dicetak striker Allen Obando merupakan free header di depan gawang. Sementara laga melawan Panama, gol yang bersarang ke gawang Ikram adalah buah kesalahan dari passing buruk pemain bertahan Indonesia. Untuk laga ketiga melawan Maroko, ada beberapa hal yang dapat dibenahi dari Ikram untuk kedepannya.
Gol pertama terjadi lewat penalti, yang sayangnya arah Ikram dalam menebak tembakan Anas Alaoui sudahlah tepat. Kebobolan kedua melalui skema sepak pojok berujung free header, mengingatkan akan gol Ekuador di laga perdana. Perlu ditingkatkan lagi komunikasi dengan para pemain bertahan dalam mengawal lawan di skema crossing. Pun juga timing untuk keputusan maju memotong bola crossing tidak boleh canggung sehingga lawan yang mendapat bola tidak dengan leluasa mengarahkan bola.
Kemampuan umpan dalam build-up play, sebagai standar baru seorang penjaga gawang, dapat terus diasah seiring pengalaman bertanding di level klub atau timnas.Â
2. Arkhan Kaka Purwanto (Sofascore rating #2; poin : 7.30)
Topskorer Timnas Indonesia U-17 dengan 2 gol ini merupakan anak kandung dari Purwanto, mantan penyerang andalan Semen Padang dan Timnas Indonesia awal tahun 2000 an. Darah seorang striker ini mengalir dengan ditambahkan usaha yang besar untuk berkembang dari pengagum Bambang Pamungkas ini.Â
Dimulai dari mengikuti akademi di PSBI Blitar, Arkhan Kaka melanjutkan ke Bhayangkara Youth, hingga kini berlabuh sebagai pemain profesional di Persis Solo. Pemain yang juga diprospek untuk Piala Dunia U-20 yang gagal digelar kemarin ini mencatatkan namanya dalam sejarah Liga Indonesia sebagai pemain termuda yang melakukan debut di kompetisi teratas Indonesia pada usia 15 tahun 7 bulan 2 hari. Â
Jalan terbuka lebar untuk Arkhan Kaka terus berkarir di Persis Solo sambil menunggu kesempatan "naik kelas". Ia memiliki postur tinggi 188 cm yang tentunya masih bisa ditingkatkan di usianya sekarang yang masih belum genap 17 tahun. Penempatan posisinya cukup baik, menilik gol pertama ke gawang Ekuador, ia mampu mengantisipasi second ball dari tepisan kiper lawan. Pun juga gol sundulan ke gawang Panama, ia lesakkan dengan positioning yang tepat di belakang bek lawan.
Dua laga itulah yang membuat Maroko menaruh perhatian padanya untuk diberikan man-marking yang lebih ketat. Perlu ditingkatkan lagi cover ball dan juga kemampuan untuk menjemput bola dalam menginisiasi serangan. Penyerang modern seperti Harry Kane dan Lewandowski bisa dijadikan cermin untuk mengembangkan kemampuan team play, meski striker terkadang hanya dipandang dari jumlah gol nya. Setidaknya hal ini akan menjadi senjata cadangannya jika rekan setim belum mampu mengalirkan bola ke depan, seperti saat melawan Maroko.
Arkhan Kaka, bersama Nabil Asyura, telah menorehkan sejarah sebagai pencetak gol di Piala Dunia bagi Indonesia. Meskipun berstatus turnamen junior, ini akan menjadikan motivasi yang baik baginya untuk terus berkembang, hingga namanya dapat kembali tercatat di papan skor kejuaraan AFF, Piala Asia, ataupun di Piala Dunia level senior. Semoga.
3. Welberlieskott Jardim (Sofascore rating #7; poin : 6.73)
Nama terakhir ini penulis pilih tanpa mengkerdilkan peran dari pemain-pemain lainnya. Welber Jardim, begitu nama singkatnya, telah menunjukkan keberanian begitu besar di setiap pertandingan untuk berduel melawan penyerang-penyerang sayap lawan. Ia mampu tampil penuh di setiap pertandingan Timnas Indonesia U-17, yang beroleh sebuah assist kala Indonesia menahan imbang Panama 1-1.
Welber Jardim tergabung dalam skuad asuhan Bima Sakti di dengan waktu yang relatif singkat. Setelah mendapatkan ijin orangtua dan federasi, pemain yang kini bermain di tim junior Sao Paolo langsung terbang dari Brasil menyusul rekannya TC ke Jerman. Praktis hanya satu bulan waktu yang ia dapatkan untuk melakukan adaptasi dengan rekan-rekan barunya, dan coach Bima Sakti pun langsung mendapuknya sebagai pemain inti di posisi fullback kanan.
Sebuah tanggung jawab besar di laga pertama, kala Ekuador memfokuskan serangan di sisi kiri pertahanan Indonesia lewat Santiago Sanchez, sang man of the Match. Coach Bima Sakti melakukan perombakan di awal babak kedua dengan menukar posisi Welber ke sisi kiri. Hal ini cukup berhasil, karena dengan keberanian Welber untuk melakukan perebutan bola, mampu menjaga gawang Indonesia tidak bobol lagi di babak kedua. Ia pun terlihat sebagai salah satu pemain Indonesia yang punya stamina prima di laga itu, setelah banyak yang bertumbangan di antara menit 70" hingga 75" an.
Kelebihan lain yang ia tunjukkan adalah di sisi penyerangan. Akurasi umpan di sektor lapangan lawan cukup tinggi di angka 64%, salah satunya adalah crossing menyilangnya di laga melawan Panama yang bisa disundul Arkhan Kaka menjadi gol. Kualitas crossingnya juga akurat dan memiliki kecepatan. Ia juga tidak segan untuk melakukan one-two touch untuk membangun serangan pendek ke pertahanan lawan, namun memang mepetnya waktu persiapan Timnas Indonesia U-17 membuat beberapa passing tidak terkoneksi dengan baik.
Sebuah kesalahan kecil ia lakukan, kala terlambat menghalau bola tanggung dari pemain Maroko, menyebabkan kakinya tampak menendang kaki pemain lawan. Peristiwa ini berhadiah penalti bagi Maroko dan membuka keran gol Maroko di laga terakhir timnas.
Pada akhirnya, kompetisi yang ia ikuti di Brasil lah yang akan membuatnya dapat berkembang lebih baik. Fisik dapat ia tingkatkan lagi, dengan tinggi badan 180 cm di usia 16 tahun, masih ada ruang untuk menambah masa otot dan menajamkan lagi staminanya. Mengingat posisi fullback mempunyai tugas menyisir sisi pertahanan lawan tanpa henti. PSSI harus sigap dalam mengikat potensi Welber Jardim menjadi andalan skuad senior di masa mendatang.
Demikianlah tiga pemain yang cukup menonjol di gelaran Piala Dunia U-17. Semoga mereka dan pemain Timnas U-17 yang lain dapat berkembang dengan organik, dan akan berkompetisi dengan pemain-pemain lainnya yang tidak berkesempatan ikut di ajang ini. Guna membentuk skuad Tim Nasional Indonesia yang akan terbang tinggi. Semangat para Garuda Muda Indonesia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H