Mohon tunggu...
Greg Satria
Greg Satria Mohon Tunggu... Wiraswasta - FOOTBALL ENTHUSIAST

Learn Anything, Expect Nothing

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Demi Sepak Bola, Seberapa Jauh Orang Biasa Dapat Melangkah (Part 1)

2 November 2023   14:51 Diperbarui: 4 November 2023   01:09 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Sepatu Futsal yang masih pada tasnya seminggu belakangan ini kembali saya ambil. Saya nyalakan motor dan berangkat agak terlambat, pukul 18.15 Rabu ini. Takut kecewa seperti minggu lalu.

Sampai di sana, ada perasaan lega. Karena banyak yang berada di Lapangan, ada tiga bola yang ditendang secara keras-keras oleh beberapa anak ke arah gawang. Pemanasan untuk melatih otot betis, mungkin. Setelah memarkir motor, saya tidak turun motor. Pandangan saya melihat sekeliling, ternyata tidak ada sosok Mas Y, anaknya A, Bro V dan juga Bro B. Yang ada hanyalah D yang langsung menyapa saya. "Ayo Mas pakai sepatunya, masih bisa main Futsal ta? Hehehe" katanya basa-basi. Anggukan saya tidak berbarengan dengan tindakan. Dalam hati berpikir "Selain D yang kira-kira umur 20-an, itu semua di lapangan hanya anak umur SD dan SMP sejumlah 9 orang. Bersama saya yang umur 30-an ini pas 10 orang. Bisa main sih. Tapi apa iya saya main futsal sama anak umur segitu?"

TERPIKIR UNTUK PULANG SAJA. DARIPADA DILIHAT ORANG, JADI YANG PALING SEPUH DIANTARA MEREKA.

Sebuah bola mengarah ke motor saya. Saya akhirnya turun dan menendang bola itu balik ke salah satu anak di lapangan. Kemudian D dengan teriak bilang ke saya "Ayo Mas, pemanasan bareng.". 

Sepatu Futsal saya lihat lagi di gantungan motor. Sudah beli 300ribu an, jadi sayang kalau tidak terpakai. Akhirnya, ya gitu deh. Jadi yang paling sepuh di lapangan.

Pemanasan dipimpin oleh salah satu anak SMP setelah kami melingkar. Sekitar 5 menit, mereka bingung membagi tim. Murni karena ada saya yang paling tua. Sementara D posisinya kiper, jadi tidak bingung dalam pembagian. Akhirnya inisiatif nya adalah suit, yang menang setim dengan yang menang, sisanya yang kalah jadi satu tim.

Dapat satu tim, ada anak SD dan sisanya anak SMP. Mereka bingung berada di posisi mana di lapangan. Main 2 menit, yang ada hanyalah lemparan jauh dari kiper dan grudak-gruduk seperti ayam kehilangan induk. Saya tarik nafas, sudah kepalang basah, akhirnya ambil break untuk tim sendiri.

"Jadi Futsal ada 4 yang main selain kiper. Oke? Saya jadi bek di belakang. Siapa mau jadi sayap kanan kiri? Yang satu berarti penyerang di depan." Akhirnya posisi tim saya tidak amburadul, meskipun saya juga menghindari pemilihan kata Anchor, Flank dan Pivot supaya mereka lebih paham. 

Dari 9 anak di lapangan selain saya, mungkin ada 2 yang biasa main futsal secara benar. Keduanya ada di tim seberang.

"Posisinya pertahankan Diamond terus. Jaga nya cover saja jangan sekali ambil. Oper bola bawah menyusur tanah. Tidak perlu buru-buru, nanti capek sendiri." Ya, kata-kata awam itu yang hanya bisa saya berikan ke rekan-rekan junior saya. 

Tidak perlu membahas hasil, karena siapapun yang bermain Futsal pasti paham, kalau Anchornya bisa bagi bola dan beri instruksi dengan baik maka kemungkinan menang pasti besar. Hehehe. Saya Anchor sepuh nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun