Sebagai negara yang begitu beragam, konflik dapat muncul karena intoleransi. Suara adzan yang kencang, misalnya, mungkin mengganggu dan tidak diperlukan bagi umat non-muslim. Padahal, bagi umat muslim, Adzan menjadi panggilan untuk sholat dan ibadah.Â
"Penyelaman" seperti ekskursi memberikan wawasan baru terkait budaya-budaya mereka, memungkinkan para Kanisian untuk mengerti dan mentoleransi suara tersebut, meskipun hanya beberapa menit setiap harinya.
Kesimpulan
Indonesia akan segera memasuki masa keemasannya. Namun, kejayaan dan perkembangan Indonesia akan sia-sia, apabila masyarakatnya terpecah-belah hanya karena urusan "sepele", yaitu SARA. Berbeda itu boleh dan bahkan dianjurkan karena setiap orang berhak memiliki kebebasan untuk memilih kepercayaan dan agama.Â
Namun, SARA bukanlah tembok yang menghalangi tali persaudaraan, melainkan nilai tambah. Perbedaan dalam persaudaraan, memberikan kesempatan kedua belah pihak untuk melihat dunia melalui berbagai kacamata, memberikan ide-ide dan perspektif yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan.Â
Dalam perjuangan Indonesia mempertahankan kemerdekaan, toleransi adalah kunci segalanya. Sebentar lagi, estafet kekuasaan kepada generasi muda akan berlangsung dan sejak itu nasib Indonesia akan berada di tangan mereka. Dengan demikian, sudah seharusnya toleransi dipupuk, ditumbuhkan, dan diutamakan dalam pendidikan generasi muda Indonesia melalui program-program sekolah seperti Ekskursi 2024.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H