Mohon tunggu...
Gregory Hans Nugraha
Gregory Hans Nugraha Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

amdg

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Prinsip yang Salah dalam Pendidikan

18 September 2024   22:43 Diperbarui: 18 September 2024   23:25 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Education is the most powerful weapon which you can use to change the world” – Nelson Mandela.

Pendidikan adalah salah satu aspek kehidupan yang paling penting. Menurut Nelson Mandela, pendidikan adalah senjata atau sarana untuk merubah dunia menjadi lebih baik. Akan tetapi, saat ini, banyak pelajar yang justru menyepelekan dan membuang-buang kesempatan berharga di sekolah. Tidak sedikit pelajar yang tidak minat ataupun tidak peduli sedikitpun tentang sekolah. 

Menurut Marti’in (2019), banyak faktor yang dapat menyebabkan minat belajar yang rendah di kalangan pelajar, baik itu internal maupun eksternal. Faktor-faktor tersebut mencakup: (1) faktor fisiologis, (2) faktor psikologis, dan (3) faktor lingkungan keluarga, sekolah, ataupun masyarakat. Menurut penelitiannya, Marti’in menyimpulkan bahwa salah satu karakteristik utama yang ditunjukan oleh 90% murid yang kurang minat adalah rasa bosan. Rasa bosan ini kemudian mendorong pelajar untuk duduk di belakang, bermain Hp, sering izin keluar kelas, ataupun tidak memperhatikan kelas. 

Sumber: Gates Notes
Sumber: Gates Notes

Rasa bosan, itu lah akar dari semua permasalahan terkait dengan minat belajar. Karena rasa bosan, murid tidak akan memperhatikan kelas, tidur-tiduran, ataupun asik sendiri. Karena rasa bosan juga, murid tidak akan memiliki motivasi atau dorongan dalam diri untuk belajar. Rasa bosan adalah respon natural para murid akan metode pembelajaran yang mungkin kurang tepat, menarik, ataupun interaktif.  Tidak sedikit guru, terutama di Indonesia, yang metode pembelajarannya masih one-way atau satu arah. Guru-guru tersebut sering kali hanya membaca presentasi atau modul yang telah disiapkan, maka tidak heran apabila sebagian pelajar di Indonesia pun kehilangan motivasi untuk belajar. 

Kebosanan tidak hanya muncul karena metode, tetapi juga prinsip yang salah. Pendidikan bukan hanya soal belajar pelajaran fisika, matematika, ataupun kimia saja, tetapi juga soal soft skill. Sering kali, soft skill ini sering disepelekan, padahal dalam dunia kerja, kemampuan berorganisasi dan komunikasi lah yang dicari. Penekanan berlebihan terhadap hard skill atau pelajaran justru hanya akan membuat murid merasa bosan, apalagi jika digabung dengan metode pembelajaran yang satu arah. Sekolah yang kesehariannya hanya belajar saja tanpa aktivitas lainnya pasti akan membosankan. Bayangkan jika sekolah itu juga menekankan terkait pengembangan soft skill.

Bayangan tersebut diwujudkan di Kolese Kanisius. Lingkungan Kolese Kanisius yang semangat, menjunjung tinggi nilai-nilai Ignatian, dan memiliki motivasi yang sangat tinggi tentu berbeda dari yang lainnya sehingga membuat lingkungan yang kondusif dan antusias belajar. Akan tetapi, membuat lingkungan tersebut tentunya tidak mudah dan bisa dibilang cukup membingungkan. Jika dilihat sekilas, Kolese Kanisius sangatlah padat akan kegiatan, penilaian, dan tugas-tugas. 

Meskipun begitu, para Kanisian terlihat sangatlah senang dan justru rela meluangkan waktu untuk aktif di berbagai kegiatan, baik itu untuk wind ensemble, komunitas, ataupun berbagai cabang olahraga. Jika dilihat, memang terlihat tidak masuk akal. Sekolah dengan beban yang begitu banyak justru memiliki siswa yang sama-sama semangat dan aktif. Memang terdapat berbagai faktor yang membentuk lingkungan Kolese Kanisius, tetapi yang utama adalah kegiatannya. 

Sumber: Kolese Kanisius
Sumber: Kolese Kanisius

Setiap tahunnya, Kolese Kanisius mengadakan berbagai macam kegiatan. Mulai dari Education Fair, Parents Day, Ragamuda, Merdeka Ria, hingga Canisius College Cup yang akan mendatang. Kegiatan ini tidak dipandang sebagai kegiatan rutin, tetapi kesempatan untuk bertumbuh. Oleh karena itu, hampir setiap kegiatan pasti dibuka kesempatan bagi para Kanisian untuk terlibat sebagai panitia untuk mengembakan kemampuan soft skill mereka. Bagi orang luar, mungkin ini terlihat sebagai distraksi yang hanya membuang-buang waktu. 

Akan tetapi, kenyataannya, justru kesempatan ini lah yang mengajarkan pelajaran-pelajaran berharga yang terpakai dalam kehidupan sehari-hari melalui praktek secara langsung. Melalui kepanitiaan dan berbagai macam kegiatan, para Kanisian pun akan mendapatkan pelajaran-pelajaran yang tidak mungkin akan di dapat dalam sebuah ruang kelas – kemampuan untuk memimpin diri sendiri dan orang lain, berorganisasi, maupun berkomunikasi. 

Sekolah bagaikan sebuah sangkar burung. Burung yang terperangkap dalam sangkar selama masa kecilnya, tidak akan tahu cara bertindak dan tujuan selanjutnya jika suatu hari nanti dilepaskan dari sangkarnya, padahal dunia lebih dari sekedar sangkar tersebut. Memang, burung yang sehat perlu perawatan dan perhatian dari pemiliknya, tetapi juga perlu kesempatan untuk melihat pemandangan di luar sana yang pastinya tidak akan mungkin bisa dilihat dari dalam sangkar. Begitu juga untuk pendidikan di sekolah. Memang betul, pelajar membutuhkan kemampuan akademik, tetapi tidak ada salahnya juga untuk mengajarkan soft skill melalui organisasi dan kepanitiaan yang akan berguna di kemudian hari. 

Pendidikan tidak harus hanya membahas mengenai pelajaran matematika, fisika, ataupun kimia, tetapi bisa juga dalam bentuk kesempatan untuk aktif dalam organisasi dan kepanitiaan.Melalui kesempatan tersebut akan didapat pelajaran yang tidak mungkin akan di dapat dalam sebuah ruang kelas yang pastinya akan lebih berharga di kemudian hari. Oleh karena itu, sudah saatnya pendidikan itu berubah. Tidak lagi hanya soal pelajaran, tetapi juga soal kemampuan  memimpin orang lain dan diri sendiri, bekerja dalam sebuah tim, dan komunikasi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun