Mohon tunggu...
Gregorius Sukoco
Gregorius Sukoco Mohon Tunggu... -

semua pasti mati, tetapi paling tidak matilah sebagai seorang pemberani dan berguna

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perjalanan Si Mandor Mesum [Part I]

30 Juni 2016   14:11 Diperbarui: 23 Juni 2020   14:20 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

OMES, ya itulah julukan ku, aku sendiri tidak begitu paham mengapa teman-teman ku memanggil ku dengan julukan itu, aku sendiri tidak begitu yakin dengan kepanjangan dari julukan itu.

Mungkin OMES adalah singkatan dari : Organisasi Mahasiswa bErprestaSi, atau mungkin : Orang Manis Enak Sekali, atau mungkin juga Otak MESum, entahlah tapi aku lebih suka jika itu adalah  Organisasi Mahasiswa bErprestaSi. Pagi yang indah untuk mengawali hari mu. 

Ya aku adalah mahasiswa dari perguruan tinggi swasta di Yogyakarta, nama ku sebenarnya deka simpel bukan?, ok akan ku beritahu jika kalian ingin tahu nama lengkap ku, namun jika kepala anda tiba-tiba terasa mengganjal segera hubungi dokter terdekat,.

Faktanya 70 dari 30 orang gagal mengeja dan menghapal nama lengkap ku, simak dan ingat baik-baik, nama ku adalah Gregorius prasadhana deka sukoco, mungkin suatu saat nama lengkap ku bisa menjadi soal test masuk ke perguruan tinggi, misalnya: “baca dan ingat serta eja  nama berikut G.R.E.G.O.R.I.U.S P.R.A.S.A.D.H.A.N.A D.E.K.A S.U.K.O.C.O”, faktanya aku mempunyai pengalaman pahit dari nama itu. 

Pernah suatu malam aku pergi ke sebuah klinik bersalin, jangan berfikir aku masuk ke klinik itu untuk memeriksa kandungan ku layaknya ibu-ibu hamil tua, namun di klinik bersalin itu aku hanya ingin numpang tanya lokasi praktik dokter umum,.

Selain itu juga aku bisa melihat suster-suster super seksi seliweran, ya itung- itung cari jodoh, sapa tahu kecantol suster klinik bersalin, ada pepatah mengatakan sambil berenang buang air kecil. 

Sesampainya di dokter umum aku masuk dan menemui suster yang bertugas mencatat nama, keluhan dan dan identitas pasien, awalnya lancar dan terkendali, dan saat suster itu menanyakan nama.

Aku pun menjawabnya, “Deka”, beberapa kali aku dan suster sempat debat masalah nama, dia merasa bahwa aku adalah Dika, namun aku tetap bersihkukuh bahwa aku adalah arnol schwarzenegger, eh maksudnya aku adalah Deka. 

Lalu aku mengakhiri perdebatan itu dengan kata-kata sinis yang akhirnya dapat di terima oleh suster itu, aku mengatakan “emang situ yang ngelairin iyke”, mungkin suster itu terdiam karena merasa kalah dan jijik melihat expresi wajah ku yang lebih mirip banci taman lawang. 

Namun ternyata suster itu masih belum puas, dia pun menanyakan nama lengkap ku, dengan nada kesal aku sengaja mengatakan nama lengkap ku dengan sangat cepat dan berharap dia mengakhiri semua itu. 

Terlihat suster itu menatap kertas dan terpaku,  setelah beberapa menit kemudia dia menatap ku dan berkata “rangga..... yang kamu lakukan kepada ku itu semua jahat”, melihat semua itu aku pun menghapus air matanya dan memegang tangannnya dan membelai tangan dengan lembut dan berkata “KAMPREEET EMANGNYA INI FILM AADC?”.

Dengan bibir manyun dia pun menyodorkan notes dan menyuruh ku menulis nama lengkap ku sendiri, ternyata dia kesulitan untuk mengingat nama lengkap ku. 

Dengan bibir manyun juga aku pun menulis nama lengkap ku beserta nama lengkap aktor film terminator, and soo, my name is Gregorius prasadhana arnold schwarzenegger, merasa puas dengan nama baru itu.

Aku pun menyodorkan notes tersebut dan duduk di samping pak kusir yang sedang mengendarai, eh maksudnya di samping seorang ibu tua yang sedang mengidap penyakit ayan, bukan ayam, dan juga bukan ayang.... hmmmm yang langsung baper. 

Duduk satu bangku dengan seorang ibu tua yang mengidap penyakit ayan itu membuat jantung sedikit berdegup, dan otak bekerja keras, karena gerakan ayan pada ibu tua ini tidak dapat di prediksi seperti halnya hukum fisika yang dapat di prediksi walaupun dengan hitungan yang tidak dapat di bilang mudah, terkadang ibu itu menggerakkan pahanya dan membuat kursi bergetar heboh, getaran itu membuat badan ku pun ikut bergetar hal itu terasa seperti sedang duduk di kursi refleksi.

Beberapa pasien terlihat berebut ingin duduk di samping ibu tua itu, beberapa lagi terlihat menjual tiket dan lainnya terlihat mengantri. terkadang juga lehernya beserta kepalanya bergerak maju mundur lalu kadang bisa ke samping, kadang lengannya bergerak ke atas dan kebawah, lalu patah kan ke kanan dan ke kiri, dan gerakkan kepala memutar lalu lakukan gerakan jumping jack dan--- STOP!!! Ini bukan aerobik tapi penyakit, jangan bandingin gerakan aerobik dengan penyakit.

Jika aerobik membuat sehat, nah kalau yang satu ini membuat kita merasa lebih tegang saat duduk di sebelahnya, awalnya aku tidak begitu menghiraukan, namun lama-lama gerakan tersebut mulai menggangu aku dan pasien lainnya, sempat aku dan pasien lainnya memasang taruhan untuk gerakan selanjutnya.

Saat gerakan selanjutnya tepat dengan prediksi maka akan mendapat nomor antrian pertama, namun saat itu gagal maka akan mendapat nomor antrian paling buntut, setelah mempelajari gerak dari ibu tua tersebut akhirnya aku mempunyai sebuah hipotesis.

Lalu dengan adanya beberapa teori maka dapat di simpulkan bahwa gerakan ini adalah suatu perpaduan dari gerakan breakdance seperti windmill di padukan dengan dead freeze.

Laalu aku pun memutar musik pada HP ku dengan judul lagu dessert, seperti yang telah di duga sebelumnya, antara gerakan ayan ibu tua tersebut dengan musik itu menjadi padu padan yang membuat orang menepuk kepala ku,,, “heh kampret ada orang ayan kok malah di suruh jumpalitan” kata salah seorang bapak sambil mengingatkan ku bahwa suster sudah memanggil-manggil namaku.

"Schwarzenegger harap memasuki ruangan, sekali lagi schwarzenegger harap memasuki ruangan”, dengan memasang tampang cool layaknya cowok bintang iklan sabun wajah aku menatap ibu tua yang masih dengan gerakan break dance itu  dan berkata “i’ll be back as ta la vista baby”, dan di tutup dengan kiss bye lalu aku nyelonong masuk ruang dokter sebelum pasien lainnya mempunyai inisiatif melemparkan benda-benda di dekatnya.

Di ruangan itu semua serba putih dan bersih, sampai-sampai aku menyanyikan back song iklan sabun pemutih pakaian “so putih so bersih...... hanya so klin pemutih”. “sakit nya apa mas?”, salah satu pertanyaan umum dari dokter mana pun, mereka selalu mengawali obrolan dengan pertanyaan itu.

Kebayang gak sih misalnya dokter itu mempunyai cewek manja yang cengeng. kebanyakan cowok akan memeluk ceweknya lalu bertanya “kenapa beb? Kamu gak apa-apa kan? Aku salah ya? Ya udah maafin aku ya beb, makan yuk di PH (Pizza Hut)”. Misalnya dokter ini berada di posisi cowok itu, melihat ceweknya menangis, dia pun menghampiri ceweknya lalu membelai rambutnya dengan lembut dan berkata  “sakitnya apa mbak, bisa tolong di jelaskan? Bagian mana saja yang sakit, coba saya periksa”.

Malam itu saya menceritakan segala keluh-kesah saya mulai dari gangguan pada tenggorokan sampai gangguan mahkluk gaib yang sering menampakkan dirinya saat tanggal-tanggal tua, dan baru-baru ini saya sadar bahwa mahkluk tersebut adalah ibu kost, yang kerap kali meminta tunggak an kamar kost. 

Dokter itu pun menulis beberapa resep dan beberapa nomer para normal lalu dia meminta ku untuk menukarkan resep itu di apotekernya, lalu aku pun berterimakasih dan keluardari ruang praktiknya, saat keluar kulihat ibu tua itu masih tetap dengan gerakan break dancenya, tanpa memperdulikannya lagi aku pun menghampiri apoteker dan menukarkan resep tersebut dan membayar resep itu dengan beberapa lembar uang. 

Dengan berat hati aku melepas uang itu. Malam itu aku mengayuh spedah balap ku dengan ringan dan tanpa beban beberapa kali angin mencoba untuk menerbangkan rambut ikal dan dompet ku, untung saja rambut ku menganut hukum kekekalan energi, dimana energi tidak dapat di musnahkan atau di hilangkan begitu pula rambutku sekuat apapun angin menerpa rambut ku tetap saja mereka akan tetap kembali lagi.  

Bukan hal sulit untuk mengendarai sepedah angin di tengah ramainya kota Yogyakarta, di Yogyakarta semua orang menghargai pejalan kaki dan orang yang mengendarai sepedah angin, itu membuat gerakan spedah balapku semakin lancar, banyaknya jalan tikus di kota itu membuat pejalan kaki dan pengendara spedah lebih cepat sampai ke tujuan.

Kuliah di kota pariwisata tidak membuat tujuan ku rapuh, Yogyakarta terkenal akan kebebasannya, bebas nongkrong di mana saja selama ada angkringan di situ ada tempat nongkrong, angkringan adalah nama lain dari gerobak dorong yang di dalamnya terdapat banyak nasi kusing, sate, gorengan lengkap beserta minyaknya yang dapat di peras dan di jual kembali, anekaragam minuman ringan, dan kopi.

Yang istimewa adalah mereka tidak menggunakan kompor gas atau minya, melainkan menggunakan anglo dengan arang sebagai bahan bakarnya, dan selama ada trotoar di situ ada anak muda berkumpul dan bernyanyi, bebas berbudaya.

Di sana ada banyak sekali pendatang dan mengenalkan budaya mereka masing-masing, mulai dari Sabang sampai Merauke dan budaya luar negeri, bebas menghabiskan uang hanya jika kalian punya uang,  dan tempat-tempat wisatanya yang menarik.

Sebenarnya itu semua adalah musuh utama para perantau, dimana mereka terkadang lupa akan tujuannya dan terlena akan ke bebasan itu lalu mereka akan kembali ke kampungnya tanpa mendapat apapun selain penyesalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun