Mohon tunggu...
gregorius winarno
gregorius winarno Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Suka jalan-jalan, menggeluti pendidikan, dan pemerhati humaniora

Selanjutnya

Tutup

Trip

Liburan Tanpa Batas: Kaum Difabel Menikmati Keindahan Singapura (Bagian I)

8 Januari 2025   08:00 Diperbarui: 7 Januari 2025   14:30 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Bagian I: Menuju Singapura 

Bepergian ke manca negara bersama orangtua berkursi roda bagi banyak orang adalah sesuatu yang dirasa sulit, ribet, dan penuh risiko. Bagaimana maskapai menjamin kelancaran? Apakah kursi roda bisa masuk pesawat? Apa yang terjadi jika maskapai tak terkoneksi garbarata, jembatan penghubung ruang tunggu dan pintu pesawat? Apakah akses kursi roda tersedia? Bagaimana dengan pengecekan imigrasi bagi pengguna kursi roda? Isian aplikasi bea cukai bagi pengguna kursi roda? 

Jelang 2024 berakhir, kami bertiga: Mama, saya bersama istri berangkat ke Singapura. Sejak 3 tahun terakhir Mama memakai kursi roda karena kondisi kakinya tidak memungkinkan berjalan. Usia beliau 84 tahun. Kami bertiga total membawa 7 barang bawaan termasuk walker dan kursi roda. Masih ditambah ransel kecil masing-masing. Namun, syukurlah total berat barang bawaan masih di bawah jatah yang diberikan Air Asia, maskapai yang kami pilih dalam penerbangan kali ini.

Dari rumah menuju bandara, kami naik taksi online. Kami ingin memastikan punya waktu cukup sebelum boarding.  Untuk memastikan kelancaran, kami sudah lakukan check in secara online sebelumnya. Jalanan siang itu lancar. Kami tiba di Terminal 2F teapt waktu seperti yang kami harapkan.

 

Di terminal 2F, kami menuju meja konter Air Asia, Baggage  Drop. Taruh bagasi. Antrean  tidak lama. Semua barang bisa masuk bagasi. Kami hanya bawa satu koper buat kabin. Walker  yang sudah terbungkus plastik kami masukkan ke bagasi. Proses lancar. Kami mendapatkan boarding pass melengkapi paspor kami.

Selanjutnya, melewati alat deteksi penumpang dan barang bawaan termasuk kursi roda. Prosesnya pun mudah. Untuk yang berkursi roda, kami mendapat bantuan petugas. Beres di sini. Tinggal bagian imigrasi sebelum masuk ruang tunggu.

Menengok penunjuk waktu, sepertinya  masih memungkinkan makan siang dulu. Maka, kami mampir di salah satu resto yang ada. Tak lupa juga ke toilet. Untuk toilet difabel di bandara ini bagus. Selain lapang dan bersih, toilet ini terawat.  

Di area imigrasi, pengecekan paspor dan boarding pass. Petugas arahkan kami ke akses buat kaum difabel. Akses ini sama dengan akses bagi para awak pesawat. Di titik ini juga urusan cepat.

Sampai di ruang tunggu, pihak maskapai menawarkan penumpang buat menaruh koper kabin ke dalam bagasi pesawat. Maskapai sepertinya mengantisipasi agar kabin pesawat cukup untuk semua barang  kabin bawaan penumpang. Kami termasuk yang ikuti anjuran itu. Cukup taruh koper kabin di konter. Petugas kemudian membawanya ke bagasi. Tanpa tambahan biaya lagi.

Tak lama menunggu, petugas mengumumkan seluruh penumpang untuk bersiap masuk pesawat.  Karena Mama pakai kursi roda, kami dipersilakan masuk duluan. Sementara penumpang lain sudah mengular dalam antrean. Boarding pass diperiksa dengan singkat, petugas arahkan kami masuk pesawat lewat garbarata.  Fasilitas ini sangat memudahkan kursi roda bisa lancar dan aman tiba di dalam pesawat. Ukuran kursi roda kami lebih kecil sehingga kami bisa membawa Mama ke tempat duduk. Letaknya di baris ke-7. Sebenarnya kami lebih memilih di baris pertama, namun rupanya kami telat pesan. Pelajaran bagi kami agar di  lain waktu, booking tempat duduk di baris pertama sedini mungkin jika membawa keluarga berkursi roda.

Setelah kami duduk di pesawat, kursi roda kami dibawa petugas untuk diletakkan di bagasi. Selanjutnya selama di pesawat ini, perjalanan seperti pada umumnya. Kurang dari  satu setengah jam pesawat sudah mendarat di bandara Changi.

Kami diatur keluar paling akhir. Pihak maskapai dan bandara sudah menyiapkan fasilitas bantuan. Tampak di pintu pesawat seorang uncle, pria paruh baya sudah bersiap dengan kursi roda. Sayangnya   ukurannya lebih besar sehingga  tidak memungkinkan masuk mendekat tempat duduk kami. Sementara kursi roda kami masih dalam proses dikeluarkan dari bagasi dan ditaruh di pintu masuk setelah garbarata. Alhasil, dibantu awak pesawat,  kami papah pelan-pelan Mama menuju kursi roda  yang persis di depan pintu pesawat.  Puji Tuhan. Proses lancar. Uncle  tadi dengan ramah dan sigap membantu mendorong Mama melewati garbarata. Di pintu masuk sudah menunggu kursi roda kami. Kami pun tukar kursi roda. Tak lupa berterima kasih kepada Uncle dan semua kru yang sudah membantu kelancaran perjalanan kami. Di bandara Changi, kami pun mampir ke toilet difabel sejenak. Ukurannya pun  luas, bersih dan memadai.

 

Kami kemudian mengikuti petunjuk ke bagian imigrasi. Melalui lift kami sampai area imigrasi. Prosesnya juga mudah. Kami masuk area khusus difabel. Setelah scan paspor, lanjut scan wajah. Pintu terbuka. Proses imigrasi selesai. Terakhir mengambil bagasi. Lancar. Tak perlu menunggu lama-lama. Barang-barang kami lengkap. Termasuk walker yang kami ambil di tempat bertanda Odd Baggage. 

Di pintu penjemputan penumpang,  adik ipar dan keponakan sudah melambai-lambaikan tangan mereka. Sukacita kami bertemu keduanya. Jam menunjukkan pukul 22.00 waktu setempat.   Menuju parkiran mobil. Sengaja adik ipar menyewa mobil untuk kelancaran dan  kemudahan kami. Kurang dari sejam, kami sudah tiba di tujuan yang letaknya di Jurong West.

Perjalanan dari Jakarta ke Singapura lancar. Jauh dari bayangan kami sebelumnya. Nah, selama perjalanan ini yang kami alami akses dan fasilitas untuk kaum difabel sangat bagus. Petugas baik maskapai maupun bandara -  Soekarno Hatta (CGK) dan Changi – sangat sigap membantu. Ternyata tidak seribet yang dibayangkan.

Bersambung ke bagian II,  Kaum DIfabel Menikmati Keindahan Singapura 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun