Mohon tunggu...
Gregorius Richy Dwijasetya
Gregorius Richy Dwijasetya Mohon Tunggu... Mahasiswa - siswa

saya suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Apakah AI Berpengaruh terhadap KelangsunganBelajar Siswa?

5 Desember 2024   11:12 Diperbarui: 5 Desember 2024   11:23 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Kehadiran kecerdasan buatan (AI) dalam dunia pendidikan memberikan dampak yang signifikan terhadap cara siswa belajar, namun juga menimbulkan tantangan baru terkait ketergantungan. Dengan adanya berbagai alat berbasis AI, seperti aplikasi pembelajaran cerdas dan tutor virtual, siswa dapat dengan mudah mengakses informasi dan mendapatkan bantuan secara instan tanpa perlu berinteraksi langsung dengan guru atau teman sekelas. Meskipun hal ini mempermudah proses belajar, ketergantungan pada teknologi dapat mengurangi kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mandiri. Siswa yang terbiasa mengandalkan AI untuk menjawab soal atau menyelesaikan tugas tanpa usaha maksimal cenderung kehilangan keterampilan dalam menganalisis masalah atau mengembangkan kreativitas mereka. Oleh karena itu, meskipun AI dapat meningkatkan efisiensi pembelajaran, penggunaan yang berlebihan tanpa pengawasan dapat menyebabkan siswa menjadi terlalu bergantung pada teknologi, yang pada akhirnya mempengaruhi perkembangan keterampilan berpikir dan pemecahan masalah mereka secara optimal.

Pada masa lalu, sebelum adanya kecerdasan buatan (AI), siswa mengandalkan metode tradisional untuk belajar, seperti buku teks, catatan dari guru, dan diskusi kelompok. Proses belajar dilakukan secara lebih aktif dan interaktif, dengan siswa mencari informasi melalui penelitian manual atau bertanya langsung kepada guru. Mereka lebih mengandalkan kemampuan berpikir kritis dan memecahkan masalah secara mandiri. Sebaliknya, dengan hadirnya AI dalam pendidikan saat ini, siswa memiliki akses mudah ke berbagai sumber daya pembelajaran digital, seperti aplikasi pembelajaran, tutor virtual, dan mesin pencari informasi yang dapat memberikan jawaban instan. Meskipun hal ini memudahkan mereka dalam mengatasi kesulitan belajar, ketergantungan pada teknologi ini dapat mengurangi kemampuan mereka untuk berpikir secara mendalam dan memecahkan masalah tanpa bantuan. Dengan AI yang dapat memberikan solusi cepat, siswa cenderung kurang berusaha untuk memahami konsep secara mendalam, sehingga berisiko mengurangi kreativitas dan keterampilan berpikir kritis mereka. Perbedaan utama antara masa lalu dan sekarang adalah, di masa lalu siswa lebih aktif mencari solusi secara mandiri, sementara sekarang mereka lebih banyak bergantung pada teknologi untuk membantu menyelesaikan tugas atau memperoleh informasi.

Bayangkan seorang siswa yang sedang mengerjakan tugas matematika. Di masa lalu, siswa tersebut mungkin akan menghabiskan waktu memikirkan rumus, mencoba berbagai cara untuk menyelesaikan soal, dan meminta bantuan guru atau teman jika kesulitan. Namun, dengan adanya AI, siswa tersebut cukup membuka aplikasi pembelajaran atau mesin pencari untuk mendapatkan jawaban secara instan. Dalam sekejap, tugas selesai tanpa adanya usaha yang signifikan untuk memahami konsep yang mendalam. Ketergantungan pada AI semakin terasa ketika siswa terus-menerus memilih untuk mencari jawaban cepat melalui teknologi daripada meluangkan waktu untuk memahami proses pemecahan masalah. Meskipun AI membantu menghemat waktu dan memberikan informasi yang akurat, dampaknya terhadap perkembangan keterampilan berpikir kritis dan mandiri siswa menjadi jelas. Mereka menjadi terbiasa mengandalkan AI sebagai "pembantu" utama dalam belajar, yang pada akhirnya bisa mengurangi kemampuan mereka untuk berpikir secara kreatif dan memecahkan masalah secara mandiri.

Contoh nyata pengaruh AI terhadap ketergantungan siswa dapat terlihat pada seorang siswa yang sering menggunakan aplikasi pembelajaran berbasis AI untuk mengerjakan tugas sekolah. Misalnya, saat menghadapi soal ujian matematika, siswa tersebut langsung membuka aplikasi kalkulator cerdas atau platform yang menyediakan jawaban langsung tanpa berusaha mencari tahu cara penyelesaian masalahnya sendiri. Ketergantungan ini membuat siswa enggan untuk memahami konsep dasar atau berlatih lebih lama untuk menguasai materi. Meskipun aplikasi tersebut memberi kemudahan dan efisiensi, dalam jangka panjang, siswa menjadi kurang terlatih dalam berpikir kritis dan memecahkan masalah tanpa bantuan teknologi. Akibatnya, mereka cenderung merasa kesulitan saat dihadapkan pada situasi di mana teknologi tidak dapat digunakan, seperti ujian tertulis atau tugas yang memerlukan analisis mendalam. Ketergantungan yang berlebihan ini akhirnya menghambat perkembangan kemampuan berpikir mandiri siswa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun