Hal itu dapat berupa nilai warisannya (heritage) yang kaya, adanya pengerjaan artistik yang begitu teliti, hingga kepada komitmen yang mendalam terhadap keberlanjutan maupun ramah lingkungan.
Tatler, sebuah majalah gaya hidup di Inggris mendeskripsikan bahwa apa yang membuat orang-orang kaya tetap membeli barang-barang mewah didasari oleh bagaimana adanya pengalaman mewah yang didapat secara atraktif dan menarik perhatian.
Pengalaman mewah ini sangat berfokus pada kualitas ketimbang kuantitas.
Eksistensi sebuah produk mewah secara mendasar memenuhi dambaan akan barang-barang yang akan membedakan diri mereka sebagai orang kaya yang unik dari rekan-rekan mereka, entah itu berupa barang yang dikustomisasi atau dipersonalisasi atau karya seni yang memiliki ciri khas kebanggaan tertentu.
Ini adalah perilaku yang tentunya tidak dimiliki oleh kelas menengah ke bawah yang lebih mementingkan fungsional, apa adanya dari suatu produk.
2. Diferensiasi sebagai Kunci Atas Persaingan
Setelah kita dapat memahami dan mengidentifikasi niche kita, ketika kita hendak melangkah dalam bermain pada lanskap persaingan, diferensiasi adalah kuncinya.
Seth Godin, seorang penulis dan enterpreneur ternama di Amerika pernah menjelaskan bahwa diferensiasi bukanlah sekedar membuat diri kita lain dari pesaing melainkan membuat kita lebih baik.Â
Apa yang membuat brand kita istimewa? Apakah ini bisnis milik keluarga yang diwariskan dari generasi ke generasi? Apakah kita menggunakan bahan langka yang sumbernya didapat secara etis? Apakah kita menawarkan kustomisasi yang dapat dipesan terlebih dahulu, menciptakan karya yang unik? Jika kita mengaitkan dengan brand-brand mahal, kemewahan adalah tentang eksklusivitas dan narasi yang unik.
Jika kita melihat persaingan pada persaingan dunia otomotif saja misalkan, apa yang membedakan Lamborghini dengan Porsche?