Meskipun memiliki daya tarik seperti di atas, terdapat tantangan yang perlu disikapi dengan bijak. Tantangan tersebut antara lain:
Tantangan Pertama: Kultur Sosial
Beradaptasi dengan budaya baru tentunya memerlukan pemahaman akan nuansanya. Membangun hubungan dengan orang Jepang, baik secara pribadi maupun profesional, dalam hal ini memerlukan rasa hormat dan interaksi yang penuh perhatian. Kesopanan adalah hal yang terpenting. Dengan menggunakan gelar kehormatan seperti "-san" dan "-sensei", dan menyertakan membungkuk hormat dalam sapaan kita akan sangat berarti. Suatu tindakan kecil sekalipun akan membawa dampak besar dalam berinteraksi dengan orang-orang Jepang.
Salah satu hal yang patut diingat, komunikasi dengan orang-orang Jepang cenderung tidak langsung. Ini akan berbeda dengan budaya kita yang sangat blak-blakan dan frontal. Dalam hal ini, memperhatikan baik-baik isyarat nonverbal, makna implisit, dan konteks keseluruhan untuk memahami makna sebenarnya di balik kata-kata seseorang akan sangat membantu dalam komunikasi.
Konsep harmoni, atau "wa" (和), adalah landasan masyarakat Jepang. Oleh karenanya, alasan mengapa kita perlu menghindari bersikap terlalu konfrontatif atau mengganggu dalam lingkungan kelompok sangat relevan. Adanya kolaborasi dan menemukan titik temu adalah kunci dalam membangun keakraban dengan masyarakat Jepang. Membangun kepercayaan ini tentunya membutuhkan waktu. Dalam hal ini, kita perlu bersabar, menunjukkan minat yang tulus, dan menghindari sikap yang memaksa. Kesabaran dan keikhlasan adalah benih dari ikatan yang kuat yang sangat dihargai oleh masyarakat Jepang.
Tantangan Kedua: Kultur Kerja
Budaya kerja di Jepang bisa jadi sesuatu yang sangat menuntut. Adalah bukan rahasia bahwa di Jepang hingga terdapat istilah Karoshi (過労死 ) atau kematian akibat banyak bekerja yang menggambarkan betapa gilanya kultur kerja di sana. Adanya kultur kerja seperti ini dipengaruhi oleh semangat "Shokunin" (職人 ) atau artisan dalam bekerja. Seorang artisan adalah ia yang memiliki kebanggan (pride) dalam penguasaan pekerjaannya. Semangat ini pada akhirnya mempengaruhi budaya dimana orang Jepang harus berdedikasi penuh dan loyal dalam pekerjaannya hingga akhir. Dalam prakteknya, pada akhirnya kita perlu bersiap untuk jam kerja yang lebih panjang dan mengutamakan loyalitas kepada perusahaan tempat kita bekerja di sana, terutama untuk perusahaan-perusahaan lokal. Mencapai keseimbangan kehidupan kerja (work life balance) dalam hal ini mungkin akan memerlukan upaya ekstra.
Konklusi
Tinggal di Jepang dengan kulturnya bisa menjadi petualangan yang tak terlupakan. Memang akan ada banyak tantangan terutama pada penyesuaian kultur untuk dapat hidup di negara ini. Dengan merangkul nuansa budaya dan menghormati adat istiadat setempat, kita tidak hanya akan berkembang di negara yang indah ini tetapi juga menjalin hubungan yang bermakna dengan masyarakatnya. Dalam hal ini kita mesti jujur pada diri kita, sungguhkah kita siap untuk pindah ke Jepang dengan impian untuk hidup yang lebih baik dengan menimbang segala tantangan maupun resikonya?