Bayangkan anda dalam posisi dimana baru saja diterima menjadi seorang spesialis sosial media di sebuah perusahaan. Kemudian anda bertanya pada atasan anda mengenai apa saja yang harus anda kerjakan di sosial media tetapi atasan anda menjawab "tidak tahu, ya coba dipikirkan, yang penting sosial medianya aktif dan jalan saja". Bagaimana tanggapan anda kira-kira? Hampir dapat dipastikan respon pertama anda akan bingung sendiri dan setelahnya akan mencari informasi tentang segala hal yang diperlukan untuk persiapan mengisi konten dari sosial media perusahaan anda. Persiapan ini tentunya akan menjadi patokan anda untuk dapat menjalankan pekerjaan anda dengan lebih jelas.
Di dunia profesional yang serba cepat saat ini, persiapan adalah kunci utama pada pekerjaan kita. Entah kita seorang digital marketer, pengusaha, penulis, guru, tenaga penyuluhan kesehatan, presenter berita, influencer, atau sekadar seseorang yang ingin tampil menonjol, kita perlu memiliki segudang konten berkualitas tinggi yang dapat menjadi terobosan baru bagaimana kita dapat tampil di hadapan masyarakat. Di sinilah konsep adanya "bank konten" mulai berperan.
Lantas, apa sesungguhnya bank konten tersebut?
Secara sederhana, kita dapat membayangkan bank konten sebagai perpustakaan pribadi kita yang berisi konten-konten siap pakai dan dapat digunakan kembali. Bentuk bank konten ini dapat mencakup postingan blog, catatan-catatan, grafik-grafik media sosial, presentasi, email template, atau aset digital lainnya yang relevan dengan bidang kita.  Dapat dikatakan bank konten merupakan sebuah to-do-list yang lebih terjadwal dan mendetail dari rencana kita lengkap dengan penggambaran serta bentuk eksekusinya yang siap digunakan.
Dengan mempersiapkan elemen-elemen ini sebelumnya, kita akan mendapatkan banyak manfaat yang dapat mendorong diri sendiri untuk lebih maju dalam perjalanan profesi kita. Kita tidak akan kehilangan arah dan mengetahui aspek-aspek yang bisa ditingkatkan dalam pengenalan akan perusahaan maupun profesi kita.
Apakah bank konten itu sendiri hanya terbatas bagi orang marketing atau public relation dari sebuah industri?Â
Pada dasarnya, penerapan bank konten sendiri melampaui sekedar pada ranah pemasaran dan komunikasi. Sebagaimana yang telah sekilas dijabarkan di atas, bahwa dimana ada momen sebuah profesi membutuhkan perencanaan, di situlah bank konten akan selalu muncul. Kita dapat menjadi seorang guru dengan "perpustakaan" rencana pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya, atau tenaga penyuluhan kesehatan yang memiliki ribuan catatan hal-hal yang ingin dibagikan pada para audiens lengkap dengan medianya. Adanya bank konten ini mampu memberdayakan individu dari berbagai profesi untuk menyederhanakan alur kerjanya dan mencapai tujuan mereka masing-masing.
Secara mendasar, terdapat lima hal yang mendasari mengapa kita perlu membuat bank konten.