Topik mengenai industri dan ekonomi kreatif adalah topik yang cukup panas akhir-akhir ini. Banyak cara tengah dipikirkan baik dari akademisi, praktisi, hingga pemerintah bagaimana industri yang sangat potensial ini supaya dapat dikelola dengan baik. Di taraf nasional sendiri hadir isu-isu berkaitan dengan industri kreatif seperti wacana pembentukan kembali Bekraf (Badan Ekonomi Kreatif) yang tengah digembor-gemborkan baik pasangan dari kubu no 2 maupun 3, regulasi industri publisher game, keinginan menparekraf agar semakin banyak emiten industri kreatif, dan banyak hal lainnya.
Jika ditanya pada para pelaku industri kreatif yang telah mengenal pemetaan secara lanskap global, adakah negara panutan yang telah sukses membangun tatanan industri kreatifnya? salah satu jawaban yang paling banyak muncul adalah satu negara ini: Inggris.
Industri kreatif Inggris merupakan kekuatan global yang memiliki ekspor kreatif cukup kuat di dunia. Mulai dari studio film yang ramai hingga rumah fashion avant-garde (fashion eksperimental), sektor ini seperti penuh dengan inovasi dan memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian negara. Namun, apa yang membuat industri ini bisa berkembang pesat? Dan bagaimana kisah suksesnya dapat diterjemahkan menjadi pelajaran bagi negara kita?
Sejarah Panjang Adanya Harmoni Kolaboratif Pemerintah, Stakeholder, dan Para Pelaku Usaha
Menurut kumparan (Indarto, 2019)  jejak keseriusan pemerintah pada industri kreatif di Inggris pertama kali dicanangkan pada tahun 1997 saat era pemerintahan Perdana Menteri Tony Blair dimana lahir dokumen Creative Industries-Mapping Document 1998 yang dirumuskan oleh Department for Culture, Media, and Sport (DCMS), kementerian yang menangani industri kreatif di Inggris. Saat itu seluruh kategori yang termasuk bidang industri kreatif dipetakan, bukan hanya jenis industri saja namun sampai kepada kondisi yang ada, tatanan revenue, hingga apa saja yang masih sangat kurang dan perlu ditingkatkan. Seiring perjalanan waktu, jenis industri dan pengolahan data yang disajikan pun sangat variatif dan berkembang.
Salah satu unsur utama yang membuat pada akhirnya tatanan tersebut berkembang pesat adalah ekosistem kuat yang melingkupi seluruh dunia kreatif Inggris dari hulu hingga hilir. Pendanaan pemerintah sendiri mendorong pertumbuhan melalui dana hibah dan keringanan pajak, sementara inisiatif yang ditargetkan seperti adanya program "Klaster Industri Kreatif dan Budaya" menciptakan pada akhirnya pusat kolaborasi dan pertukaran pengetahuan lintas stakeholder. Di samping itu, universitas-universitas juga diseriusi untuk menghasilkan lulusan yang dilengkapi dengan keterampilan khusus, dan program pengembangan keterampilan yang tersedia ditata sedemikian sesuai dengan kondisi lapangan membuat para profesional menjadi yang terdepan.
Inovasi yang Menjadi Kunci Pembuka
Sebagai industri yang sangat berkaitan erat dengan pemanfaatan multimedia dan teknologi, merangkul segala jenis inovasi teknologi baru adalah ciri lain dari keunggulan kreatif di Inggris. Mulai dari mengintegrasikan VR/AR ke dalam pembuatan film yang bahkan bisa diajarkan ke tingkat setara kursus hingga memanfaatkan teknologi desain yang bertenaga AI, hal ini akhirnya membuat bisnis terus mendorong melampaui batasan. Ini menunjukkan bahwa ekosistem kreatif di sana sangat menghargai investasi penelitian dan pengembangan yang begitu mengakar mendalam. Fokus pada investasi penelitian dan pengembangan ini mendorong lahirnya beragam inovasi dan menjadikan mereka menjadi satu pemain terdepan dalam pasar global yang kompetitif.
Keberanian Melangkah Melampaui Batas
Sebagai negara pemain yang telah berkecimpung lama, Inggris tentunya tidak menghindar dari panggung internasional. Adanya fokus yang kuat pada ekspor hingga memikirkan tatanan bagaimana sebuah pemain kecil saja sekelas UMKM bisa mendapat akses jalur perdagangan internasional pada akhirnya menempatkan produk dan layanan kreatif mereka di peta pemasaran global. Kemitraan strategis dengan berbagai talenta, institusi, dan bisnis internasional mendorong pertukaran lintas budaya dan membuka pintu ke pasar baru. Selain itu, setiap kebijakanan pemerintahan Inggris dipikirkan matang-matang dan diupayakan agar menarik serta mempertahankan talenta kreatif internasional yang tertarik bekerjasama dengan pemain di Inggris, sehingga memperkaya keragaman industri dan jangkauan global.
The Creative Industries Council: Jantung Kemenangan bagi Manajemen UMKM Kreatif
Jika wacana tentang Bekraf sempat mencuat, hal itu amatlah wajar karena memang adanya sebuah wadah independen kolaboratif di luar pemerintah sebagai regulator namun tetap memiliki kekuatan yang bisa lebih mengayomi industri kreatif baik dari segi usulan regulasi, penelitian, forum, pengaksesan pasar hingga taraf UMKM amatlah perlu. Di Inggris sendiri, kehadirannya dimanifestasikan dengan Creative Industries Council (CIC). Â Institusi ini adalah sebuah forum kemitraan publik-swasta yang unik dimana ia bertindak sebagai jembatan antara pemerintah dan industri, mengadvokasi dan mendukung usaha kecil dalam beberapa cara:Â
1. Peran Advokasi:Â Mereka memperjuangkan kebutuhan usaha kecil bagi para pembuat kebijakan, memastikan suara mereka didengar. Peran advokasi ini akhirnya membuat setiap kebijakan yang dibuat oleh pemerintah Inggris tidak subyektif dan memiliki dasar yang kuat berdasarkan simulasi serta kondisi serta suara dari para pelakunya.
2. Wadah Kolaborasi: CIC mampu memfasilitasi peluang jaringan dan berbagi pengetahuan, menghubungkan setiap usaha kecil dengan beragam mentor, sumber daya, dan calon kolaborator. Di sini mereka tidak hanya sekedar mempertemukan calon-calon mitra dalam business matching lalu melepasnya tetapi juga bahkan memetakan bentuk-bentuk kerjasama dan mendampingi secara total. Mereka juga merilis secara up-to-date dan berkala riset-riset tentang perkembangan masing-masing bidang industri, bagaimana bisa bisnis-bisnis lain sukses bisa menembus pasar, strategi pemasaran berdasarkan data survey yang akurat, hingga laporan tentang potensi yang masih bisa dikembangkan dan diteliti lebih lanjut. Sinergi yang melibatkan pemerintah, konsultan, praktisi pengembang bisnis, akademisi, hingga pelaku langsung ini akhirnya membuat kekuatan yang bersama-sama saling menguntungkan
3. Adanya Program Pengembangan dan Keterampilan: CIC pada dasarnya bekerja sama dengan pemerintah dan industri untuk mengembangkan program pengembangan keterampilan yang tertarget dan disesuaikan dengan kebutuhan maupun kemampuan usaha kecil skala mikro di sektor kreatif tertentu. Dalam hal ini, mereka memastikan bahwa benar-benar tak ada seorang pemain UMKM pun terlewatkan maupun tidak terpetakan pengembangan keahlian dan keterampilan. Sama seperti halnya adanya database riset-riset yang terus di-update tentang perkembangan industri, mereka juga merilis laporan studi kasus nyata bagaimana pemain kreatif dapat menghadapi kondisi-kondisi riil di lapangan. Dengan adanya pendampingan total hingga ke lapangan semacam ini, bahkan seseorang lulusan baru dari akademi kreatif yang ingin membuat bisnisnya sendiri pun tentunya lebih merasa terjamin akan cerahnya usahanya ke depannya.
4. Akses terhadap Pembiayaan:Â CIC sendiri juga memiliki peran mengadvokasi dan membantu mengembangkan skema finansial yang memberikan akses lebih mudah terhadap pembiayaan bagi usaha kreatif kecil. Selain itu, para pelaku yang secara dominan berasal dari latar belakang seni dan desain pun akan sangat terbantu karena CIC memiliki sistem business helpdesk khusus dengan asisten utama dari bidang Penasihat dan Akuntansi Media dimana mereka yang memang tidak memiliki dasar ilmu ekonomi atau kebijakan publik pun dapat dengan tenang bertanya dan berkonsultasi terkait pajak, bagaimana mengatur perusahaan, pemanfaatan tenaga kerja dan informasi tentang perubahan peraturan pemerintah.
Konklusi
Pada akhirnya, terdapat banyak pembelajaran menarik dari yang kita petik pada pengembangan industri kreatif di Inggris. Baik level pemerintah, swasta, maupun pemain-pemain terkait sampai pada level kecil, mereka semua mampu berkolaborasi hingga pada tahapan menanamkan budaya kolaborasi pemerintah-industri-masyarakat yang kuat. Mereka semua memiliki kesamaan dimana mereka merangkul inovasi, melakukan kolaborasi dan networking, memanfaatkan sumber daya yang ada, hingga berpikir secara global untuk meraih posisi. Dalam hal ini, mereka bukan hanya sekedar berwacana saja akan kolaborasi tetapi secara total dari hulu ke hilir memikirkan segala kemungkinan dalam riset dan pengembangan kuat baik di ruang diskusi, akademik, hingga lapangan mengenai akan apa saja yang dapat terjadi di medan pemasaran, agar bahkan ketika satu pemain kecil pun terjun ke dalam arusnya, mereka tidak tertinggal jauh dari "pemain-pemain emas". Dengan mempertimbangkan hingga pada level agar "tidak seorangpun dibiarkan hilang", bukan tanpa alasan akhirnya Inggris mampu menduduki ekosistem ekonomi kreatif teratas di dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H