Suatu hari, ada sebuah diskusi dengan seorang rekan saya yang beberapa tahun lebih muda dari saya yang cukup menggugah nurani saya. Rekan saya ini berkata bahwa kesuksesan itu haruslah diusahakan dengan aktif. Ia berkata demikian saat melihat saya dari kacamata pandangannya seakan begitu pasif dan membandingkan dengan hidupnya yang secara jadwal sangat tertata dari jam ke jamnya yang harus selalu bergerak dan berkegiatan.Â
Sebagai orang yang mengenal saya pribadi belum terlalu lama, saya amat memaklumi pola pandang rekan saya yang tiba-tiba berbicara seperti itu mengingat betapa latar belakangnya berasal dari keluarga yang jauh lebih kurang beruntung dari saya dan dengan semangat mudanya yang membara ia begitu berhasrat untuk lebih banyak bertindak mengubah nasibnya sehingga ketika melihat ada rekannya yang terlihat lebih "santai", ia bisa sangat mengkomplain cara hidup rekannya ini.
kehidupan ini harus diisi dengan sesuatu yang bermakna, dan itu melibatkan peran aktif dari diri kita.
Bagi beberapa orang, mungkin obrolan rekan saya itu cukup menohok dan bisa jadi mengganggu apabila di posisi saya. Meskipun begitu, saya tidak mengambil pengalaman perbincangan dengan rekan saya itu sebagai sesuatu yang harus terlalu dalam dimasukkan hati. Sebaliknya, saya tetap mengambil pembelajaran penting yang hendak disampaikannya sebagai seorang yang berniat baik terhadap saya dengan caranya. BahwaPandangan itu tidaklah salah, tetapi saya kira sebagai manusia yang hidup di dunia ini, kita perlu melihat pula bahwa memang sekalipun ada peran dari kita, waktu itu berjalan berbeda-beda bagi setiap orang. Ada pribadi yang menjalani karir setelah lulus dan ia bisa langsung diterima sebagai akuntan dalam sebuah perusahaan ternama, ada yang menjalani karir bertahun-tahun "hanya" demi menjadi seorang penulis buku sukses. Selayaknya sebuah perjalanan, kehidupan juga memiliki lika-likunya, bahkan beberapa tujuan perjalanan yang berkelok-kelok seringkali memiliki jalur memutar yang terpaksa harus dilalui maupun adanya kejadian di jalan yang tidak berkaitan sama sekali dengan perjalanan utama kita. Sesuatu yang jelas dari kacamata dunia bisnis sendiri adalah hal yang tidak efisien atau bahkan tidak produktif.
Beberapa waktu lalu, terdapat salah satu idiom yang cukup populer bahwa "Hidup tak seinstan mie" yang berbicara dalam konteks dimana orang-orang sekarang mudah sekali menginginkan kesuksesan yang instan. Bahwa dunia ini sekarang lebih terhubung dan terkoneksi satu sama lain sehingga mestinya segalanya termasuk kesuksesan mestinya berjalan dan datang lebih cepat.Â
Benar bahwa segalanya lebih mudah terhubung, tetapi itu tidak mengubah adanya faktor eksternal di luar kendali yang dapat tiba-tiba masuk dalam proses kita. Ibarat kata, listrik mati, wi-fi trouble atau komputer nge-hang bisa sangat gampang terjadi dan kita harus bersiap dengan itu. Justru bagaimana respon kita terhadap hal-hal eksternal inilah yang menjadi bekal yang sangat bernilai menghadapi tantangan dan arus kehidupan.
Pada akhirnya, kita perlu mengakui dan merendahkan hati bahwa ada beragam jalan menuju kesuksesan dan konteks seputar perjalanan seorang individu. Kita perlu belajar mengamati lebih jauh dan menghargai nilai kehidupan berdasarkan kualitas, fokus, dan keterlibatan mendalam dari seorang pribadi dalam mencapai hasil yang berdampak bagi sesama.Â
Kita perlu menghindari menilai manajemen waktu hanya berdasarkan "jadwal kehidupan" yang secara tidak adil tiba-tiba ditimpakan pada kita, tren yang ada, dan belajar mengenali peran faktor eksternal dan tantangan pribadi. Benar, hidup itu tak seinstan mie, maka tetap nikmatilah alur perjalannya dengan catatan bahwa engkau tahu kemana akhirnya engkau melangkah. Bukan karena kita malas, melainkan justru karena kita menghargai proses yang diberikan hidup tanpa harus memaksakan siapapun sambil melatih ketenangan kita ketika terdapat tantangan eksternal yang menghadang. Semoga racikan "mie kehidupan" masing-masing dari kita dengan setiap ciri khasnya berakhir nikmat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H