Mohon tunggu...
Gregorius Aditya
Gregorius Aditya Mohon Tunggu... Konsultan - Brand Agency Owner

Seorang pebisnis di bidang konsultan bisnis dan pemilik studio Branding bernama Vajramaya Studio di Surabaya serta Lulusan S2 Technomarketing Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS). Saat ini aktif mengembangkan beberapa IP industri kreatif untuk bidang animasi dan fashion. Penghobi traveling dan fotografi Landscape

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Dilema Industri Kreatif: Ketika Teknologinya Lebih Canggih daripada Sistemnya

29 November 2023   06:30 Diperbarui: 29 November 2023   14:58 728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi industri kreatif. (Sumber Gambar: Freepik.com via Kompas.com)

3. Kurangnya Pelatihan Khusus pada Manajerial

Dalam industri kreatif, sebenarnya ditemui fenomena kurangnya pelatihan khusus bagi para manajer di industri kreatif, yang berarti bahwa mereka mungkin tidak memiliki keterampilan atau pengetahuan yang diperlukan untuk mengembangkan dan menerapkan sistem manajemen yang efektif. 

Manajer dalam industri kreatif memerlukan bukan hanya skill yang dimiliki industri konvensional pada umumnya mulai dari efisiensi keuangan, dasar pengelolaan sumber daya manusia, pengetahuan organisasional, tetapi mampu menjembatani dan menerjemahkan variabel-variabel laten yang menjadi ciri khas industri kreatif seperti risiko dari eksperimen kreativitas, konversi dari ide menjadi produk yang mampu menghasilkan sumber pendapatan efektif, hingga manajemen sumber daya manusia yang memperhatikan aspek talenta artistik yang produktif maupun potensial. 

Di tingkat manajerial, para manajer kreatif sendiri pada akhirnya membutuhkan cara-cara mengukur dan mengevaluasi karya kreatif dikarenakan karya kreatif sering kali bersifat subjektif dan sulit diukur.

Itu menyulitkan untuk menilai apakah tim yang dibangun mencapai tujuan mereka atau tidak, cara memotivasi dan mempertahankan bakat kreatif yang mana orang-orang kreatif sering kali menghargai otonomi dan kebebasan yang sulit diselaraskan dengan kebutuhan akan manajemen dan pengendalian perusahaan, hingga bagaimana menyeimbangkan kebutuhan berbagai pemangku kepentingan baik kebutuhan klien, karyawan, dan investornya. Hal ini bisa menjadi tindakan penyeimbang yang rumit.

Berdasarkan ketiga hal yang menjadi sumber permasalahan tersebut, dapat ditarik benang merah bahwa tantangan terbesar secara menyeluruh dalam pengelolaan industri kreatif dapat dirumuskan sebagai penyeimbangan kebutuhan akan keteraturan dan struktur dengan kebutuhan akan kreativitas dan inovasi. 

Organisasi kreatif harus mampu mengendalikan biaya, mengelola sumber daya, dan memenuhi tenggat waktu, namun mereka juga harus mampu menumbuhkan budaya inovasi dan pengambilan risiko. 

Dalam hal ini, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan dalam meningkatkan sistem manajemen industri kreatif, seperti investasi pada pelatihan dan pengembangan proses kreatif, penyederhanaan operasional lewat teknologi, penanaman budaya inovasi yang eksperimen, berani mengambil risiko namun juga dapat dipertanggungjawabkan. 

Dengan mengatasi tantangan-tantangan ini dan menerapkan praktik manajemen yang efektif, organisasi kreatif dapat berkembang dalam lingkungan yang kompetitif dan selalu berubah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun