Mohon tunggu...
Gregorius Aditya
Gregorius Aditya Mohon Tunggu... Konsultan - Brand Agency Owner

Seorang pebisnis di bidang konsultan bisnis dan pemilik studio Branding bernama Vajramaya Studio di Surabaya serta Lulusan S2 Technomarketing Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS). Saat ini aktif mengembangkan beberapa IP industri kreatif untuk bidang animasi dan fashion. Penghobi traveling dan fotografi Landscape

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menemukan Keindahan dalam Karya Ilmiah

25 Oktober 2023   06:30 Diperbarui: 25 Oktober 2023   15:25 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang mahasiswi tengah belajar. Sumber: Canva.com

Salah satu hal yang sering jadi tantangan dalam dunia perkuliahan adalah ketika kita dihadapkan dengan membaca karya ilmiah berupa jurnal atau skripsi. 

Kendala mulai dari penggunaan kalimat yang terlalu tinggi untuk dipahami, bahasa jurnal yang seringkali menggunakan bahasa Inggris, hingga penjabaran metodologi maupun pembahasan yang kadang terlalu ruwet menjadi semacam pil pahit yang harus ditelan. 

Kendati begitu, setiap bagian dalam karya ilmiah sejatinya adalah sebuah cerita saintifik yang sebenarnya menarik untuk dibahas.

Ilustrasi seorang mahasiswi tengah belajar. Sumber: Canva.com
Ilustrasi seorang mahasiswi tengah belajar. Sumber: Canva.com
1. Pendahuluan: Akad untuk Menyelesaikan Masalah

Bagian pendahuluan bagi para peneliti pada umumnya bisa dikatakan bagian yang amat sangat menentukan ke mana arah penelitian. Tanpa adanya bagian ini, upaya kita menyelesaikan masalah pada bagian-bagian selanjutnya agaknya tidak akan tersampaikan dengan baik. 

Melalui pendahuluan, kita beranjak pada fenomena-fenomena yang terjadi, bagaimana fenomena itu akhirnya bisa menjadi sebuah masalah, dan pada akhirnya itulah yang menjadi pintu masuk kita pada apa yang kita (atau peneliti yang jurnalnya kita baca) tengah teliti. 

Sebuah bagian pendahuluan ibarat "akad" yang kita bangun, bagaimana "akad" itu dirumuskan dalam sederhana (rumusan masalah), bagaimana kita pun mengenal batas kita yang tidak akan kita lampaui (ruang lingkup), serta juga bagaimana apa yang akan kita tuju itu diharapkan berguna bagi banyak orang ke depannya (manfaat penelitian). 

Akad ini mendasari kita supaya tidak gampang berbelok dari tujuan awal. Meskipun pada akhirnya dalam perjalanan penelitian yang kita alami bisa saja melenceng dari apa yang kita perkirakan, melalui bagian ini kita tetap dapat menemukan jalan untuk kembali pada komitmen penelitian yang kita bangun dari awal.

2. Tinjauan Pustaka: Ruang untuk Menemukan Kejernihan Kacamata Kita

Seringkali salah satu godaan alami seseorang di dunia nyata adalah mencari-cari fakta atau argumen yang mendukung pendapatnya supaya terlihat benar. 

Apa yang membedakan kondisi tersebut dengan dunia ilmiah adalah di sini kita terbuka senyata-nyatanya agar mau fair terhadap sudut pandang kita termasuk apabila itu menemukan kritikan yang bertentangan dengan pendapat kita. Tinjauan pustaka dapat dikatakan adalah pembersih kacamata kita. 

Dalam tinjauan pustaka, sebenarnya kita tidak hanya sedang copy-paste artikel atau sebuah teori saja melainkan berusaha mencerna sungguh esensi dari aspek-aspek yang kita ambil dalam penelitian sehingga menghasilkan sebuah sudut pandang yang obyektif. Bagaimana kita meninjau bacaan-bacaan yang berhubungan itu juga kita tuangkan sebagai sebuah metode studi literatur. 

Dalam hal ini, apa yang menjadi dugaan (hipotesis) tidak kita "gas-kan" sebagai data yang kita olah melainkan disaring maupun bahkan dikuatkan melalui sumber-sumber bacaan yang kita ambil.

Ilustrasi seorang mahasiswa tengah belajar. Sumber: Canva.com
Ilustrasi seorang mahasiswa tengah belajar. Sumber: Canva.com
3. Metodologi Penelitian: Langkah-Langkah Aksi Nyata Kita

Bagian metodologi penelitian ibarat sebuah skenario cerita yang kita susun. Bak seorang sutradara, kita menyiapkan plot-plot apa saja yang bisa kita kembangkan dalam jalan cerita pembuktian data yang kita bawa. 

Semua kita catat satu persatu (dan tentunya kita lakukan) agar data-data yang kita dapat bukan hanya menjadi kumpulan data yang diam, tetapi dapat kita olah atau uji secara lapangan agar menemukan kesimpulan lewat mengetes seberapa validnya asumsi yang kita bangun.

Terkadang seseorang peneliti pada tahap ini dapat kebingungan, bukannya ia lebih baik menulis tahapan apa yang ia cari terlebih dahulu sebelum menggapai sebuah masalah? 

Hal ini dapat dipahami mengingat terkadang dalam dunia nyata ada pula jenis orang yang melangkah terlebih dahulu barulah ia menemukan permasalahan. 

Dalam tahap ini, godaan untuk mencabut kembali data yang kita kumpulkan sampai berujung pada perombakan pendahuluan kerapkali datang. Lantas apa yang harus kita lakukan?

Di sinilah kombinasi berpikir sistematis dan mampu melihat alternatif-alternatif cara amat diperlukan. Bagi seorang peneliti, diagram alur penelitian adalah peta harta karun yang tidak boleh sampai hilang. 

Saat kita mendaki dan melihat medan pegunungan yang terjal, mempunyai pilihan-pilihan skenario apakah kita harus kembali ke awal ataukah kita harus mencoba mencari jalan lain dengan segala pertimbangan resikonya adalah suatu hal yang mutlak. 

Di sini perbekalan pustaka kita bisa menjadi satu life-saver yang dapat kita andalkan bila kita telah secara jernih melihat pegangan masalah kita.

Ilustrasi seorang mahasiswa tengah belajar. Sumber: Canva.com
Ilustrasi seorang mahasiswa tengah belajar. Sumber: Canva.com

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan: Cerita tentang Apa yang Kita Peroleh

Dalam contoh di atas tentang pendakian gunung, pada tahap ini ibarat kita bercerita tentang apa saja yang kita alami dalam perjalanan hingga tiba pulang dengan selamat. 

Kita membahas mulai dari bagaimana kita telah dibekali dengan perbekalan dan skill yang cukup, tetapi di sini juga kita bercerita bahwa di lapangan kita bisa menemukan hal-hal tak terduga dan di luar kendali kita seperti cuaca yang tidak menentu, jalur yang ditutup, atau bahkan momen dimana kita bertemu binatang liar. 

Di samping itu, kita juga mendetailkan bagaimana alat-alat yang kita bawa maupun skill yang kita kuasai seberapa efektif digunakan di alam liar. Hingga pada akhirnya kita bisa mengira-ngira apabila ke depannya kita akan naik gunung lagi, hal apa saja yang akan kita siapkan.

Hasil penelitian dan pembahasan terkadang memang dapat menjadi momok, terutama apabila kita membaca karya ilmiah orang lain. Memang terkadang sulit membayangkan bagaimana bisa orang tersebut bisa mengatasi atau gagal menyelesaikan masalahnya karena kita seringkali hanya tahu hal-hal yang berhubungan pada lingkup kita. 

Namun di sinilah pengetahuan kita tentang kuliah-kuliah yang menjadi fondasi kita dibuktikan pemahamannya karena itu menjadi bekal kita untuk memahami apa yang dijelaskan oleh orang lain. 

Selain itu, logika berpikir kita juga diasah pada tahap ini, dimana apabila kita cermat, kita bisa melihat relevansi antara metode yang digunakan dengan cara bagaimana data yang ditemukan diolah. Hal tersebut pada akhirnya akan menemukan solusinya apabila kita sering membaca.

5. Kesimpulan dan Saran: Ajakan Bagi Dunia untuk Memperdalam yang Kita Temukan

Kesimpulan dan saran pada intinya amatlah sederhana: rangkuman mengenai apa yang akhirnya dihasilkan melalui cara-cara yang ditempuh dan data-data yang telah diuji. 

Rangkuman tersebut akhirnya kemudian kita simpulkan dan nyatakan pada dunia bahwa masih banyak aspek-aspek lain yang dalam penelitian yang kita lakukan bisa dikembangkan lebih jauh lagi. 

Sebuah saran menunjukkan bahwa penelitian ini tidak akan mati namun akan terus menerus terbarui dan intisarinya akan diwariskan dari peneliti ke peneliti hingga seterusnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun