4. Belajar Pendekatan Pemecahan Masalah dan Keterampilan Resolusi Konflik:
Seringkali kita perlu mempelajari dan terapkan keterampilan resolusi konflik yang efektif untuk mengatasi perselisihan dengan cara yang konstruktif. Di titik ini kita juga tak perlu ragu untuk mencari mediasi atau melibatkan supervisor jika konflik terus berlanjut. Pola pikir pemecahan masalah dalam tim dan organisasi ini dapat kita promosikan pula untuk mendorong rekan kerja  agar dapat mengidentifikasi akar permasalahan dan mengembangkan solusi secara kolaboratif.Â
Konkulsi :
Kita mungkin tidak menyebabkan semua masalah kita sendiri, namun tindakan atau kelambanan kita di masa lalu juga sering kali berkontribusi terhadap masalah yang ada di masa depan, masalah yang kemungkinan besar akan kita salahkan pada orang lain. Setiap kali kita menghadapi suatu masalah - bahkan masalah yang kita yakini disebabkan oleh orang lain - adalah hal yang perlu untuk bertanya pada diri kita pertanyaan: "Bagaimana saya dapat berkontribusi terhadap pemecahan masalah ini? Bagaimana saya bisa menghadapi situasi ini, orang ini, dan diri saya sendiri, dengan pola pikir yang lebih bermurah hati?" Dengan belajar mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini kita dapat membiasakan diri kita dengan gagasan tentang bagaimana mencegah masalah ini terulang kembali, dan bagaimana mendiskusikannya dengan cara yang meningkatkan kepercayaan dan bukan rasa takut atau penghinaan pada orang lain.
Pada akhirnya, kita perlu mengingat bahwa mengubah budaya perusahaan sering kali merupakan proses bertahap, dan budaya menyalahkan tidak dapat dihilangkan sepenuhnya sendirian. Namun, dengan mengambil langkah-langkah di atas dan berkolaborasi dengan rekan kerja yang berpikiran sama, kita dapat berkontribusi pada lingkungan kerja yang lebih positif dan akuntabel.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H