Mohon tunggu...
Gregorius Aditya
Gregorius Aditya Mohon Tunggu... Konsultan - Brand Agency Owner

Seorang pebisnis di bidang konsultan bisnis dan pemilik studio Branding bernama Vajramaya Studio di Surabaya serta Lulusan S2 Technomarketing Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS). Saat ini aktif mengembangkan beberapa IP industri kreatif untuk bidang animasi dan fashion. Penghobi traveling dan fotografi Landscape

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Belajar Seni Kehidupan ala Tokoh-Tokoh Punakawan

5 Oktober 2023   06:30 Diperbarui: 5 Oktober 2023   06:35 1320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wayang Semar gaya Surakarta. Sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id


Dibalik keterbatasannya, dapat dikatakan Gareng memiliki insight yang mendalam. Ia mampu melihat gambaran luas ketika terjadi masalah. Ia memang tidak "gercep" seperti adik-adiknya, tetapi ia justru memposisikan diri sebagai "mata" yang menuntun dan memastikan agar sebuah sistem kepemimpinan yang diarahkan oleh Semar bersama Sri Kresna berjalan dengan baik. Ia sering mengambil resiko untuk tetap mengadukan situasi dengan jujur kepada para majikannya, meskipun seringkali ada momen dimana ia menjadi bahan "bully" baik oleh adik-adiknya maupun majikannya. Dengan memberi gambaran utuh akan situasi maupun kondisi yang terjadi, sebenarnya tanpa sadar sosok Gareng telah menjadi penolong tersembunyi yang memberi warna bagi jalan cerita.

Karakter Gareng yang mampu melampaui keterbatasannya itu dipuji oleh Hermawan Kartajaya mewakili sosok karakter seorang enterpreneur yang berani mengambil resiko, mampu melihat situasi, dan bertindak tepat dengan tetap menerapkan sisi inovatif dan kreatif. Sosok Gareng patut diakui lebih terlihat pemikir dan kalah "greget" daripada Petruk maupun Bagong, namun sosok-sosok seperti ini memiliki karisma menjadi "otak tersembunyi" yang dapat menggerakkan banyak orang.

3. Petruk : Seni Membawa Perubahan dengan Kerakyatan

Tokoh Petruk dalam pedalangan Jawa dikenal juga sebagai Kantong Bolong dimana ia digambarkan sering sekali secara humoris meminta uang dari para majikannya untuk melaksanakan tugas dan uang tersebut kemudian dibagi-bagi kepada kedua saudaranya. Bentuk karakternya hampir senada dengan saudara-saudaranya dimana ia juga memiliki kecacatan dimana hidungnya sangat panjang, tangannya juga memiliki ukuran panjang tidak normal, perutnya membusung namun kontras dengan badannya yang kurus tinggi. Menurut sumber pedalangan jawa, ia berasal dari karakter kesatria bernama Bambang Pecrukilan yang mukanya hancur setelah berkelahi dengan kesatria lain bernama Bambang Sukodadi dan kemudian keduanya mengikut Semar sebagai Gareng dan Petruk.

Wayang Petruk gaya Yogyakarta. Sumber: lookandlearn.com
Wayang Petruk gaya Yogyakarta. Sumber: lookandlearn.com

Sosok Petruk sendiri sering dianggap menjadi suara rakyat jelata. Dalam norma seni pedalangan, suara karakternya diisi dengan suara asli sang dalang. Seni pedalangan klasik banyak membuat lakon dengan Petruk sebagai tokoh utama dalam konteks dimana ia menyuarakan suara rakyat, seperti yang tercantum pada lakon Petruk dadi Ratu (Petruk menjadi Raja), Petruk dadi Dukun (Petruk menjadi Dukun) atau dalam lakon Gareng dadi Ratu (Gareng menjadi Raja) dimana ia sampai berani nagih janji untuk meminang putri dari Sri Kresna apabila berhasil mengalahkan raja yang sebenarnya adalah sosok Gareng. Lakon-lakon tersebut secara unik seakan membawa nafas baru dalam pedalangan dimana tokoh-tokoh yang sebelum tidak terpandang maupun jalan cerita baru kemudian diangkat untuk semakin memperkaya khazanah cerita pewayangan.

Petruk dengan jalan ceritanya adalah gambaran bagaimana sebuah perubahan dibawa justru dengan mengambil nilai-nilai kerakyatan. Seseorang tidak bisa membawa maupun berkoar-koar akan inovasi tanpa melihat kondisi riil di lapangan. Sebuah perubahan yang berdampak kerapkali justru adalah perubahan yang tumbuh dan memahami apa yang ada di bawah.

4. Bagong : Suara Lantang dari Kreativitas Penuh Canda

Sosok Bagong mendapat perhatian publik modern setelah viralnya alm. Ki Seno Nugroho membawakan tokoh tersebut secara ikonik. Tokoh Bagong sendiri berpenampilan pendek, berperut besar, mata yang lebar, bibir yang melebar. Ia menurut asal-usulnya adalah tokoh yang tercipta dari bayangan Semar untuk menjadi teman ketika sang Ismaya turun ke dunia menjadi pamong kesatria. Meskipun ia sendiri secara asal-usul lebih tua dari Gareng dan Petruk, ia dianggap menjadi si bungsu oleh Semar yang begitu menyayanginya.

Wayang Bagong gaya Yogyakarta. Sumber: Pinterest.com
Wayang Bagong gaya Yogyakarta. Sumber: Pinterest.com

Ia adalah tokoh yang dikenal lebih lugu ketimbang Petruk maupun Gareng. Meskipun ia sering terjun di lapangan seperti Petruk, namun ia diketahui lebih vokal ketimbang Petruk. Sisi blak-blakan dari Bagong ini ditambah guyonannya yang spontan membuat tokoh ini menjadi tokoh yang sering dinanti-nanti kehadirannya oleh penonton. Spontanitas Bagong ini sering dikaitkan dengan dunia kreatif yang mampu bersuara lantang terhadap kekakuan sistem. Guyonan-guyonan out of the box dari Bagong membuat karakter ini begitu disayang penonton.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun