Bersama rekan -- rekan, R.J. Katamsi menciptakan sebuah gagasan yang digunakan selama pembelajaran di ASRI yakni sistim pelajaran proyek-global. Gagasan tersebut merupakan sistim pelajaran yang di adaptasi oleh R.J. Katamsi dari sistim yang dimiliki oleh Belanda. R.J. Katamsi menciptakan gagasan tersebut karena melihat kondisi siswa -- siswanya yang mengalami kesulitan dalam mengenal karakter masing -- masing pasca konflik militer  (jogjapolitan.harianjogja.com).
Bila kita berkaca melalui kiprah R.J. Katamsi dalam memajukan manusia dalam bidang seni, beliau adalah sosok "guru" yang dapat menjadi teladan bagi calon penerus bangsa atas gagasan dan model kepemimpinan yang R.J. Katamsi miliki. Berdasarkan buku yang ditulis oleh Lee G. Bolman dan Terrence E. Deal, terdapat empat pilar utama dalam kepemimpinan yakni; kerangka struktural, sumber daya manusia, politik, dan simbolik (Bolman and Deal: 2017).
Seorang pemimpin yang memiliki kerangka struktural yang baik akan mempertimbangkan beberapa aspek seperti; menggapai dan mempertahankan tujuan organisasi, dapat mengembangkan daya dan kemampuan anggota organisasinya, dapat mengkontrol anggotanya, berpikir rasional, menyesuaikan keadaan organisasi dengan keadaan sekitar, serta dapat memecahkan masalah (Bolman and Deal 2017, 48).Â
Dalam menjalankan amanah untuk mengembangkan insan seni di Indonesia, R.J. Katamsi mampu untuk bersifat luwes terhadap tantangan yang harus dihadapinya karena situasi pasca-agresi di Indoneisa.Â
Solusi yang diberlakukan oleh R.J. Katamsi adalah menggagas sistim pelajaran proyek-global, sebagai siasat penyesuaian terhadap kondisi pasca-agresi di Indonesia. Merupakan sebuah pemecahan masalah yang dilakukan oleh R.J. Katamsi, dengan memperdayakan seniman -- seniman yang menjadi instrumen di ASRI.
Kemampuan pemimpin dilihat juga berdasarkan; bagaimana sosok pemimpin dapat memperdaya sumber daya manusianya dalam organisasi yang diampu dan memberikan pelayanan penuh kepada masyarakat (Bolman and Deal 2017, 118).Â
Dengan segala kekurangan yang dimiliki oleh Indonesia pasca-agresi, R.J Katamsi bersama rekan -- rekan seniman terus memperjuangkan pendidikan dan seni rupa untuk Indonesia. Bahkan diakhir hayatnya, R.J Katamsi masih aktif dalam dunia pendidikan.
Dalam pilar kepemimpinan melalui perspektif politik, seseorang harus memiliki dominasi atas anggota kelompoknya, dalam bentuk yang luas (Bolman and Deal 2017, 199). Dibandingkan dengan rekan -- rekan seniman yang menjadi penggagas ASRI lainnya, R.J. Katamsi memiliki dominasi dalam hal akademik. Hal ini dapat dilihat dari statusnya sebagai direktur pertama ASRI, atas pertimbangan setivikasi pendidikan yang diraih oleh R.J. Katamsi.
Simbol dapat menjadi makna dalam pekerjaan. Sosok yang dijadikan sebuah ikon dalam perjalanan merintis sebuah pekerjaan atau organisasi dapat merangsang sebuah kreativitas daripada hal -- hal yang sudah using (Bolman and Deal 2017, 263). R.J. Katamsi selepas kematiannya tetap menjadi sebuah nama yang melegenda bagi banyak orang, terutama dibidang seni dan pendidikan.Â
Semangat juang berkesenian dan pendidikan hingga kini dapat kita lihat dengan terjaganya logo Universitas Gajah Mada dan juga SMAN 3 Yogyakarta yang selalu mengikuti perkembangan zaman dengan menggambarkan ciri dari R.J. Katamsi. Berdirinya galeri dengan nama Galeri R.J. Katamsi, merupakan siasat ISI Yogyakarta, untuk melanjutkan semangat R.J. Katamsi kepada generasi muda, untuk selalu berani berkarya walaupun zaman yang harus dihadapi.
DAFTAR PUSTAKA