Dari sini isu inklturasi dapat dipahami secara baik dan benar. Hakekat iman menjadi tidak kurang karena penjelasan akal budi yang notabene menggunakan bahasa manusia yang terbatas.Â
Pada dasarnya tersampaikannya inti ajaran itu, entah dalam bahasa apa pun, itulah yang terpenting. Orang akhirnya menyadari bahwa bahasa adalah sarana khas untuk sebuah pengertian akan sesuatu yang transenden. Jadi, nilai transenden tersebut tidak mengalami gradasi dan ditinggalkan.
Dominasi lahir ketika kesadaran akan hal ini hilang sama sekali. Dominasi menjadi sangat kuat sebagai misal terjadi pada relasi penulis-pembaca. Penulis memframe pembaca dalam kaca matanya sendiri. Menganggap dunia pembaca tidak lebih baik dari apa yang ditulisnya sehingga penyederhanaan dan pengurangan posisi term tertentu memenuhi seluruh karyanya.Â
Padahal, jika ditilik secara lebih teliti, segmen pembaca karya tidak hanya terdiri dari hanya satu golongan saja. Pembaca memiliki dunianya sendiri, landasan epistemiknya sendiri dan dengan demikian mampu menerjemahkan sebuah hasil karya. Tentu saja kriteria dan batasan karya tersebut mestinya diekspresikan untuk diketahui dan menghindari kebebasan penafsiran yang akan jatuh pada kesesatan.
Dikatakan bahwa ketika sebuah karya ditempatkan sebagai sebuah teks, maka akan menghasilkan dua hal yaitu sekaligus tahu dan sekaligus tidak tahu. Semakin banyak diketahui maka semakin banyak pula diketahui bahwa ternyata tidak mengetahui apa pun.
4.3 Negosiasi Konteks
Sejarah membuktikan bahwa sebuah peristiwa terjadi dalam rentang waktu dan mengambil tempat tertentu. Kisah tentang keterlibatan manusia di dalamnya melahirkan ribuan gagasan. Manusia menjadi pusat karena titik tolak penemuan berasal darinya.Â
Aktivitas seperti wawancara mendalam terhadap pengalaman, kemudian diskusi akademik mengenai persoalan tersebut juga mau tidak mau berhadapan dengan manusia. Kekeliruan banyak kali terjadi ketika manusia tidak dilibatkan atau keterlibatan manusia justru adalah pemicu terjadinya negosiasi.Â
Bangunan struktural sistem demokrasi misalnya dapat dimanipulasi untuk kepentingan tertentu. Konteks dirubah dan dengan demikian keseluruhan bangunan atasnya mengalami perombakan besar-besaran. Idealisme ini tidak dikembangkan.Â
Orang hanya merubah konteks dan berusaha sedapat mungkin untuk merubah bangunan atasnya. Akibatnya adalah lambat laun bangunan tersebut runtuh dan menghasilkan luka yang mendalam.Â
Akan tetapi ini menjadi tidak mungkin kecuali setiap elemen dalam sebuah bangsa dijejali dengan satu pemikiran yang sama dan memiliki tujuan yang sama dalam pembangunan bangsa.Â