Mohon tunggu...
Gregoria Estri
Gregoria Estri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional di UPN Veteran Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Bahasa: Hambatan atau Dukungan Komunikasi Lintas Budaya?

27 Maret 2023   15:38 Diperbarui: 27 Maret 2023   15:44 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Komunikasi lintas budaya adalah proses komunikasi yang terjadi antara dua kebudayaan atau lebih dengan tujuan agar dapat saling memahami kebudayaan satu sama lain dan mengerti apa yang dibicarakan.

Terdapat beberapa fungsi yang dapat dikelompokan menjadi dua dari dilakukannya komunikasi lintas budaya.

Pertama, fungsi individu yang menggunakan komunikasi lintas budaya sebagai identitas diri untuk menunjukan eksistensi dan status sosial. Selanjutnya, komunikasi lintas budaya juga menjadi dasar untuk menerima perbedaan budaya yang ada sehingga pertukaran informasi dapat terjadi.

Kedua, fungsi sosial yang menggunakan komunikasi lintas budaya sebagai salah satu sarana untuk melakukan pengawasan seperti kontrol sosial dan sumber informasi tentang budaya serta perubahannya. Selain itu, komunikasi lintas budaya dapat menjadi jalan keluar bagi kelompok yang memiliki perbedaan budaya. Tak hanya itu, melalui komunikasi lintas budaya, nilai-nilai kebudayaan dapat dikenalkan dengan mudah di masyarakat.

Komunikasi lintas budaya sekilas terdengar mirip seperti komunikasi antarbudaya. Namun, ternyata keduanya merupakan hal yang berbeda.

Komunikasi lintas budaya fokus pada kajian bidang ilmu komunikasi yang membahas tentang perbandingan pola-pola komunikasi antara satu kebudayaan dengan kebudayaan lainnya.

Sedangkan, komunikasi antarbudaya membahas tentang komunikasi dan diskusi antarindividu dalam suatu suku bangsa yang sama.

Menurut Chaney dan Martin, terdapat beberapa aspek yang menjadi hambatan dalam melakukan komunikasi lintas budaya.

Aspek pertama adalah fisik. Komunikasi lintas budaya dapat terjadi secara maksimal apabila aktor dengan perbedaan budaya dapat bertemu secara fisik. Namun, kenyataannya dalam perbedaan budaya pasti memiliki hambatan lokasi, media komunikasi, waktu, dan lingkungan.

Aspek kedua adalah budaya. Komunikasi lintas budaya berbicara tentang budaya dalam cakupan yang luas seperti agama, suku, ras, dan perbedaan sosial lainnya. Jika komunikasi lintas budaya tidak dilakukan dengan baik, maka akan muncul potensi kesalahpahaman antaraktor yang terlibat.

Aspek ketiga adalah persepsi atau cara pandang masing-masing aktor yang terlibat. Perbedaan cara pandang memang akan mendukung terjadinya komunikasi, namun juga bisa jadi penghambat karena masing-masing aktor yang terlibat memiliki pertimbangan yang tidak selalu sama.

Aspek keempat adalah motivasi. Kemauan untuk melakukan komunikasi dari masing-masing aktor yang terlibat akan sangat mempengaruhi proses komunikasi yang dilakukan.

Aspek kelima adalah pengalaman. Masing-masing aktor yang terlibat memiliki pengalaman dan kemampuan yang berbeda dalam memahami dan memikirkan sebuah ide. Pemahaman yang baik akan didapatkan dari pengalaman yang baik pula. Selanjutnya, pengalaman dan pemahaman yang baik dari masing-masing aktor yang terlibat akan memudahkan jalannya komunikasi, begitu juga sebaliknya.

Aspek keenam adalah emosi. Masing-masing aktor yang terlibat memiliki emosi yang berbeda ketika melakukan komunikasi lintas budaya. Emosi yang tidak stabil akan menjadi hambatan dalam proses komunikasi karena akan sulit untuk mencapai titik temu pendapat yang sama.

Aspek ketujuh adalah persaingan. Persaingan yang dimaksud adalah ketika aktor yang terlibat melakukan banyak kegiatan secara bersamaan (multitasking). Hal yang menjadi hambatan atau kendala adalah ketika aktor yang terlibat melakukan kegiatan lain selama proses komunikasi, maka akan muncul potensi pemahaman informasi yang keliru.

Aspek kedelapan adalah non-verbal. Hambatan dapat terjadi jika terdapat masalah berbicara dan berbahasa.

Aspek terakhir adalah bahasa. Perbedaan bahasa tentu akan menjadi hambatan dalam proses komunikasi.

Dari semua aspek yang ada, ternyata bahasa sebagai salah satu budaya yang sering menjadi kajian dalam komunikasi lintas budaya termasuk ke dalam hambatan yang dapat terjadi dalam proses komunikasi lintas budaya.

Lalu, mana kah yang benar? Apakah bahasa merupakan hambatan atau pendukung proses komunikasi lintas budaya?

Bahasa memang dapat menjadi salah satu hambatan dalam proses komunikasi lintas budaya. Seperti yang telah disinggung, perbedaan bahasa antara aktor-aktor yang terlibat menjadi faktor utama mengapa hal tersebut bisa terjadi. Di sisi lain, bahasa menjadi topik umum dalam komunikasi lintas budaya. Oleh karena itu, proses komunikasi dalam komunikasi lintas budaya sebaiknya dilakukan dengan bahasa yang dipahami oleh semua aktor yang terlibat.

Contoh, proses komunikasi dalam komunikasi lintas budaya di lingkup internasional sebaiknya dilakukan dengan bahasa internasional dengan tujuan agar seluruh aktor yang terlibat memiliki pemahaman informasi yang sama.

Selanjutnya, bahasa juga dapat menjadi pendukung terjadinya komunikasi lintas budaya. Perbedaan bahasa dari masing-masing aktor yang terlibat dapat menjadi identitas diri, sesuai dengan salah satu fungsi dari adanya komunikasi lintas budaya.

Contoh perbedaan bahasa sebagai salah satu pendukung terjadinya komunikasi lintas budaya dapat terlihat dalam kegiatan pertukaran pelajar. Pelajar dari berbagai negara datang ke Indonesia untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar dalam kurun waktu yang ditentukan. Tentunya, para pelajar tersebut memiliki bahasa ibu yang menjadi identitas dirinya. Seiring berjalannya waktu, para pelajar tersebut akan belajar menggunakan dan memahami bahasa yang digunakan sehari-hari di Indonesia dengan harapan dapat lebih berbaur dengan masyarakat Indonesia. Dalam proses tersebut terjadi lah komunikasi lintas budaya.

Dapat disimpulkan bahwa bahasa dapat menjadi hambatan maupun pendukung terjadinya komunikasi lintas budaya. Hal tersebut dapat dilakukan jika aktor-aktor yang terlibat mau terbuka untuk melakukan komunikasi lintas budaya. Tentu saja, hal tersebut sejalan dengan fungsi individu terjadinya komunikasi lintas budaya yaitu sebagai dasar untuk menerima perbedaan budaya yang ada sehingga pertukaran informasi dapat terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun