Mohon tunggu...
Gregorius Agung
Gregorius Agung Mohon Tunggu... Editor. Writer. Penulis di PT Elex Media Komputindo. -

Editor, Penulis Buku, dan Booktivist. Family first, Entrepreneur 2nd. Visit thinkjubilee.com. Trainer untuk perusahaan seperti Antara News, Kelompok Kompas Gramedia, dan lain sebagainya. Kontak di gregorius_ap@hotmail.com. Follow Twitter @gregorivvs

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pengalaman Isi Workshop Kompasiana Ditemani Hantu!

27 Oktober 2015   16:40 Diperbarui: 27 Oktober 2015   16:50 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pernah mengisi workshop dan sekonyong-konyong muncul hantu yang datang tanpa mengetuk pintu?

Jadi ceritanya, setelah berkenalan secara singkat dengan salah satu dosen Bimbingan Konseling, namanya Pak Budi Sarwono, disepakatilah agar saya memberi workshop membuat blog Kompasiana di kampus Universitas Sanata Dharma bagi para mahasiswa Bimbingan dan Konseling. 

Berbekal pengalaman memberi workshop di berbagai tempat, termasuk di UNY hingga acara KKG di Senayan, terlebih berkat support PT Elex Media Komputindo, saya mengawali workshop dengan merasakan langsung kehadiran hantu yang tak diundang itu.

24 Oktober 2015.

Pukul 8:30 pagi. Ruang Rapat Dosen Bimbingan dan Konseling, FKIP, Kampus III Sanata Dharma, Paingan (eks hutan yang dulu amat sepi).
Belum sepuluh menit mempersiapkan diri, mendadak muncul rasa tidak enak. Ada rasa gelisah yang tiba-tiba menyeruak. Ada sosok yang menakutkan. Hantu itu menyergap, sangat mengusik.

Hantu pertama yang terasa hadir adalah hantu ketelatsadaran. Hantu ini mengintai tanpa disadari korbannya, menyerang siapapun, termasuk orang pintar, cerdas, namun punya satu kelemahan penting, yaitu ketidaktelitian. Saya baru sadar jika laptop Dell Inspiron 14 5000 series tidak dilengkapi VGA port. Padahal, sudah 1 tahun saya bersamanya. Walaupun dibolak-balik seperti martabak, namun VGA Port itu tetap misterius letaknya. Ternyata baru sadar kalau laptop ini terlalu canggih untuk era yang sudah mengenal teknologi HDMI. Masalahnya, projector kampus tidak ber-HDMI. Saya yang sudah kerasukan hantu ketelatsadaran sudah tak punya waktu untuk buru-buru ke warung komputer membeli port VGA to HDMI itu.

Hantu ketelatsadaran ini menakut-nakuti saya, menteror bahwa workshop akan gagal total gara-gara laptop tak bisa memancarkan slide ke layar projector karena masalah VGA to HDMI itu. Namun untungnya, ada resep cespleng mengusir hantu jenis ini. Segera saya minta tolong ke panitia bilamana ada laptop nganggur yang bisa dimanfaatkan. Cespleng! Ternyata ada laptop 'kosong'. Presentasi pun bisa dimulai karena laptop tersebut menyimpan colokan VGA Port.

Lantas?

Hantu kedua menyerang saat presentasi berlangsung 30 menit. Tiba-tiba, saat membahas Kompasiana, listrik padam. Sejenak, terdengarlah raungan. Keras dan menyentak. Segera disadari oleh semua peserta darimana asal suara tersebut. Dari mesin diesel berukuran cukup besar. Tepat di samping ruang presentasi. Raungannya membuat lampu kembali bersinar. Tapi tak lama. Setelah itu remang-remang kembali. Laptop menyala, tapi Projector wafat karena putus-listrik.

Sepi.

Di tengah suasana itu, para peserta diganggu oleh hantu yang datang khusus di saat sepi tiba. Hantu itu menakutkan siapapun. Namanya hantu kesunyian. Ia mampu menutup otak para mahasiswa dalam kondisi sunyi tersebut, seperti mereka tak sanggup melihat peluang. Ketika dalam sunyi ada peluang untuk berbagi pikiran tentang tema blog yang akan ditulis, berbagai usulan tema yang saya sodorkan pun terasa mentok seperti tersedot oleh alam tak kasat mata. Mulai dari cara menyembuhkan kebakaran hutan hingga masalah pengasuhan siswa-siswa bermasalah, sebuah gagasan yang pasti sangat dekat dengan jurusan Bimbingan dan Konseling. Namun sayang. Semua tak berkembang. Si hantu menyerap seluruh energi kreativitas mereka. Para mahasiswa pun terhening.

Untung, listrik cepat menyala kembali.

Sepuluh mahasiswa, dua pria, dan sisanya gadis-gadis, mengikuti workshop pukul 8:30 sampai 17:00. Entah karena keajaiban atau hantu-hantu itu sudah check out dari ruangan kami, kreativitas maasiswa mulai mencair. Saat itu mereka sudah diberi tugas untuk membuat akun Kompasiana dan disuruh menulis blog dengan tema apapun yang mereka tentukan sendiri. Aneh, mereka menulis lancar. Sepertinya, hantu kesunyian itu akan pergi sendiri saat dua pria dan delapan gadis itu diberi kebebasan. Bebas menulis, bebas menentukan tema sendiri, dan bebas mengarang cerita. Mereka bagaikan memiliki senjata pamungkas untuk mengusir hantu yang menakutkan, yaitu kehendak bebas menentukan apa yang ingin mereka sampaikan kepada Kompasianer lainnya via tulisan.

Akhirnya, workshop ditutup dengan gembira. Tunai sudah tugas saya. Saya pun pulang membawa bingkisan. Sedangkan mereka, pulang dengan janji akan terus meramaikan Kompasiana. Semoga dengan terus menerus menulis di Kompasiana, seperti janji mereka setengah jam sebelum acara ditutup, bisa mengusir seluruh hantu yang menakut-nakuti orang dan membelenggu kebebasan berpikir dengan efektif!

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun