Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Madilog Ditulis Sambil Menyamar Jadi Tukang Jahit, Patut Dibaca Pemikir Muda

2 Februari 2025   11:02 Diperbarui: 2 Februari 2025   11:22 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam rangka seabad Pram (Pramoedya Ananta Toer),  yang adalah seorang pemikir dan penghasil buku produktif, saya malahan menuliskan artikel Madilog karya Tan Malaka. 

Salah satu alasannya adalah semasa hidup,  Pramoedya Ananta Toer  juga sering membahas pemikiran Tan Malaka.

Judul Buku "Madilog" Tan Malaka merupakan akronim dari Materialisme, Dialektika, dan Logika. 

Saya baru membacanya saat kuliah di tingkat 2. Itu pun secara kebetulan, numpang baca pada salah seorang teman yang suka akan bacaan-bacaan itu. Dan akhirnya, terlarut sampai menyelesaikan bacaan setebal 568 halaman.

Makhlumlah, buku-buku Tan Malaka di zaman Orde Baru lumayan sulit ditemukan. Barangkali pembaca tahu, hampir semua buku karya Tan Malaka itu dianggap bertentangan dengan Pemerintah Orde Baru dan berbau komunis.

Bahkan, gelar pahlawan nasional yang diberikan kepadanya di zaman Bung Karno, dicabut oleh rezim Orde Baru dan melarang pemikiran-pemikirannya untuk dikembangkan di sekolah.

Sekilas tentang Tan Malaka

Sutan Ibrahim Datuk  Tan Malaka atau lebih terkenal dengan Tan Malaka lahir pada tanggal 2 Juni 1897 di Nagari Pandam Gadang, Sumatera Barat.

Tan Malaka dikenal sebagai Bapak Republik Indonesia. Beliau adalah tokoh pejuang pertama yang menggunakan nama Republik sebagai sistem pemerintahan nasional kita.

Dalam perjuangannya, Tan Malaka pernah dibuang ke Belanda  karena dianggap terlalu radikal oleh penjajah, lalu melarikan diri ke Uni Sovyet.

Namun,  dalam pengasinganya Tan Malaka tetap berjuang dengan menuliskan berbagai pemikiran progresfinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun