Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Post Power Syndrome Cuma Bayangan

12 Desember 2024   05:06 Diperbarui: 12 Desember 2024   05:42 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Post Power Syndrome Cuma Bayangan
(teruntuk mereka yang purna tugas)

Di keheningan malam yang sunyi
Hati dan pikiran terus beraksi
Sinar lampu redup menyilaukan mata  
Jiwa yang lelah menuntut damai

Setelah bergegas dan berlari
Kini hampa dan sepi hati
Post power syndrome yang menghampiri  
Menggiring kedamaian perlahan datang

Telapak tangan terbuka lebar  
Menghirup udara malam yang dingin
Di bawah langit yang bertabur bintang  
Temukan kembali ketenangan yang hilang

Hidup bukanlah hanya tentang kekuatan
Tapi juga tentang ketenangan batin
Post power syndrome akan sirna  
Ketika damai mengalir dalam sanubari

Jadilah pahlawan bagi dirimu sendiri  
Dalam diam dan ketenangan hati  
Post power syndrome hanyalah bayangan
Ketenangan adalah kekuatan sejati.

***

Ilustrasi post power syndrome (dok foto: mindwebway.com/Eka Wartana)
Ilustrasi post power syndrome (dok foto: mindwebway.com/Eka Wartana)

GN
11.12.24
Puisi ini untuk:
Mereka yang akan purna tugas
Mereka yang  galau karena kehilangan jabatan
Mereka yang ingin secepatnya move on dari post power syndrome.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun