Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hari Tani Nasional 2024, Problematika dan Kiat Meningkatkan Kesejahteraan Petani

24 September 2024   09:59 Diperbarui: 24 September 2024   10:03 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nasib Petani gurem dengan penguasaan lahan kurang dari 0,5 Ha di hari Pertanian Nasional (dok foto: kompas.com)

Perjuangan petani untuk mendapatkan hak atas tanah secara adil (dok foto: spi.or.id)
Perjuangan petani untuk mendapatkan hak atas tanah secara adil (dok foto: spi.or.id)

Di masa Orde Baru (era Presiden Soeharto), terjadi sejumlah perubahan kebijakan dan implementasi sektpr pertanian.

Tercatat, Badan Litbang Pertanian dibentuk dengan Keppres Tahun 1974 dan Keppres 1979.  Kemudian, dibentuk suatu departemen koperasi untuk mendukung petani kecil di luar Pulau Jawa-Bali guna meningkatkan usaha pertanian menjadi skala besara.

Setelah mengalami reorganiasi di tahun 1983, Badan Litbang Pertanian lalu menjadi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) dan Loka Pengkajian Teknologi Pertanian (LPTP).

BPTP dan LPTP ini berbasis di seluruh provinsi saat itu, ditetapkan dengan Keppres Nomor 83 Tahun 1993. Selain itu, ada dua unit organisasi BTPT lain, yaitu Banten dan Kepulauan Bangka Belitung.

Petani belum merasakan kesejahteraan optimal

Sekalipun ada lembaga khusus untuk petani, termasuk kebijakan yang ditetapkan untuk mendukung pertanian,  petani Indonesia belum dikatakan sejahtera. 

Ada beberapa alasan mengapa sebagian besar petani di Indonesia belum merasakan kesejahteraan yang optimal.

1. Akses terbatas ke modal
Banyak petani yang kesulitan mendapatkan modal untuk investasi dalam pertanian mereka, sehingga produktivitas dan pendapatannya terbatas.

2. Keterbatasan teknologi
Teknologi pertanian yang modern masih belum merata di seluruh wilayah, sehingga efisiensi produksi dan hasil panen bisa terhambat.

Teknologi pertanian dengan memanfaatkan drone, apakah petani boleh bermimpi untuk menerapkannya? (dok foto: faperta.umsu.ac.id)
Teknologi pertanian dengan memanfaatkan drone, apakah petani boleh bermimpi untuk menerapkannya? (dok foto: faperta.umsu.ac.id)

3. Ketidakpastian pasar
Banyak petani yang tidak memiliki akses langsung ke pasar yang stabil dan menguntungkan, sehingga harga jual hasil pertanian seringkali rendah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun