Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Mengatasi Bandelnya Hama Kutu Putih di Musim Kemarau

25 Agustus 2024   11:04 Diperbarui: 27 Agustus 2024   10:54 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kehadiran gerombolan kutu putih alias kutu kebul di tanaman itu sesuatu yang menjengkelkan.

Hama kutu putih ini paling banyak muncul di musim kemarau. Mereka suka bergerombol di dedaunan, bahkan bisa sampai ranting-ranting saking banyaknya populasi.

Sering ditemukan pada tanaman sayuran dan buah seperti ketimun, cabai, kangkung, tomat, terong, dan lainnya.

Bahkan gerombolan ini suka menempel pada daun, pelepah daun hingga batang pepaya, pohon pisang, pinang hias, sirsak, sirikaya, dan kelapa.

Dampak dari banyaknya populasi si kebul adalah tanaman mendadak keriting dan kuning. Kegagalan produksi pun membayang-bayangi petani.

Perkembangan selanjutnya, tanaman seperti cabai atau sayuran lainnya terlihat sulit bertumbuh.

Terlihat kerdil dari yang seharusnya. Sudah tentu, produksi bunga dan buah pun menjadi terganggu.

Si kebul, vektor virus kuning

Hama bernama ilmiah Bemisia tabacci ini memang menjadi salah satu musuh petani dan tanamannya.

Si kebul, datangnya bergerombol, sekalian membawa serta virus, terutama virus kuning.

Proses penyebaran virus terjadi ketika kutu putih menghisap cairan tanaman. Virus lalu memasuki jaringan tanaman dan tersebar ke seluruh bagian tanaman.

Selain virus kuning, virus lain yang dibawa kutu putih ini diantaranya closterovirus, carlavirus, nepovirus dan potyvirus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun