Popularitas dan elektabilatas selalu digunakan dalam menjalankan survey , misalnya untuk kepentingan calon Presiden  dan Wakil Presiden (Capres/Cawapres) atau Pemilihan Calon Kepala Daerah (Cakada).
Sejatinya, popularitas dan elektabilitas itu memiliki perbedaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), popularitas itu merupakan kata benda, asal dari populer. Â Bisa terkait dengan nama seseorang, tempat atau segala sesuatu yang dibendakan.Â
Contoh penggunaan kata popularitas dalam kalimat, "Popularitas artis itu semakin menanjak sejak mengganti nama asli dengan nama baru".
Populer itu terkenal dan masyur. Misalnya semua orang kenal artis yang namanya Raffi Ahmad atau Agnes Monica. Ketika menyebutkan kedua nama artis itu, hampir semua orang mengenalnya. Mulai dari anak-anak hingga opa dan oma.
Sementara elektabilitas  politik itu terkait dengan tingkat keterpilihan, baik itu terkait ketokohan seseorang maupun partai politik tertentu.
Salah satu pakar politik modern Prof. John Doe menekankan bahwa elektabilitas itu adalah kemampuan kandidat atau parpol untuk memenangkan pemilihan.
Kemampuan tersebut berkaitan dengan dukungan dari pemilih, partai politik, dan faktor lain yang kadangkala tidak dapat diprediksi secara akurat. Elektabilitas itu sesuatu yang kompleks.Â
Ringkasnya, elektabilitas berkaitan dengan kemampuan tokoh atau partai politk untuk memenangkan pemilihan. Sementara popularitas itu berkaitan dengan sejauh mana seseorang dikenal oleh masyarakat.
Popularitas itu penting. Semakin populer seorang tokoh, maka kemungkinan elektabilitasnya pun tinggi. Namun popularits saja, tidaklah cukup.
Popularitas harus diikuti dengan elektabilitas. Kemauan para pemilih untuk menjatuhkan pilihannya pada kandidat yang ikut berkompetisi, entah dalam Pilpres, Pemilu legislatif, Pilkada atau Pilkades.
Faktor yang Berpengaruh terhadap Elektabilitas
Setidaknya ada 4 faktor yang mempengaruhi elektabilitas tokoh politik atau partai politik. Â Namun perluiu dipahami bahwa faktor-faktor ini bukanlah patokan mati bagi seserorang dalam menentukan pilihannya.Â
1. Tingkat Popularitas
Seorang tokoh yang populer di mata masyarakat lebih berpeluang untuk  dipilih oleh para pemilih karena dikenal. Tokoh populer, tak memerlukan banyak waktu untuk memperkenalkan diri kepada masyarakat.
Karena itu, popularitas kandidat di mata masyarakat adalah faktor kunci dalam menentukan elektabilitasnya. Peluang lebih besar untuk  tingkat elektabilitasnya tinggi.
Tidaklah mengherankan, saat ini banyak artis populer  dicalonkan oleh partai politik. Mulai dari Pemilu legislatif, Pilpres, hingga Pilkada.Â
2. Visi dan ProgramÂ
Visi dan program politik yang diusung seorang kandidat atau partai politik juga berperan penting dalam meningkatkan elektabiltias.
Pemilih yang smart, cenderung mendukung kandidat atau tokoh yang dinilai memiliki visi dan program yang relevan. Sesuai dengan harapan dan apa yang dibutuhkan mereka.
3. Track record
Track record atau rekam jejak seorang kandidat atau partai politik dalam menjalankan tanggung jawab publik juga berpengaruh terhadap tingkat elektabilitas.Â
Kepercayaan pemilih dapat tumbuh atau merosot berdasarkan kinerja sebelumnya. Termasuk kasus atau perilaku kandidat yang terjadi di masa lampau.
4. Dukungan Parpol
Dukungan dari partai politik  juga dinilai mampu memberikan keuntungan elektoral. Parpol  yang kuat dapat membantu meningkatkan elektabilitas seorang kandidat.Â
Parpol besar dan kuat, biasanya memiliki struktur organisasi hingga ke akar rumput atau grass root dan mampu menggerakkan masyarakat untuk mendukung kandidat yang diusung parpol tersebut.
Referensi:
1. https://www.kompas.id/baca/opini/2023/04/26/membongkar-elektabilitas
2. https://nasional.tempo.co/read/1632310/perbedaan-elektabilitas-dan-popularitas-dalam-politik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H