Baby blues syndrome pasca kelahiran bayi ternyata tak hanya dialami oleh seorang ibu atau istri. Para bapak atau sang suami juga mengalami hal yang sama.
Berbeda dengan istri, seorang suami tidak mengalami baby blues syndrome tetapi lebih kepada depresi pasca kelahiran bayi yang biasa dinamakan sebagai paternal postnatal depression (PPND).
Merujuk artikel halodoc.com,  ada perbedaan antara pengalaman seorang istri dan suami.  Pada seorang istri, terjadi baby blues syndrome yang dipengaruhi oleh perubahan hormon dalam tubuh.
Sementara, pada suami tidak disebabkan oleh hormon tetapi karena faktor-faktor tertentu seperti kekhawatiran tidak dapat mendampingi istri, kekurangan uang atau faktor lain yang tak teridentifikasi.
Postnatal depression yang dialami para suami ini ternyata bisa cukup lama, antara 3 hingga 6 bulan. Suatu kondisi yang lumayan complicated jika suami dan istri mengalami kondisi ini secara bersamaan.
Masih dari halodoc.com, 1 dari 10 ayah ternyata mengalami paternal postnatal depression atau depresi pasca kelahiran bayi mereka. Kok isi yo?
Dalam artikel klikdokter.com, Â kondisi yang dialami suami pasca kelahiran bayi disebut juga sebagai pospartum depression.Â
Postpartum depression ini diartikan sebagai suatu episode gangguan depresi mayor. Kondisi ini bisa dialami oleh seorang istri atau seorang suami.
Penyebab depresi pada ayah pasca kelahiran bayi
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seorang ayah mengalami postnatal depression setelah kelahiran anak mereka antara lain bisa seperti ini.
- Stres akibat tanggung jawab baru sebagai orangtua.Â
- Kurangnya tidur dan kelelahan karena perawatan bayi yang baru lahir.
- Ketidakmampuan untuk menyeimbangkan pekerjaan, kehidupan sosial, dan peran sebagai orangtua.
- Perasaan tidak kompeten atau tidak percaya diri dalam merawat anak.
- Masalah hubungan atau dukungan sosial yang kurang.
Apabila depresi tersebut tidak diatasi dengan baik, maka bisa jadi seorang suami akan menempuh pelarian seperti mabuk, judi, atau melakukan sesuatu yang menyenangkan secara instan.
Akibat dari pelarian ini, tidak justru memperparah suasana. Kondisi diri semakin kacau. Bisa berpengaruh terhadap kinerja kerja sehingga kehilangan pelerjaan.