Akhirnya ibu benar-benar menunjukkan kasih sayangnya pada sang anak mantu. Hati yang keras, berubah menjadi lembut. Dari benci menjadi sayang. Kira-kira demikian.
Dua tahun kemudian, ibu kami meninggal dunia. Jadilah anak mantu yang dulu ditentang sama mertuanya mengambil alih peran ibu untuk kami semua, adik-adik iparnya.
Kami bahkan tidak pernah menganggapnya sebagai ipar, tetapi lebih seperti kakak besar atau ibu. Demikian juga perlakuannya pada kami, tidak berubah. Bahkan sering mendorong adik-adik untuk bersekolah lebih tinggi selagi ayah masih mampu.
Strategi Membangun Relasi dengan Mertua
Dari pengalaman antara mertua dan menantu yang tidak baik berubah menjadi harmonis, ada beberapa poin penting yang diterapkan oleh anak mantu.
1. Menunjukkan perhatian
Menunjukkan perhatian itu tidak dilakukan dengan berpura-pura cari perhatian alias caper pada mertua seperti tontonan sinetron masa kini. Akan tetapi benar-benar lahir dari dalam hati.
Perhatian kecil yang ditunjukkan lewat sikap dan perbuatan itu sangat membantu untuk mendapatkan tempat di hati sang mertua. Misalnya membuatkan minuman pada mertua sambil mengajak ngobrol.
Di kampung halaman, sarana pergaulan paling sukses adalah makan sirih pinang bersama sambil bercerita. Namun harus tetap dijaga, jangan sampai malah menjadi sarana bergosip.
2. Belajar kebiasaan dalam keluarga mertua
Setiap keluarga memiliki cara atau kebiasaan sendiri-sendiri. Misalnya untuk keluarga besar, makan bersama diwajibkan pada malam hari. Setelah makan bersama, berkumpul dan ngobrol-ngobrol ringan di ruang keluarga, dan sebagainya.