Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Harga Biji Kopi Meroket, Petani Tetap Tidak Untung

24 April 2024   18:25 Diperbarui: 25 April 2024   00:42 5686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Roasted bean coffee (dokpri Greg Nafanu)

Harga biji kopi atau green bean coffee kian meroket saat ini. Kenaikan ini, seharusnya disambut dengan sukacita oleh petani kopi.

Sayangnya, ketika harga green bean coffee naik hingga Rp 60.000 per kg maka petani sudah tidak memiliki stok biji kopi di rumah atau kebun mereka.

Harga biji kopi terbaru ini adalah harga di tingkat pedagang pada bulan April 2024 ini. Sedangkan harga di tingkat petani waktu panen tahun 2023 adalah berkisar antara Rp 18.000 - Rp 20.000 per kg biji kering.

Kenaikan ini hanya dirasakan oleh pedagang pengumpul yang biasa menampung biji kopi petani di saat panen raya. 

Pedagang  menengah hingga besar ini bisa menyimpan biji kopi di gudang mereka. Baru dikeluarkan saat harga biji kopi berangsur menaik.

Kopi biji di tingkat pengumpul di Kec Baradatu Way Kanan dijual dengan harga Rp 60.000 per kg (dokpri Greg Nafanu)
Kopi biji di tingkat pengumpul di Kec Baradatu Way Kanan dijual dengan harga Rp 60.000 per kg (dokpri Greg Nafanu)

Setidaknya ada 2 faktor penyebab tingginya harga biji kopi sekarang. 

Hal ini terungkap dari diskusi dengan beberapa pemilik kedai kopi,  pedagang pengumpul, dan petani di sekitar Kecamatan Baradatu, Way Kanan, Lampung. 

El Nino tahun 2023

Kekeringan ekstrem di sebagian besar wilayah Indonesia selama El Nino 2023 tak dapat dipungkiri. 

Kekeringan yang ekstrem menyebabkan petani gagal panen. Bahkan sebagian besar komoditas pertanian  gagal berbunga. 

Curah hujan yang kurang, bahkan sama sekali tidak ada dibarengi dengan kenaikan suhu menyebabkan sumber-sumber mata air berkurang. Sebagian malahan mengering.

Salah satu komoditas terdampak adalah tanaman kopi. Di Kabupaten Way Kanan Lampung yang merupakan salah satu sentra produksi kopi robusta pun mengalami dampak akibat El Nino berkepanjangan di tahun 2023.

Bunga kopi yang mekar di bulan Oktober-Desember banyak yang mengering akibat kurangnya curah hujan. Akibatnya, buah kopi menjadi sangat jarang.

Dari kunjungan ke 20 petani pemilik kebun kopi di salah satu Kampung di Kecamatan Baradatu, Way Kanan ternyata buah sangat menurun dibandingkan dengan tahun 2023.

Petani pun mengungkapkan, kemungkinan panen tahun 2024 tidak akan sebanyak panen raya tahun 2023 lalu. Meskipun demikian, harga biji kopi di tingkat petani belum tentu mahal.

Petani memerlukan uang cash ketika panen sehingga ketika memerlukan sejumlah uang cash maka seringkali menawarkan komoditasnya di bawah harga pasar. 

Buah kopi di tahun 2023 (dokpri Greg Nafanu)
Buah kopi di tahun 2023 (dokpri Greg Nafanu)

Belum Panen Raya

Selain karena El Nino di tahun 2023, kenaikan harga biji kopi saat ini disebabkan karena petani belum panen raya. Diperkirakan, panen raya kopi di Way Kanan terjadi pada bulan Juni, Juli, dan Agustus 2024.

Pada saat panen raya, harga kopi memang relatif lebih murah. Produk biji kopi di tingkat petani tersedia dalam jumlah yang banyak. Sementara, pembeli yang adalah pedagang pengumpul di sekitar hanya orang-orang tertentu saja.

Petani tidak dapat menyimpan hasil panen buah kopinya berlama-lama. Alasannya, banyak kebutuhan rumah tangga sehingga tidak pernah menahan hasil panen buah kopi.

Setelah dipanen, petani kemudian mengeringkan buah kopi dengan car alami. Mereka menjemur buah kopi di rumah hingga kering. 

Buah kopi yang telah mengering akan digiling di tempat penggilingan yang sekaligus menjadi pembeli biji kopi tingkat pertama. Petani menyebutnya, beras kopi.

Bahkan beberapa kasus, petani sudah meminjam sebelum panen. Dengan demikian, mereka memiliki tingkat ketergantungan kepada pemberi pinjaman. 

Petani sebenarnya bisa menyimpan buah kopi yang telah dikeringkan di rumah mereka. Buah kopi yang disimpan dalam kondisi kering, bisa bertahan hingga tahunan.

Ketika harga kopi naik, tinggal membawa kopi dan menggilingnya di tempat penggilingan atau pengupas buah kopi kering. Sayangnya itu tidak dilakukan. Sebab terkendala dengan kebutuhan hidup dalam rumah tangga mereka.

Mirisnya lagi, di bulan-bulan seperti ini para petani kopi di kampung pun turut membeli kopi di warung-warung. Alasannya, sama sekali tidak ada persediaan di rumah.

Beberapa petani masih bisa panen buah kopi selang (dokpri Greg Nafanu)
Beberapa petani masih bisa panen buah kopi selang (dokpri Greg Nafanu)

Jadilah, petani kopi membeli kopi untuk diminum di rumah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun