Sebenarnya sudah lama kaget. Cuma baru bisa diungkapkan hari ini. Ya, perkara depresi dokter spesialis kita.
Parahnya lagi, depresi tersebut sebagian besar karena kena perundungan alias bullying. Entah kena perundungan dari dokter senior atau pelaku lain yang punya power lebih kuat.
Baru-baru ini, Kemenkes RI merilis temuan hasil survey terhadap belasan ribu kuesioner yang disebar dan diisi oleh para mahasiswa peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di rumah sakit vertikal.Â
Seperti yang dijelaskan oleh Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid bahwa survey tersebut dilakukan pada tanggal 21, 22, dan 24 Maret 2024 di 28 rumah sakit vertikal milik Pemerintah pusat.
Tujuan survey terhadap mahasiswa peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) pada rumah sakit vertikal adalah untuk mengetahui beberapa faktor penyebab depresi.
Survey yang dilakukan terhadap para calon dokter spesialis ini adalah dengan cara mengisi daftar pertanyaan yang telah disediakan dalam instrumen kuesioner.
Kemenkes ingin mengetahui, apakah depresi ini berkaitan dengan faktor perundangan ataukah karena faktor lain. Sebab selama ini, ternyata masih ada laporan perundungan di RS vertikal.
Kabiro Komunikasi dan Pelayanan Publik ini menyampaikan, perundangan yang dialami ini dapat menyebabkan kesehatan mental atau depresi.
Selain faktor kesehatan mental, survey ini juga ditujukan untuk melihat faktor lainnya. Tiga faktor lain dimaksud adalah pendidikan, pelayanan dan ekonomi akibat perundungan.
Perundungan Tidak Kenal Usia, Profesi dan Tempat
Perundungan atau bullying ternyata tak kenal usia, profesi dan tempat. Bisa dilakukan oleh siapa saja, dan korbannya pun dialami oleh siapa saja yang posisinya biasa lebih lemah.