Dalam waktu yang relatif singkat, Markonah pun bisa menyesuaikan diri dengan cepat di dunia kerja.Â
Dengan kecerdasan dan keramahannya, ia mampu meyakinkan manajemen perusahaan yang akhirnya memberikan jabatan manajer padanya.
Sayangnya, sukses di waktu kuliah dan di dunia kerja, Â tak membuatnya ingin cepat-cepat menikah. Beberapa rekan kerja yang mencoba untuk mendekat, ditolak secara halus.
Alasan utamanya, masih pengen membantu orang tua di kampung. Termasuk membiayai kedua adiknya yang memang lagi butuh biaya sekolah dan kuliah.
Siti Markonah adalah seorang kakak yang ingin menunjukkan dharma baktinya terlebih dahulu sama orang tua barulah menikah nanti.Â
Akan tetapi emaknya Markonah di kampung merasa tidak tenang. Ia begitu ingin sekali menyaksikan anaknya menikah. Apalagi anak-anak teman masa kecil Simar di kampung sudah  pada gede.
Bahkan si Mak pun berusaha membantu mencarikan jodoh untuk anaknya. Entah sudah berapa pemuda yang coba untuk didekatkan kepada Siti Markona namun tak satu pun yang nyantol.
Setelah ditolak terus-menerus, si emak pun melakukan aksi GTM alias gerakan tutup mulut dan menyerah. Tak mau mencarikan jodoh lagi untuk anak gadisnya Siti Markonah. "Ya, terserah kamu sajalah nak," kata Emak.
Namun yang namanya emak, selalu akan bertanya kala anaknya mudik menjelang lebaran. Â Apalagi selalu pulang sendirian.
Setelah tak mencarikan jodoh untuk anaknya, Emak pun memiliki pertanyaan wajib untuk Siti Markonah setiap mudik lebaran.
Mudik kali lalu sempat membuat si Emak girang. Saking senangnya, Emak meloncat-loncat dan berteriak mengabarkan pada para tetangganya karean anak gadis yang ia banggakan bakal menikah bulan Mei.
Emak: Nak, sudah 4 kali mudik kok masih sendirian? Anak-anak temanmu sudah pada gede lho! Kapan nikahnya?
Simar: Ya, May bu...