Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Cerita Toleransi Tak Jauh, Dia Ada di Sini

31 Maret 2024   11:42 Diperbarui: 31 Maret 2024   11:51 1739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Toleransi memiliki makna yang sangat luas. Banyak sekali batasan atau pengertian yang disampaikan oleh para pakar. 

Namun intinya, bermuara pada sikap dan tindakan dalam menyikapi sesuatu.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memberi 3 pengertian terkait kata ‘toleransi’ yang dapat dijadikan sebagai rujukan.

Definisi pertama, berkaitan dengan sifat atau sikap toleran. KBBI memberi contoh penggunaan kata toleransi seperti ini.

“Dua kelompok yang berbeda kebudayaan itu saling berhubungan dengan penuh toleransi”.

Pengertian toleransi yang kedua adalah batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan.

Sedangkan arti toleranasi yang ketiga adalah penyimpangan yang masih dapat diterima dalam pengukuran kerja.

Dari ketiga definisi di atas, toleransi itu banyak ragamnya. Dalam konteks ini, kita batasi saja untuk toleransi yang berbasis pada perbedaan latar belakang.

Latar belakang dimaksud bisa berupa suku, agama, ras, dan antargolongan yang sering disingkat menjadi SARA.

Isu mengenai SARA memang termasuk sensitif di tanah air kita. Karena itu, konflik atau kesalahpahaman yang berkaitan dengan isu ini memang sering terjadi.

Meskipun konflik SARA ada, toleransi antar umat beragama, suku, dan etnis di Indonesia juga terlihat.

Bahkan mayoritas bangsa Indonesia masih komitmen untuk hidup toleransi di tengan kemajemukan bangsa.

Banyak contoh yang bisa dilihat, baik yang ditunjukkan oleh para tokoh agama, pemimpin negara, maupun sesama warga negara.

Namun bisa jadi contoh tersebut terlalu jauh dan dalam lingkup yang besar. Saya pribadi  mengalami yang namanya toleransi.

Toleransi itu hubungannya timbal-balik. Jangan terlalu berharap orang lain akan mengerti terhadap Anda, sementara Anda tak menjalankannya.

Nah, berikut ada 4 toleransi yang mungkin terlihat sederhana tetapi bisa menjadi bahan permenungan.

1. Toleransi di Kompasiana

Kompasiana memiliki jutaan anggota. Beragam latar belakang ada di sini.

Dari keberagaman agama ada Islam, Kristen Protestan dan Katolik. Ada juga agama Hindu, Budha, Konghucu dan aliran kepercayaan.

Tak hanya keberagaman agama. Juga keberagaman suku bangsa seperti Jawa, Sunda, Batak, Melayu, Dayak, Bugis, Manado, Flores, Ambon, Papua, dan masih banyak lagi.

Menariknya, semua anggota saling menghormati. Saling mendukung  satu sama lain.  

2. Toleransi dengan tetangga 

Sebelum tinggal di Kupang, kami tonggal di salaah satu ibukota kabupaten, namanya Kefamenanu.

Tetangga paling dekat beragama islam. Keluar masuk rumah, termasuk dapur sudah biasa.

Namun ketika lebaran, kami masuk lewat depan, memberi ucapan selamat hari lebaran dan saling bermaafan.

Demikian pula ketika Natal, tetangga rasa saudara itu datang lewat depan. Mengucapkan selamat.

Sekalipun demikian, kami saling menghormati akan ibadah masing-masing. 

Bahkan saling mengingatkan tetapi tidak mencampuri urusan keyakinan masing-masing.

Ilustrasi toleransi seperti jemari yang ukuran berbeda namun membangun satu kesatuan (dok foto: kompas.com)
Ilustrasi toleransi seperti jemari yang ukuran berbeda namun membangun satu kesatuan (dok foto: kompas.com)

3. Toleransi di tempat kerja

Tempat kerja adalah lahan dimana kita mencari nafkah. Rukun dengan teman kerja itu sangat mendukung keberhasilan seseorang menyelesaikan target kerjanya.

Toleransi itu diperlukan di tempat kerja. Dalam keseharian, toleransi terlihat dalam hal yang mungkin terlihat kecil saja.

Hal yang bisa dilakukan, di bulan Ramadan ada rekan kantor yang menjalankan puasa saat bekerja.

Sebagai teman yang tak berpuasa, perlu menempatkan diri. Tidak makan dan minum di depan rekan yang sedang berpuasa.

Meskipun dipersilakan, perlu rasanya untuk tidak melakukannya di depan rekan kerja kita. 

4. Toleransi di setiap mobilitas

Sikap dan perilaku yang baik perlu diperlihatkan pula dimana saja, di setiap mobilitas kita.

Tidak makan minum di tempat umum yang mana orang lain melakukan puasa.

Toleransi juga bisa dalam perilaku yang mana memberi kesempatan kepada orang lain untuk menggunakan fasilitas publik.

Hal yang paling penting untuk diingat adalah bahwa tak perlu menuntut orang untuk berbuat, sementara diri sendiri tidak melakukannya.

Toleransi yang baik adalah terjadi sikap saling mengerti antara dua belah pihak.

Sikap toleransi akan perbedaan perlu ditanamkan pada anak sejak usia dini (dok foto: sorogan.id) 
Sikap toleransi akan perbedaan perlu ditanamkan pada anak sejak usia dini (dok foto: sorogan.id) 

Yuk, mari menjalankan toleransi tanpa mencampuri urusan asasi orang lain.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun