Selama lebih dari setengah abad hidup ternyata saya temukan setiap upaya membungkam dan mengerangkeng hak rakyat hanya akan berujung pada senjata makan tuan. Rakyat adalah tuan demokrasi. Ketika rakyat dibungkam dan dikerangkeng maka bersiaplah untuk digerus kekuatan rakyat! (Herman Seran, Caleg Provinsi NTT Nomor urut 5 dari PDIP Dapil Belu, Malaka, TTU).Â
Namannya Herman Seran. Saya mengenalnya bukan baru beberapa saat yang lalu. Namun sudah bersahabat dengannya sejak puluhan tahun yang lalu. Â
Sempat kaget, ketika ia memutuskan untuk meninggalkan jabatannya yang termasuk dalam Top manajemen perusahaan tambang dengan pendapatan yang  wow untuk kembali dan mengabdi  pada kampung halaman lewat legislatif, menjadi caleg.Â
Memang, Herman Seran punya konsentrasi serius untuk membangun masyarakat. Ada beberapa prinsip kuat yang dimilikinya, namun ada dua prinsipnya yang masih melekat dalam benak saya.Â
Pertama, membangun masyarakat itu seperti makan bubur panas-panas. "Makanlah dari pinggirnya, barulah ke tengah. Sebab ketika yang di pinggir-pinggir menjadi terurus, maka pusat atau tengah akan menjadi lebih mudah disejahterakan. Ia punya prinsip, membangun itu dimulai dari pinggiran, dari kelompok masyarakat yang terpinggirkan oleh keadaan.Â
Kedua, politik menguliti bawang ketika merekrut tenaga kerja. Â Ketika masuk dalam jajaran top management perusahaan, Herman Seran menerapkan politik 'menguliti bawang".Â
Politik menguliti bawang, mengutamakan para pekerja lokal yang ada di sekitar perusahaan. "Rekrutlah SDM yang ada di sekitar perusahaa. Jika tidak ada, kulitilah bawang itu dan cari di lapisan kedua. Apabila tak ada yang memenuhi kriteria, baru melanjutkan ke lapisan berikutnya".Â
Pertemuan Tak Sengaja
Awal pertemuan kami di Kota Kefamenanu, tahun 2003. Saat ada program Pelatihan Penelitian Sosial tahap kedua untuk kaum muda NTT yang diselenggarakan oleh Center for East Indonesia Affairs (CEIA) Jakarta, pimpinan alm. Dr. Ignas Kleden, M.A  dan Dr. Ing. Ignas Iryanto Djou. Projek ini didanai oleh Toyota Foundation yang mengirim Etsuko Kawasaki sebagai pengawas langsung kegiatan.Â
Herman Seran menjadi salah satu peserta pelatihan dengan status PNS dari Dinas Pertambangan Kabupaten Belu. Sementara saya sendiri adalah salah satu panitia merangkap asisten pelatih dari para instruktur penelitian dari UI, UGM, dan LIPI.Â
Awal mengenal Herman Seran, terlihat ia adalah sosok peserta yang tegas dan kritis. Memiliki lumayan banyak pengetahuan, namun tetap selalu ingin berkonsultasi. Tak segan-segannya, ia akan mempertahankan argumennya sekalipun yang dihadapi adalah para doktor.Â
Namun Herman Seran bakal mengungkapkan rasa puas dan ucapan terimakasihnya manakala pertanyaannya dapat dijawab dengan baik. Ya, singkatnya ia adalah teman diskusi yang konstruktif, banyak gagasan lalu dibuat lebih secara rasional untuk diimplementasikan.
Setelah balik dari pelatihan, Herman Seran malahan memutuskan untuk kelaur dari PNS. Pergi bekerja di salah satu perusahaan tambang di Kalimantan Tengah. Kemudian melanjutkan S2 di Australia dan kembali bekerja di perusahaan yang sama setelah lulus Pasca Sarjana dari Australia.
Secara tak sengaja pula, saya bertemu Herman Seran di sana saat saya menjadi fasilitator bagi komunitas dampingan perusahaan tersebut di beberapa desa yang ada di Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah. Di sana, kami kembali berdiskusi dan ia lagi-lagi menyampaikan prinsip membangun dari pinggiran dan politik menguliti bawang.Â
Meskipun tidak bekerja dalam satu tim, Herman Seran sering mengajak diskusi sekalipun hanya melalui telepon. Terkait ide-idenya yang belum terealisasi.Â
Beberapa saat kemudian, di tahun 2013 akhirnya saya bergabung dalam Community Development Department di suatu perusahaan tambang swasta berlokasi di Wetar, Maluku Barat Daya. Saat itu, Herman Seran adalah External Affairs Manager yang membawahi  Community Development (Comdev), Community Relation and Goverment Relation (Comrel & Govrel), dan Permit and Reporting.Â
Pemimpin, Bukan Bos
Selama menjadi staf yang berada di dalam timnya saya melihat bahwa Herman Seran adalah seorang yang tegas. Bagi saya, ia adalah negosiator yang handal. Pelobi yang mampu menguraikan apa yang hendak dicapai, baik melalui tulisan maupun secara lisan.
Namun dibalik ketegasannya, Ia adalah seorang sahabat baik. Sekalipun menjadi atasan, tak pernah memperlakukan bawahan sebagai pesuruh atau orang yang dianggap sebagai tidak punya kapasitas. Yang pasti, bisa berdiskusi dan berbeda pendapat.Â
Herman selalu menjadikan stafnya sebagai partner diskusi. Ia tahu, mana yang harus mengikuti pendapat bawahan dan pada posisi mana ia harus memutuskan dengan tegas sebagai atasan. Â
Ketika ia harus memutuskan, maka sering kali Herman bilang, "Saya menggunakan otoritas saya sebagai pemimpin teratas alias atasan dalam departemen ini". Dan artinya, kita harus menerima keputusan tersebut.Â
Herman Seran menampilkan kepemimpinan yang kuat. Ia tidak pernah memposisikan diri sebagai bos, merasa paling hebat atau paling berkuasa. Kelemahan para bawahan diperbaiki dengan bijak. Kelebihan bawahan diapresiasi dengan pantas pula.Â
Setelah tidak menjadi satu tim, kami masih sempat mengerjakan projek survey Elektabilitas calon Kepala Daerah pada Pilkada Malaka 2020. Herman Seran yang bertugas untuk mencari dana dari kelompok Diaspora Malaka sekaligus memimpin manajemen pelaksanaan survey.Â
Sedangkan saya bertugas menjadi koordinator survey, termasuk membuat instrumen survey, pelaksanaan, monitoring, dan laporan hasil survey. Kami sama-sama bekerja dengan sangat baik, saling mengisi dan mendukung satu sama lain. Herman, adalah partner yang sangat menyenangkan.Â
Saat ini, Herman Seran sedang mengembangkan Terra rossa beach. Memadukan konsep wisata bahari terintegrasi dengan pertanian dan peternakan di kawasan Sulamu, Kabupaten Kupang NTT. Ia sendiri yang menangani manajemennya. Di sana, orang bisa menikmati wisata bahari, atau melihat-lihat konsep pertanian organik yang terintergrasi dengan ternak.Â
Herman Seran juga memiliki kemampuan dalam berorganisasi. Salah satu organisasi yang dipimpinnya hingga kini adalah DPP NTT Vox Populi Indonesia. Juga memimpin beberapa paguyuban dan diskusi, baik secara daring maupun luring.
Ingin Mewujdukan Cita-cita via Lembaga Legislatif
Barangkali untuk sebagian besar orang, akan menjadi sulit ketika memutuskan untuk banting stir ketika masih memiliki pekerjaan yang mapan. Namun, tidak untuk Herman Seran.Â
Dengan semangat juangnya, ia tinggalkan semua yang ada. Ingin mengabdi pada masyarakat melalui lembaga legislatif. Karenanya, saat ini Herman Seran menjadi salah satu caleg Provinsi NTT dari PDIP dengan nomor urut 5, dari Dapil Belu, Malaka, dan TTU.
Ia pernah menjadi siswa di SMP Swasta Katolik Xaverius Putri di Kefemenanu. Juga menjadi siswa SMA Seminari Lalian dan bekerja di Kabupaten Belu sebagai PNS di dinas pertambangan. Karenanya, TTU, Belu dan Malaka merupakan daerah yang tidak asing baginya.
    Tebe bersama Herman Seran (dok: Youtube/Obby Seran)
Satu prinsip yang tetap dijaga oleh Herman Seran adalah tidak menggunakan money politic untuk memuluskan cita-citanya menjadi anggota legislatif. Ia lebih banyak bergerak dari kampung ke kampung, mengajak masyarakat untuk berdiskusi, mendengarkan keluhan dan menampung semua aspirasi mereka.
Selamat berjuang Herman. Kami mendukung yang terbaik. Kembalilah, dan bangunlah masyarakat dari pinggiran. Mereka yang terpinggirkan karena kondisi.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H