Ibu-ibu di Gunung Katun ternyata mampu menerapkan model pertanian sederhana. Sekalipun kesulitan air, mereka tetapi bertanam sayuran dan memelihara ikan dan ternak ayam. Berikut prinsip kerja para ibu penerima Lada Perdu Award.
1. Tanam bertahap dan sedikit saja. Â Beberapa benih sayuran seperti kangkung, bayam dan sawi ditanam di wadah bekas secara bertahap.Â
Wadah bekas dimaksud adalah ember bocor, waskom, atau karung bekas. Benih kangkung, bayam, dan caisin ditabur merata di wadah tersebut.Â
Agar tanaman tidak dicekam panas dan terik matahari, mereka menempatkan wadah di bawah tanah yang diberi paranet alam.
Ada juga yang ditempatkan di samping rumah sehingga hanya mendapatkan sinar matahari di pagi hari.
Dua -tiga minggu kemudian mereka pun bisa panen tanaman sayuran dalam pot. Agar panen terus-menerus, para ibu menabur benih 4-5 kali setiap bulan.
2. Fokus pada sayuran yang tahan terhadap kekeringan. Selain menanam sayuran cepat panen, para ibu juga bertanam sayuran lain seperti terong, tomat, kecipir, dan cabe.
Tanaman ini dapat berbuah berulang kali dan lumayan bertahan terhadap panas matahari.Â
3. Memanfaatkan sisa air. Salah satu alasan tanaman ditempatkan di samping rumah adalah memudahkan para ibu menyiramnya.Â
Ibu-ibu ini sudah memanfaatkan air cucian beras dan cucian sayuran atau lauk yang akan dimasak.Â