Parkir legal atau parkir ilegal alias parkir liar tidak bermasalah sepanjang perilaku tukang parkirnya tidak menyebalkan. Â Bermasalah jika membuat pemilik kendaraan menjadi dongkol akibat ulah tukang parkir.
Jadi pengendara kendaraan sebenarnya lebih suka sistem perparkiran yang aman dan nyaman. Kalau hanya legal namun tidak tertib dan semrawutan, malahan membuat pengendara kendaraan merasa dongkol.
Paling sebel kalau mampir di toko di pinggir jalan. Saat parkir, tidak ad a tukang parkir. Waktu mau keluar, muncul tukang parkir. Nyebelin nggak?
Di gedung-gedung perkantoran, pusat bisnis dan hotel-hotel berbintang tentunya tidak pusing dengan sistem perparkiran. Sebab semuanya menyatu dalam pengelolaan manajemen mereka.
Cara personil memperlakukan pembawa kendaraan pun sesuai SOP. Ramah dan tidak menjengkelkan. Bahkan sistem perpakirkannya sudah otomatis, meminimalisir pemanfaatan tenaga kerja.Â
Memang, ada perbedaan pengelolaan perparkiran di gedung-gedung besar. Berbeda dengan parkiran di toko kecil, pasar tradisional, kuliner pinggir jalan, dan tempat publik lain yang parkirannya tidak jelas, bahkan memberi peluang munculnya tukang parkir liar.
Model perparkiran di gedung-gedung biasanya bergantung pada ukuran, desain, dan tujuan gedung tersebut. Ada beberapa model perparkiran yang umum ditemui di gedung-gedung.
1. Parkir Lantai
Model ini biasa digunakan di gedung-gedung bertingkat dengan ruang parkir yang terletak di lantai-lantai dalam gedung. Pada setiap lantai, terdapat area parkir yang dilengkapi dengan garis-garis parkir dan tanda-tanda arah.
Mobil dapat naik ke lantai parkir melalui ram pemandu atau lift khusus. Pembawa mobil tinggal mengikuti tanda arah, lalu mencari tempat parkir yang ada tanpa diatur oleh tukang parkir di lokasi tersebut.
2. Parkir Basement
Seringkali gedung-gedung memiliki area parkir yang terletak di bawah tanah, yang disebut basement. Area parkir basement biasanya diakses melalui tangga, ram pemandu, atau lift.Â