3. Desain berdasarkan fungsi dan keberlanjutan. Desain permakultur didasarkan pada prinsip "fungsi berarti segalanya". Artinya, setiap elemen dalam sistem harus memiliki fungsi yang jelas dan saling mendukung.Â
Selain itu, desain juga harus mempertimbangkan keberlanjutan jangka panjang dan meminimalkan limbah.Â
Semaksimal mungkin mengembalikan sisa organik ke lingkungan dan meniadakan sampah anorganik di area permakultur kita.Â
4. Integrasi dan hubungan timbal balik. Permintaan untuk menciptakan hubungan yang saling menguntungkan antara semua elemen dalam sistem.Â
Misalnya, pohon buah-buahan tidak hanya memberikan buah yang berguna bagi manusia, tetapi juga memberikan tempat berteduh bagi tanaman rendah, menarik lebah penyerbuk, dan menjaga kelembaban tanah.
5. Efisiensi energi. Permintaan untuk mengoptimalkan penggunaan energi secara efisien dalam sistem permakultur.
 Ini mencakup penggunaan energi alternatif seperti tenaga surya atau angin, serta memaksimalkan penggunaan energi melalui polyculture dan desain vertikal.
6. Daur ulang dan pengelolaan limbah. Permakultur mengajarkan pentingnya daur ulang sisa-sisa organik dan manajemen limbah.
Ketika limbah diolah kembali menjadi pupuk organik, sistem permakultur dapat menghasilkan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman secara alami.
7. Keanekaragaman. Permintaan untuk mempromosikan keanekaragaman hayati dalam sistem permakultur.Â